Setelah mengucapkan sumpah sebagai Presiden ke-46 AS, Joe Biden menyatakan tekadnya untuk menjadi presiden bagi semua kalangan, termasuk untuk orang-orang yang tidak memilihnya.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
WASHINGTON, RABU — Tradisi selama ratusan tahun berlanjut di Washington DC pada Rabu (20/1/2021). Dihadiri tiga mantan presiden dan satu wakil presiden, Joe Biden dan Kamala Harris dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden Amerika Serikat.
Sembari menyentuh Alkitab setebal lima inci dan berusia 127 tahun, Biden mengucapkan sumpah pelantikan dengan dibimbing Ketua Hakim Agung AS John Roberts. Pada usia 78 tahun, Biden menjadi orang tertua yang pernah dilantik sebagai Presiden AS. Pelantikan Biden sebagai Presiden AS berselang 50 tahun sejak sumpah pertamanya sebagai politikus, yakni kala dilantik sebagai anggota DPRD New Castle, Delaware.
Biden mengucapkan sumpah setelah Harris. Sembari meletakkan tangan di atas dua Alkitab, Harris mengucapkan sumpah pelantikan dengan bimbingan Sonia Sotomayor, perempuan Latin pertama yang menjadi hakim agung AS. Alkitab yang dipilih Harris milik mendiang Regina Shelton, mantan pengasuhnya, dan Thurgood Marshall, orang kulit hitam pertama yang menjadi hakim agung AS.
Alkitab untuk pelantikan Biden dipegang istrinya, Jill, yang mengenakan baju rancangan Alexandra O’Neill. Sementara Harris memakai baju rancangan Christopher John Rogers dan Sergio Hudson. Jill mengenakan busana yang sama warnanya dengan baju Ketua DPR AS Nancy Pelosi. Sementara Harris mengenakan baju yang sewarna dengan Hillary Clinton, mantan Ibu Negara dan Menteri Luar Negeri AS.
Hillary hadir bersama suaminya, Bill Clinton. Selain Clinton, George Bush dan Barack Obama juga hadir. Adapun Donald Trump yang digantikan Biden benar-benar tidak hadir. Hanya wakilnya, Mike Pence, tetap hadir di pelantikan Biden-Harris. Selain Trump, mantan Presiden AS yang juga tidak hadir adalah Jimmy Carter. Biden mengungkapkan, ia telah berbincang dengan Carter pada Selasa malam.
Seperti pelantikan para presiden dan wakil presiden sebelumnya, Biden-Harris juga dilantik di pelataran Gedung Capitol. Pada 6 Januari lalu, teras kantor parlemen AS itu menjadi saksi bisu pendudukan ribuan pendukung Trump yang menolak mengakui kemenangan Biden.
”Hari ini, kita merayakan kemenangan, bukan kemenangan seorang kandidat, melainkan (kemenangan) prinsip, prinsip demokrasi. Kehendak rakyat telah didengar dan keinginan rakyat telah dipenuhi. Kita telah belajar lagi bahwa demokrasi berharga, demokrasi rawan. Dan sekarang, teman-teman, demokrasi bertahan,” kata Biden dalam pidatonya selepas dilantik.
Berbeda
Pelantikan Biden-Harris sama sekali berbeda dengan pelantikan para presiden lain. Kala dilantik bersama Obama pada Januari 2009, halaman Capitol dan Lincoln Memorial serta kawasan sekitarnya dipadati hampir 2 juta orang.
Pandemi Covid-19 membuat pelantikan Biden-Harris hanya dihadiri beberapa ribu orang yang berusaha terus menjaga jarak. Berbagai televisi AS dan negara lain menayangkan pelantikan itu lewat siaran langsung.
Sebagian dari orang di sekitar Capitol adalah tentara dan aparat penegak hukum. Kementerian Pertahanan AS mengerahkan 25.000 anggota Garda Nasional ke Washington untuk menjaga keamanan selama pelantikan. Selain pengerahan tentara terbesar selama 1,5 abad terakhir itu, otoritas AS juga mengerahkan ribuan agen federal dan aparat penegak hukum dari beberapa negara bagian untuk mengamankan pelantikan.
Pengerahan besar-besaran itu menyusul kerusuhan pada 6 Januari lalu sehingga AS waspada penuh. Biden menyinggung insiden itu secara tidak langsung di pidato pelantikannya. Walakin, alih-alih mengupas lebih dalam, ia memilih mengajak AS bersatu.
”Hari ini, di hari Januari ini, seluruh jiwa saya untuk ini: membawa Amerika bersama, menyatukan warga, menyatukan bangsa,” ujarnya.
Persatuan dibutuhkan untuk menghadapi aneka tantangan AS. ”Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, untuk memulihkan jiwa dan mengamankan masa depan AS membutuhkan lebih dari kata-kata dan membutuhkan semua hal terpenting dari demokrasi, persatuan,” katanya.
Biden berterima kasih kepada para pendukungnya. Ia juga berjanji akan menjadi presiden bagi semua kalangan, termasuk untuk orang-orang yang tidak memilihnya.
”Kalau tidak setuju, tidak apa-apa. Itulah demokrasi, itulah Amerika. Hak untuk tidak setuju secara damai dalam koridor yang ditetapkan negara kita mungkin kekuatan terbesar bangsa ini. Walakin, saya tegaskan. Ketidaksetujuan tidak boleh memicu perpecahan. Saya berjanji, saya akan menjadi presiden bagi seluruh warga AS,” ujarnya. (AP/REUTERS)