Saat mayoritas kekebalan tubuh menurun akibat infeksi virus korona, sel memori B tetap ada dan mengingat virus korona sehingga ketika infeksi berulang, sel ini akan membantu tubuh untuk melawannya.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
Seseorang yang pernah terinfeksi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 masih berpeluang tertular kembali. Kasus seperti ini sudah muncul di banyak negara. Berapa lama antibodi terhadap virus korona bertahan di dalam tubuh menjadi tantangan bagi pengembangan vaksin Covid-19.
Akan tetapi, hasil penelitian terbaru yang dipublikasi pada Senin (18/1/2021) memperlihatkan ada peluang tubuh untuk bisa menangkal infeksi ulang selama enam bulan setelah infeksi pertama. Semua berkat sel memori B.
Para peneliti di Amerika Serikat dan Swiss mempelajari puluhan orang yang pulih dari Covid-19 dan menemukan bahwa meski antibodi mereka memudar seiring waktu, level sel memori B yang berfungsi sebagai sel pengingat/memori tetap bertahan.
Sel ini dapat mengingat patogen yang masuk ke dalam tubuh sehingga jika patogen itu kembali menginfeksi, tubuh sel tersebut mampu memicu sistem kekebalan tubuh untuk kembali memproduksi antibodi yang diperlukan.
”Respons memori bertanggung jawab untuk melindungi dari reinfeksi dan esensial untuk vaksinasi yang efektif,” demikian kesimpulan studi itu yang dipublikasi di jurnal Nature.
Berdasarkan pengamatan, respons ingatan sel B tidak berkurang setelah 6,2 bulan, tapi justru terus berkembang sehingga ketika terjadi infeksi ulang sistem kekebalan tubuh bisa meresponsnya dengan cepat dan efektif.
Para peneliti mempelajari 87 orang yang terkonfirmasi Covid-19 lebih dari satu bulan dan enam bulan setelah infeksi. Mereka menemukan, virus SARS-CoV-2 menetralkan aktivitas antibodi seiring waktu, tapi jumlah sel B tidak berubah.
Para peneliti berpendapat, studi mereka mengindikasikan bahwa respons sel memori B berkembang selama enam bulan setelah infeksi akibat masih adanya protein dari virus korona yang tersisa di dalam tubuh.
Sel B memiliki protein permukaan yang variasi bentuknya banyak. Beberapa di antaranya kemungkinan mempunyai bentuk yang pas untuk melekat pada virus korona. Ketika protein permukaan sel B melekat pada virus korona, sel B akan menarik seluruh atau sebagian virus itu ke dalam dan menampilkan fragmen virus itu di permukaan selnya.
Sel T yang permukaannya juga bisa menempel pada virus korona dapat mendeteksi adanya fragmen virus korona pada permukaan sel B. Saat itu terjadi, sel T akan aktif dan merekrut sel kekebalan tubuh lainnya untuk melawan virus korona.
Berapa lama seseorang bisa melawan reinfeksi virus korona dan proses kekebalan tubuh seperti apa yang terjadi merupakan kunci untuk memprediksi dinamika pandemi.
Penelitian sebelumnya memunculkan kekhawatiran bahwa antibodi penetral bisa menurun cepat setelah infeksi virus korona. Namun, sejumlah studi yang lebih baru menggarisbawahi adanya peran lain dalam sistem kekebalan tubuh pada imunitas jangka panjang.
Sebuah hasil studi yang dipublikasi di jurnal Science pada Januari ini menunjukkan bahwa hampir semua bagian utama sistem kekebalan tubuh yang bisa mengingat dan melawan patogen dapat merespons infeksi virus korona selama delapan bulan.
Bagian utama kekebalan tubuh itu termasuk protein sel memori B yang justru ditemukan meningkat di dalam darah selama enam bulan setelah infeksi. Studi ini didasarkan atas analisis sampel darah 188 pasien Covid-19. (AFP)