Korea Utara Isyaratkan Buka Babak Baru dengan Amerika Serikat
Parade militer Korut memamerkan rudal balistik berbasis kapal selam pekan lalu untuk memberi pesan kepada AS bahwa Korut masih dalam kondisi kuat.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
Rekaman perjalanan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un selama 11 hari pada 2019 untuk bertemu Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Hanoi, Vietnam, ditayangkan stasiun televisi pemerintah, KCTV, Rabu lalu, dalam bentuk film dokumenter berdurasi 75 menit.
Film merekam perjalanan Kim secara urut sejak stasiun kereta dari Pyongyang dan selama berada di Hanoi pada akhir Februari 2019 hingga tiba lagi di Pyongyang dengan disambut meriah rakyatnya, awal Maret. Pertemuan Kim dan Trump yang berakhir buntu, tanpa kesepakatan perlucutan nuklir Korut dan sanksi AS, tidak diceritakan.
Korut tidak mau menghentikan program nuklirnya jika AS tidak mencabut sanksinya terlebih dahulu. Sebaliknya, AS meminta Korut menghentikan program senjata nuklirnya dahulu baru diikuti pencabutan sanksi oleh Washington. Setelah pertemuan itu, Kim dan Trump saling menyalahkan.
Para pengamat mengatakan, Korut ternyata kembali mengembangkan rudal balistiknya. Tahun lalu, Kim berjanji menutup fasilitas nuklirnya agar bisa kembali dipercaya AS dan komunitas internasional. Fakta ini tidak disinggung dalam film dokumenter.
Dalam salah satu klip selama 10 menit ditunjukkan suasana Kim dan Trump bagai dua sahabat. Rekaman ini diambil dari pertemuan pertama mereka di Singapura, Juni 2018. Mereka sama-sama tersenyum hangat dan berjabat tangan saat berjalan di tepi kolam renang taman Hotel Metropole yang mewah, tempat pertemuan AS-Korut itu.
Melalui film dokumenter, Pyongyang sepertinya ingin mengirim pesan bahwa AS dan Korut bisa mengatasi perselisihan mereka selama 70 tahun dan pertemuan bilateral membuka masa depan baru. Namun, jika di perundingan itu dibahas usulan-usulan yang adil bagi kedua belah pihak.
Dalam salah satu cuplikan film itu, Kim tampak sedang merokok sambil rapat tengah malam dengan para asistennya di kamar hotel menjelang pertemuannya dengan Trump. Tidak diperlihatkan jika diskusi Kim dan Trump membahas perlucutan nuklir.
KCTV menunjukkan Trump menepuk lengan Kim saat keduanya berjabat tangan sebelum berpisah. Berdiri di aula Hotel Metropole, Trump berjabat tangan dengan seluruh delegasi Korut. Kim terlihat tersenyum dan mengajak Trump untuk bertemu lagi.
Setelah penayangan film dokumenter, Kim memamerkan empat rudal balistik baru yang bisa ditembakkan dari kapal selam. Senjata barunya itu ditampilkan dalam parade militer di Pyongyang, Kamis (16/1/2021) sore, beberapa hari menjelang pelantikan Presiden terpilih AS, Joe Biden.
Film dokumenter itu seperti memberi kesan bahwa Korut hendak membuka lembaran baru yang lebih baik dengan AS. Namun, di sisi lain, rezim Kim memamerkan rudal baru. Di Kongres Ke-8 Partai Pekerja yang berkuasa, pekan lalu, Kim bahkan menyebut AS sebagai musuh utama Korut dan terus mengembangkan program nuklirnya.
Jika Korut memiliki rudal balistik yang bisa ditembakkan dari kapal selam bertenaga nuklir, banyak pihak khawatir Korut bisa saja tiba-tiba menyerang AS dari jarak dekat atau menyerang ke mana saja. Di Kongres, Kim menyatakan Korut sudah menuntaskan rencana membangun kapal selam nuklir, tetapi akan butuh waktu untuk mewujudkannya.
Para pengamat menilai Korut memanfaatkan parade militer itu untuk memberi pesan kepada AS bahwa Korut masih dalam kondisi kuat. Soo Kim, dari RAND Corporation, menilai parade militer itu bukti bahwa Korut masih melanjutkan pengembangan teknologi persenjataannya.
Perubahan kepemimpinan di AS menjadi tantangan bagi Korut karena mereka belum mengetahui sikap, posisi, dan kebijakan Biden kepada Korut. AS, di bawah kepemimpinan Biden, kemungkinan kelak kembali pada pendekatan diplomatik yang lebih ortodoks. Misalnya, AS tetap melanjutkan perundingan bilateral dengan Korut sebelum Kim dan Biden bisa bertemu. (AFP/LUK)