China Bangun Pusat Karantina Baru Hadapi Lonjakan Korona
Ribuan kamar perawatan di pusat karantina terbaru dibangun di pinggiran kota Shijiazhuang, Hebei. Pemandangan itu mengingatkan langkah serupa yang dilakukan Beijing tahun lalu di Wuhan.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
BEIJING, SELASA —Pemerintah China kembali membangun pusat-pusat karantina bagi pasien Covid-19 seperti pernah dilakukan setahun lalu guna menghadapi lonjakan kasus terkonfirmasi Covid-19. Beijing bergeming dengan sikap dan caranya menghadapi kondisi pandemi meski muncul kritikan terkait transparansi dinamika menghadapi penyakit itu.
Pejabat senior kesehatan nasional China, Wang Bin, mengatakan pekan lalu bahwa China sangat waspada terhadap gelombang lonjakan kasus Covid-19 yang rawan dipicu oleh musim liburan Imlek bulan depan. Jutaan warga akan melakukan perjalanan ke kota asal mereka untuk merayakan hari raya itu. Penambahan kasus-kasus baru yang terjadi belakangan pun berusaha dicegah sekuat mungkin agar tidak menyebar.
Ribuan kamar perawatan di pusat karantina terbaru dibangun di pinggiran kota Shijiazhuang, Hebei. Seperti terlihat Selasa (19/1/2021), para petugas konstruksi bekerja sepanjang waktu untuk membangun fasilitas karantina besar guna menghadang wabah Covid-19 yang berkembang di kota itu. Fasilitas sama lainnya telah dibangun dan disediakan di sekitar Provinsi Hebei. Lebih dari 20.000 penduduk desa di sekitar Provinsi Hebei telah dikirim ke karantina di fasilitas terpusat.
Pekerjaan pembangunan itu dimulai pada 13 Januari ketika kota-kota di Cina di bagian utara mengisolasi jutaan orang akibat temuan lonjakan kasus terkonfirmasi Covid-19 dalam beberapa pekan terakhir. China sebagian besar telah mengendalikan Covid-19 bahkan ketika seluruh dunia berjuang dengan kematian yang meningkat dan rumah sakit yang semakin terbebani. Namun, serentetan wabah kecil di tingkat lokal mendorong pejabat China untuk memerintahkan pengujian massal dan penguncian yang ketat. Isolasi warga di pusat-pusat karantina menjadi langkah yang diambil terhadap warga yang dinyatakan positif Covid-19.
Pemandangan di luar Shijiazhuang itu mengingatkan pada upaya Beijing awal tahun lalu di awal-awal pandemi. Saat itu Pemerintah China membangun rumah sakit lapangan darurat di Wuhan—kota pusat tempat kasus Covid-19 pertama kali muncul—hanya dalam beberapa hari. Kompleks pusat karantina di Shijiazhuang dilengkapi dengan kamar mandi, fasilitas wi-fi, dan penyejuk ruangan. Fasilitas itu dilaporkan siap digunakan dalam beberapa hari mendatang.
Bendera bertuliskan nama tim konstruksi dan unit Partai Komunis China berkibar dari bangunan yang telah selesai. Media CCTV mengungkapkan, fasilitas tersebut memiliki cukup ruangan untuk menampung lebih dari 4.000 orang setelah selesai.
Media CCTV menunjukkan video para pekerja dengan rompi visibilitas tinggi dan topi keras tengah beraktivitas. Mereka merakit struktur di tengah malam. Bendera bertuliskan nama tim konstruksi dan unit Partai Komunis China berkibar dari bangunan yang telah selesai. CCTV mengungkapkan, fasilitas tersebut memiliki cukup ruangan untuk menampung lebih dari 4.000 orang setelah selesai.
Bergeming dengan strategi
Pemerintah China bergeming dengan sikap dan caranya dalam merespons pandemi setahun terakhir dan lonjakan kasus-kasus terkonfirmasi saat-saat ini. Namun, Beijing mengaku akan ”berusaha untuk berbuat lebih baik” setelah para ahli independen mengkritik tingkat kecepatan respon Beijing terhadap penyebaran Covid-19. Beijing telah menghadapi kritik internasional atas dugaan kurangnya transparansi setelah virus itu muncul di pusat kota Wuhan pada akhir 2019 dan karena menekan hingga menangkap para warga pelapor terkait penyakit itu.
Panel Independen untuk Kesiapsiagaan dan Respon Pandemi—yang juga mengkritik Organisasi Kesehatan Dunia atas respons terhadap pandemi— menyatakan evaluasinya soal penanganan pandemi pada Senin (18/1/2021). Salah satu evaluasinya terhadap awal krisis di China menunjukkan bahwa seharusnya ada tindakan lebih cepat yang kala itu dapat dilakukan Beijing sehingga dapat mencegah penyebaran wabah itu secara global.
Panel itu adalah bentukan WHO untuk secara independen mempelajari respons global terhadap Covid-19. Laporan para ahli juga mengkritik WHO karena menunda-nunda awal krisis. Badan kesehatan PBB itu tidak mengadakan komite darurat hingga 22 Januari 2020.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, mengatakan, Beijing telah memberlakukan tindakan-tindakan responsif sejak awal. Hal itu termasuk pengumuman soal penguncian paksa di Wuhan beberapa pekan setelah virus korona tipe baru terdeteksi. Langkah-langkah itu dikatakan Beijing telah mengurangi tingkat infeksi dan kematian.
Dalam sebuah konferensi pers reguler, Hua menyatakan, Pemerintah China bertekad memperbaiki respons dan langkah mereka selanjutnya. ”Sebagai negara pertama yang menyuarakan kewaspadaan terhadap pandemi, kami mengambil tindakan cepat dan tegas meskipun kami memiliki informasi yang tidak lengkap pada saat itu,” kata Hua.
China dinilai telah berupaya untuk mengubah narasi pandemi dari kekacauan awal di Wuhan menjadi keberhasilan negara itu dalam menghentikan penyebaran Covid-19. Beijing juga meragukan apakah Covid-19 berasal dari Wuhan sambil membungkam para kritikus, termasuk di antaranya adalah terhadap jurnalis warga Zhang Zhan yang dipenjara selama empat tahun karena melaporkan kondisi di dalam Wuhan pada puncak wabah tahun lalu. (AFP/REUTERS)