Pulih dari Korona, Ekonomi China Tumbuh 2,3 Persen di 2020
IMF dan lembaga-lembaga ekonomi lain memperkirakan pertumbuhan ekonomi China akan meningkat lebih lanjut tahun ini hingga di atas 8 persen. Permintaan lebih kuat tahun ini diharapkan berlanjut secara global.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
BEIJING, SENIN — Ekonomi China tumbuh 2,3 persen pada 2020 karena pemulihan dari pandemi Covid-19 yang berjalan relatif cepat. Data resmi otoritas statistik China pada Senin (18/1/2021) menunjukkan pertumbuhan ekonomi China pada tiga bulan terakhir tahun 2020 sebesar 6,5 persen secara tahunan. Tingkat pertumbuhan pada triwulan keempat tahun lalu itu lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan ketiga 2020 yang mencapai 4,9 persen.
Dana Moneter Internasional (IMF) dan lembaga-lembaga ekonomi memperkirakan pertumbuhan ekonomi China akan meningkat lebih lanjut tahun ini hingga di atas 8 persen. Permintaan yang lebih kuat di dalam dan luar negeri diharapkan terjadi di tengah optimisme program vaksinasi secara global. Stimulus kebijakan di dalam negeri China juga diperkirakan memberikan dorongan yang kuat ke tahun 2021.
Pada awal 2020, produk domestik bruto (PDB) China menyusut sebesar 6,8 persen pada triwulan I-2021. Hal itu terjadi setelah Partai Komunis China mengambil langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya, yaitu menutup ekonominya untuk melawan penyebaran virus korona tipe baru. Langkah itu ternyata membuahkan hasil. China menjadi negara besar pertama yang tumbuh positif lagi dengan catatan ekspansi 3,2 persen pada triwulan berikutnya.
Partai PKC mengumumkan kemenangan China atas virus pada Maret tahun lalu dan mengizinkan pabrik, toko, dan kantor dibuka kembali. ”Ekonomi pulih dengan mantap dan standar hidup dipastikan berada di level kuat,” demikian Biro Statistik Nasional China dalam sebuah pernyataan.
PKC mengatakan, tujuan pembangunan partai yang berkuasa ”dicapai lebih baik dari yang diharapkan”, tetapi tanpa memberikan rincian capaian-capaian yang dimaksud. China telah memberlakukan kembali kontrol perjalanan di beberapa daerah setelah meningkatnya kasus baru pada bulan ini, tetapi sebagian besar wilayah negara itu sejauh ini dilaporkan tidak terpengaruh.
Akan tetapi, tingkat pertumbuhan China saat-saat ini tetap berada di atas pertumbuhan ekonomi negara-negara besar lain, termasuk Amerika Serikat. Negara-negara lain di luar China rata-rata belum melaporkan pertumbuhan ekonominya sepanjang tahun lalu.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2020 adalah pertumbuhan China terlemah dalam beberapa dekade. Tingkat pertumbuhan itu juga masih di bawah tingkat pertumbuhan 3,9 persen pada tahun 1990 setelah negara itu memilih menumpas gerakan prodemokrasi.
Akan tetapi, tingkat pertumbuhan China saat-saat ini tetap berada di atas pertumbuhan ekonomi negara-negara besar lain, termasuk Amerika Serikat. Negara-negara lain di luar China rata-rata belum melaporkan pertumbuhan ekonomi mereka sepanjang tahun lalu. Namun, dapat dipastikan kinerja ekonomi semua negara di dunia cukup tertekan akibat pandemi Covid-19.
Permintaan naik
Pertumbuhan ekonomi China terbantu oleh permintaan global atas produk seperti masker buatan China dan persediaan medis lainnya. Ekspor China naik 3,6 persen tahun lalu meskipun ada perang tarif dengan Washington. Eksportir mengambil pangsa pasar dari para pesaing yang masih menghadapi pembatasan-pembatasan sebagai respons atas pandemi.
Belanja ritel China menyusut sebesar 3,9 persen selama 2020, tetapi naik 4,6 persen pada Desember tahun lalu dibandingkan dengan tahun sebelumnya karena dorongan permintaan kembali. Belanja konsumen pulih ke atas level tahun sebelumnya pada triwulan ketiga tahun lalu. Penjualan barang-barang konsumen di China secara daring naik 14,8 persen.
Ini menjadi gambaran warga yang harus tetap berada di rumah selama pembatasan membeli bahan makanan dan pakaian secara daring. Produksi pabrik-pabrik naik 2,8 persen tahun lalu. Data sebelumnya menunjukkan aktivitas pabrik-pabrik di China meningkat menjelang akhir tahun. Produksi pabrik-pabrik itu naik 7,3 persen pada Desember.
Data memang memperlihatkan pandemi global yang dihadapi sejumlah negara tertentu telah memicu permintaan barang-barang China. Kondisi itu terjadi, bahkan, ketika nilai tukar yuan yang lebih kuat membuat ekspor lebih mahal untuk pembeli luar negeri. China juga membeli minyak mentah, tembaga, bijih besi, dan batubara dalam volume rekor tahun 2020.
Analis memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan pulih menjadi 8,4 persen pada 2021 sebelum melambat menjadi 5,5 persen pada 2022. Beberapa analis tetap memperingatkan dinamika penanganan pandemi selanjutnya di China. Penambahan kasus terkonfirmasi Covid-19 di China dan langkah penanganannya dapat saja memengaruhi aktivitas dan konsumsi menjelang liburan Imlek bulan depan. (AP/REUTERS)