Presiden Amerika Serikat yang baru, Joe Biden, diharapkan bisa membawa AS kembali berperan dalam percaturan global sekaligus mengatasi persoalan di dalam negerinya sendiri.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
WASHINGTON, KAMIS – Setelah Joe Biden resmi dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat ke-46, dunia menaruh ekspektasi besar pada Amerika untuk kembali tampil berperan di kancah global.
China yang hubungannya dengan AS terus memburuk mengungkapkan harapan akan adanya perubahan di Gedung Putih. “Setelah situasi yang luar biasa dan sulit ini, baik warga China maupun AS layak akan masa depan yang lebih baik,” kata jurubicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying dalam jumpa pers di Beijing.
Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengucapkan selamat kepada Biden dan Kamala Harris di Twitter: “Saatnya mengembalikan keyakinan dan akal serta meremajakan hubungan UE-AS.” Sedangkan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan,”Eropa siap untuk awal yang baru.”
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang memiliki hubungan dekat dengan Trump berharap bisa memperkuat aliansi AS-Israel. Sedangkan Presiden Palestina Mahmoud Abbas berharap Biden mengambil pendekatan yang lebih adil dalam konflik Israel-Palestina. Ia mendesak “proses yang damai dan komprehensif sesuai aspirasi rakyat Palestina untuk kebebasan dan kemerdekaan.”
Mitra-mitra AS di Asia Pasifik berharap penguatan hubungan dengan AS di bawah pemerintahan Biden. Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen, dan lainnya menyoroti kesamaan mereka dalam nilai-nilai demokrasi. Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengatakan,”Awal Amerika yang baru akan membuat demokrasi kian hebat.”
Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan, dengan Joe Biden ada lebih banyak kesamaan untuk bekerja sama dengan Washington sekarang. Jerman dan Eropa siap berkontribusi mengatasi berbagai persoalan di trans-Atlantik termasuk pandemi Covid-19, krisis iklim, dan ancaman keamanan.
“Ada cakupan kerja sama politik yang lebih luas dengan Presiden Biden,” ujar Merkel. Bergabung kembalinya AS ke dalam Kesepakatan Paris 2005 dan dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan sikap terbukanya terhadap migrasi menjadi contohnya.
Sementara itu, surat kabar di negara-negara Arab memberikan ucapan yang hati-hati kepada Presiden Biden di tengah ketidakpastian sikap AS terhadap Iran.
Para pemimpin enam negara Teluk yang tergabung dalam Dewan Kerja Sama Teluk (GCC), kecuali Arab Saudi dan Oman, memberikan ucapan selamat kepada Biden.
“Selamat tinggal Trump, hello Biden,” tulis kolumnis Arab Saudi, Abdulrahman Al-Rashed di harian Asharq Al-Awsat. Seperti halnya pengamat Teluk lainnya ia bertanya-tanya apakah kebijakan Biden terhadap Iran akan mencerminkan kebijakan Barack Obama.
Tidak seperti kebijakan Trump yang memberikan “tekanan maksimal” pada Iran, Biden diharapkan untuk mengadopsi sikap yang tidak terlalu konfrontatif.
Di Bahrain, koran Akhbar Al-Khaleej menulis bahwa Trump layak mendapat ucapan “terima kasih dan apresiasi.” “Kebijakan dan posisi Trump terhadap Iran telah membentuk realita baru bagaimana AS menghadapi Iran dan akan sulit bagi pemerintahan Biden untuk mengabaikan itu sepenuhnya,” tulis kolumnis Al-SAyed Zahra.
Langkah awal
Setelah resmi dilantik menjadi Presiden AS, Biden bergerak cepat membalikkan warisan Trump di hari pertama menjabat sebagai presiden dengan menandatangani sejumlah perintah eksekutif soal imigrasi, perubahan iklim, kesetaraan ras, dan pandemi Covid-19.
“Tidak ada waktu untuk memulai seperti hari ini,” komentar pertama Biden sebagai presiden kepada wartawan.
Dengan goresan penanya, Biden yang memakai masker di Ruang Oval memerintahkan penghentian pembangunan tembok pembatas AS-Meksiko, menyatakan keinginannya untuk kembali bergabung dalam Kesepakatan Iklim Paris dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan mencabut persetujuan jalur pipa minyak Keystone XL.
Kesepakatan Paris mengikat 195 negara untuk mengejar target penurunan polusi serta memantau dan melaporkan emisi karbon mereka. AS merupakan negara penghasil emisi karbon kedua terbesar di dunia setelah China.
Menurut mantan Presiden Kolombia sekaligus Peraih Anugerah Nobel Perdamaian Juan Manuel Santos, Biden “mengerti pentingnya kerja sama antaranegara.” “Bahkan, jika kita tidak bekerja sama – semua bangsa – untuk mengatasi perubahan iklim, maka kita akan musnah. Sesederhana itu.”
Selain itu, Biden juga menandatangani perintah eksekutif yang mewajibkan penggunaan masker dan jaga jarak sosial di fasilitas milik pemerintah federal termasuk bagi pegawai pemerintah federal.
Menurut para ajudannya, dalam 10 hari ke depan masih ada banyak kebijakan yang akan diambil oleh Biden. Republikan mengisyaratkan bahwa Biden akan menghadapi tentangan dalam beberapa agendanya.(AFP/AP)