Secara keseluruhan, keberadaan mereka memberi Demokrat posisi mayoritas sekaligus pengendali atas Senat. Ini jadi kali pertama dalam satu dekade Demokrat mengendalikan Senat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Gedung Putih.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
WASHINGTON, RABU — Tiga senator baru asal Partai Demokrat dilantik pada Rabu (20/1/2021) hanya beberapa saat setelah pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Amerika Serikat, Joe Biden dan Kamala Harris. Kehadiran tiga senator itu mengamankan posisi mayoritas Demokrat di Senat dan di seluruh pemerintahan baru AS. Kondisi itu dipastikan memuluskan agenda Biden dalam menghadapi aneka tantangan di negaranya.
Menjelang pelantikan, Harris mendapat tepuk tangan saat memasuki ruangan untuk memimpin pengambilan sumpah jabatan ketiga politisi Demokrat tersebut. Mereka adalah Jon Ossoff, Raphael Warnock, dan Alex Padilla. Pelantikan itu digelar hanya beberapa jam setelah Harris diambil sumpah sebagai wakil Biden.
Ossoff adalah mantan asisten kongres dan jurnalis investigasi. Warnock adalah seorang pendeta dari gereja Martin Luther King Jr di Atlanta. Keduanya memenangi pemilihan putaran kedua di Georgia bulan ini, mengalahkan dua politisi asal Partai Republik. Adapun Padilla dipilih oleh Gubernur California untuk menyelesaikan sisa masa jabatan Harris sebagai senator.
Pelantikan ketiga politisi Demokrat tersebut membuat posisi partai itu di Senat menjadi 50-50 dengan Republik. Bahkan, Demokrat memiliki keuntungan lebih karena Harris memiliki hak suara di Senat sehingga memperkuat posisi partai itu. ”Hari ini, Amerika sedang membalik sebuah lembaran baru. Kami membalik halaman dalam empat tahun terakhir, kami akan menyatukan kembali negara, mengalahkan Covid-19, memberikan bantuan ekonomi kepada rakyat,” kata Ossoff kepada wartawan sebelumnya di Capitol. ”Untuk itulah mereka mengirim kami ke sini.”
Secara keseluruhan, keberadaan mereka memberi Demokrat posisi mayoritas sekaligus pengendali atas Senat. Ini menjadi kali pertama dalam satu dekade terakhir Demokrat mengendalikan tiga lembaga tertinggi di AS, yaitu Senat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Gedung Putih.
Secara kebetulan hal itu terjadi saat Biden tengah menghadapi tantangan luar biasa sebagai dampak krisis Covid-19 dan kejatuhan ekonomi yang mengiringinya. AS juga dihadapkan pada kondisi perpecahan politik yang menyakitkan, terutama lewat dan pasca-pengepungan Gedung Capitol pada 6 Januari lalu oleh para pendukung Presiden Donald Trump.
Secara keseluruhan, keberadaan mereka memberi Demokrat posisi mayoritas sekaligus pengendali atas Senat. Ini menjadi kali pertama dalam satu dekade Demokrat mengendalikan Senat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Gedung Putih.
Tugas pertama para senator itu adalah mendukung langkah Biden menyusun kabinet. Demokrat berupaya mengatasi beberapa oposisi kubu Republik terkait calon-calon anggota kabinet Biden. Dalam pemungutan suara pertama, Senat mengonfirmasi calon Biden untuk Direktur Intelijen Nasional Avril Haines. Haines adalah mantan wakil direktur CIA. Dirinya bakal menjadi anggota inti tim keamanan Biden. Tim itu bertugas mengawasi badan-badan yang membentuk komunitas intelijen negara.
Pemimpin Mayoritas Senat yang baru, Chuck Schumer, mendesak rekan-rekannya untuk mengubah seruan Joe Biden terkait persatuan menjadi tindakan nyata. ”Presiden Biden, kami mendengar Anda dengan keras dan jelas,” kata Schumer dalam pidatonya yang pertama. ”Agenda kita panjang sekali dan kita harus menyelesaikannya bersama-sama.”
Kongres tengah mempertimbangkan paket stimulus untuk pemulihan ekonomi yang terdampak Covid-19. Paket stimulus yang diajukan Biden itu senilai 1,9 triliun dollar AS. Stimulus itu terutama digunakan untuk mendistribusikan vaksin dan menopang ekonomi. Sebanyak 400.000 warga Amerika meninggal karena Covid-19.
Pada saat yang sama, Senat akan meluncurkan persidangan pemakzulan Trump yang didakwa DPR karena menghasut aksi pemberontakan di Capitol. Senat juga perlu mengonfirmasi calon-calon anggota kabinet Biden lainnya.
Biden dalam pidato pengukuhannya menyatakan pemulihan AS membutuhkan persatuan. Namun, kubu Republik tetap terlihat berupaya melawan Biden. Hal itu, antara lain, dinyatakan pemimpin Senat dari Republik, Mitch McConnell. Pencalonan Haines, misalnya, untuk sementara diblokir oleh Senator Tom Cotton. Senator Josh Hawley juga menentang pencalonan Menteri Keamanan Dalam Negeri Alejandro Mayorkas.
McConnell menolak menandatangani perjanjian pembagian kekuasaan dengan kubu Demokrat di Senat. McConnell mensyaratkan pemenuhan sejumlah tuntutan, terutama untuk mempertahankan filibuster di Senat. Hal itu adalah alat prosedural yang sering digunakan partai minoritas untuk memblokir tuntutan berdasarkan aturan yang membutuhkan 60 suara untuk memajukan undang-undang.
McConnell, dalam pidato pertamanya sebagai pemimpin partai minoritas, mengomentari hasil pemilu yang memberikan kontrol Demokrat di DPR dan Senat. Hal itu, menurut dia, menunjukkan bahwa warga Amerika ”dengan sengaja mempercayakan kedua partai politik dengan kekuatan yang signifikan”. Pemimpin Republik itu mengatakan, dia berharap bisa bekerja sama dengan presiden baru ”di mana pun memungkinkan”.
Pada pengarahan pertamanya di Gedung Putih, Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki menyatakan keinginan Biden agar kabinetnya segera terkonfirmasi. Psaki mengatakan, presiden akan terlibat dalam negosiasi paket bantuan Covid-19. Terkait isu pemakzulan Trump, Presiden Biden menyerahkannya kepada Kongres. (AP/AFP)