Otoritas Keamanan Bersiap Menahan Navalny jika Pulang
Tokoh oposisi Rusia, Alexei Navalny, berencana kembali ke negara asalnya setelah pulih dari keracunan yang diduga dilakukan agen intelijen pemerintah. Otoritas keamanan mengancam menangkap Navalny saat dia tiba.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
MOSKWA, MINGGU — Tokoh oposisi terkemuka Rusia, Alexei Navalny, berencana kembali ke Rusia pada pekan ini setelah menjalani perawatan di rumah sakit militer di Jerman selama beberapa bulan. Namun, otoritas Rusia mengancam akan menahan Navalny saat dia menjejakkan kaki di negara itu.
Navalny mengalami koma saat naik penerbangan domestik dari Siberia ke Moskwa pada 20 Agustus 2020 seusai minum teh. Dia dipindahkan dari rumah sakit di Siberia ke rumah sakit militer di Berlin, Jerman, dua hari kemudian. Laboratorium di Jerman, Perancis, dan Swedia, dan tes oleh Organisasi Pelarangan Senjata Kimia, yang memeriksa Navalny menyatakan bahwa ia terpapar racun saraf Novichok, yang dikembangkan militer Uni Soviet tahun 1970-an dan 1980-an.
Penantang Presiden Rusia Vladimir Putin pada Pemilu 2017 ini, Rabu (13/1/2021), mengumumkan rencana kepulangannya ke Rusia. Pengelola Bandara Vnukovo di Moskwa, yang akan menjadi tempat mendarat Navalny, telah meningkatkan pengamanan di kawasan bandara ketika mendengar tokoh oposisi itu akan pulang ke Rusia.
Media dilarang meliput kedatangan Navalny dengan alasan pandemi Covid-19. Larangan yang sama akan diberlakukan terhadap para pendukung Navalny yang mencoba mendekati bandara untuk bertemu langsung dengannya.
Otoritas keamanan dan manajemen bandara telah bersiap. Sejumlah truk pengangkut tahanan telah diparkir tidak jauh dari kawasan bandara.
Surat kabar independen Novaya Gazeta dan media sosial oposisi, Minggu (17/1/2021), melaporkan bahwa beberapa pendukung Navalny di St Petersburg telah diturunkan dari kereta yang akan membawa mereka ke Moskwa. Ada juga yang dicegah berangkat dari bandara setempat pada Sabtu (16/1/2021) malam dan Minggu pagi, termasuk staf Navalny.
Pada akhir Desember, Dinas Pemasyarakatan Federal atau FSIN memperingatkan Navalny bahwa ia menghadapi hukuman penjara jika gagal untuk segera melapor ke kantornya sejalan dengan ketentuan penangguhan hukuman dan masa percobaan yang ia terima untuk hukuman yang dijatuhkan pada 2014 atas tuduhan penggelapan dan pencucian uang.
Navalny menolak hukuman itu yang dinilainya bermotif politik. Pengadilan Eropa untuk Hak Asasi Manusia telah memutuskan bahwa hukuman itu melanggar hukum.
Kamis (14/1/2021), FSIN mengeluarkan pernyataan bahwa mereka mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Navalny setelah dia gagal melapor ke kantornya. Layanan penjara—yang telah meminta pengadilan Moskwa untuk mengubah hukuman percobaan 3 tahun 6 bulan Navalny menjadi hukuman penjara—mengatakan berkewajiban mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menahan Navalny sambil menunggu keputusan pengadilan. Jika Navalny menginjakkan kaki di Rusia, dia akan segera ditangkap.
Navalny, yang menyalahkan keracunannya kepada Kremlin, menuduh bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin sekarang berusaha mencegahnya pulang dengan upaya hukum baru. Kremlin telah berulang kali membantah berperan dalam peracunan pemimpin oposisi.
Pemerintah Rusia bersikeras bahwa dokter yang merawat Navalny ketika pertama kali dilaporkan mengalami keracunan di Siberia tidak menemukan jejak racun seperti yang dituduhkan sejumlah negara kepadanya. Mereka balik menantang pejabat Jerman untuk memberikan bukti keracunannya. Mereka menolak untuk membuka penyelidikan kriminal lengkap, dengan alasan kurangnya bukti bahwa Navalny diracun.
Pemerintah Jerman, menurut kantor berita Interfax, telah mengirimkan dokumen transkrip wawancara sebagai bagian dari penyelidikan Moskwa atas kasus Navalny tersebut. Pemerintah Jerman menuntut penyelidikan menyeluruh atas kejahatan tersebut.
Bulan lalu, Navalny merilis rekaman panggilan telepon antara dirinya dan seorang pria yang dia gambarkan sebagai tersangka anggota sekelompok perwira Dinas Keamanan Federal, atau FSB, yang konon meracuninya dan kemudian mencoba menutupinya. FSB menolak rekaman itu dan menyatakannya sebagai palsu. (AP/REUTERS)