3.000 Pendukung Tokoh Oposisi Rusia Navalny Ditangkap
Istri Alexei Navalny, Yulia, dilaporkan sempat ditahan sebelum dibebaskan. Beberapa sekutu politik Navalny bahkan ditahan beberapa hari sebelum aksi unjuk rasa terbaru digelar.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
MOSKWA, SABTU — Polisi Rusia menangkap dan menahan lebih dari 3.000 pendukung dan simpatisan tokoh oposisi Rusia, Alexei Navalny, sepanjang Sabtu (23/1/2021). Mereka adalah peserta aksi unjuk rasa yang merebak di sedikitnya 100 kota di wilayah negara itu. Aparat keamanan setempat dilaporkan menggunakan kekerasan untuk membubarkan aksi unjuk rasa dengan agenda utama menuntut pembebasan Navalny oleh Pemerintah Rusia.
Navalny memang telah meminta para pendukungnya untuk memprotes pemerintah setelah dirinya ditangkap, akhir pekan lalu. Penangkapan Navalny dilakukan setibanya di Rusia dari Jerman. Kembalinya Navalny ke Rusia itu adalah untuk kali pertama sejak dirinya diduga diracun dengan zat saraf. Navalny mengatakan, ia diracun itu oleh agen keamanan negara Rusia pada Agustus tahun lalu.
Jumlah orang yang ditangkap dan ditahan kepolisian Rusia atas aksi unjuk rasa menuntut pembebasan Navany itu terus bertambah. Menurut aparat keamanan, lebih dari 200 pengunjuk rasa telah ditahan. Namun, pemantau aksi protes OVD-Info mengatakan, ada 863 orang telah ditahan. Pada Sabtu malam, jumlahnya membeludak seiring bertambahnya laporan perkembangan dari lapangan. Para pengunjuk rasa menggelar aksi mereka di sedikitnya sepuluh kota. Penahanan dilakukan karena unjuk rasa itu dinyatakan ilegal oleh pemerintah.
Pihak berwenang telah memperingatkan orang-orang untuk menjauh dari demonstrasi itu. Menurut pemerintah, warga peserta aksi berisiko tertular Covid-19 serta harus siap menghadapi penuntutan dan kemungkinan hukuman penjara karena menghadiri acara yang tidak sah.
Namun, pengunjuk rasa tidak menggubris peringatan itu. Mereka tetap nekat melakukan aksinya, termasuk berunjuk rasa di ruangan terbuka yang di beberapa tempat dilaporkan suhunya bisa menembus minus 50 derajat celsius. Beberapa pengunjuk rasa meneriakkan kata-kata seperti ”Putin adalah pencuri”, ”Aib”, dan ”Kebebasan untuk Navalny!” Belum ada pernyataan resmi Kremlin atas aksi unjuk rasa di negaranya itu.
Gambar pengunjuk rasa dengan luka-luka berupa kepala berlumuran darah beredar di media sosial. Adegan itu mengingatkan pada kerusuhan selama berbulan-bulan di negara tetangga Rusia, Belarusia, tempat protes anti-pemerintah berkobar pada Agustus lalu atas tuduhan penipuan kaum pemilih pada pemilihan umum setempat. Seorang pengunjuk rasa di Moskwa, Sergei Radchenko (53), mengaku dirinya lelah untuk bersikap takut. ”Saya tidak hanya muncul untuk diri saya sendiri dan Navalny, tetapi juga untuk putra saya karena tidak ada masa depan di negara ini,” katanya.
Di Moskwa, sebagai tempat utama unjuk rasa, aksi diperkirakan diikuti lebih dari 40.000 peserta. Reuters melaporkan aksi itu sebagai aksi unjuk rasa terbesar sejak bertahun-tahun terakhir di Rusia. Polisi terlihat menahan orang secara kasar dan bergegas memasukkan mereka ke dalam van-van yang sudah disiapkan.
Namun, semangat perlawanan terhadap pemerintah terus digelorakan pendukung Navalny. Leonid Volkov, seorang sekutu Navalny, meminta para peserta aksi untuk melakukan hal yang sama pada akhir pekan depan. Aksi itu disebutnya cara untuk mencoba membebaskan Navalny dari apa yang disebutnya sebagai ”cengkeraman dari para pembunuhnya”.
Jumlah peserta aksi itu berupaya dibantah pemerintah. Pihak berwenang Rusia mengatakan hanya sekitar 4.000 orang yang terlihat.
Media Proekt menyebut aksi unjuk rasa di Moskwa diikuti lebih dari 50.000 orang. Jumlah peserta aksi itu berupaya dibantah pemerintah. Pihak berwenang Rusia mengatakan hanya sekitar 4.000 orang yang terlihat. Bantahan soal jumlah yang dilaporkan media dinyatakan secara langsung oleh kementerian luar negeri Rusia. ”Kenapa tidak langsung bilang jumlahnya 4 juta?” kata Kemenlu Rusia dalam pesan melalui Telegram.
Istri Navalny, Yulia, dilaporkan sempat ditahan, tetapi kemudian dibebaskan. Beberapa sekutu politik Navalny bahkan ditahan beberapa hari sebelum aksi unjuk rasa yang terbaru pada akhir pekan itu digelar. Para pengunjuk rasa dilaporkan menyasar kendaraan-kendaraan para pejabat Rusia yang mereka temui di jalan. Mereka melemparkan bola salju ke arah mobil itu dan menendangnya. Sekelompok polisi juga dilempari bola salju oleh kerumunan yang jauh lebih besar.
Respons sejumlah negara
Aksi unjuk rasa dan respons Kremlin terhadap para pengunjuk rasa mendapatkan respons dari sejumlah negara. Amerika Serikat mengecam keras apa yang mereka sebut sebagai ”taktik keras” yang digunakan terhadap pengunjuk rasa dan jurnalis Rusia. Pemerintah AS juga menyerukan pembebasan Navalny, ”segera dan tanpa syarat.”
”Kami menyerukan kepada pihak berwenang Rusia untuk membebaskan semua yang ditahan karena menggunakan hak universal mereka,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, dalam sebuah pernyataan.
Di Moskwa, beberapa jurnalis yang meliput aksi protes itu dilaporkan ikut ditahan. Hal itu langsung menuai teguran dari Kedutaan Besar AS di Moskwa. ”Otoritas Rusia menangkap pengunjuk rasa damai, juga wartawan,” kata juru bicara Kedubes AS di Moskwa, Rebecca Ross, di Twitter.
Navalny, seorang pengacara berusia 44 tahun, berada di penjara Moskwa menunggu hasil dari empat masalah hukum yang dia gambarkan sebagai hal yang dibuat-buat. Dia menuduh Presiden Vladimir Putin memerintahkan percobaan pembunuhannya. Putin membantahnya seraya menuduh Navalny adalah bagian dari kampanye trik kotor yang didukung AS untuk mendiskreditkannya.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, mengatakan dalam sebuah unggahan di Twitter bahwa dia menyesalkan pihak berwenang Rusia atas ”penggunaan kekuatan yang tidak proporsional”. Adapun Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengecam ”penggunaan kekerasan terhadap pengunjuk rasa dan jurnalis damai”.
Di Berlin, Hamburg, dan Munich, hampir 1.000 orang juga dilaporkan berdemonstrasi menentang penangkapan Navalny. Demonstrasi serupa diadakan di Bulgaria. Di Paris, Perancis, berkisar 200-300 orang dilaporkan menggelar unjuk rasa mendukung Navalny.