Cegah Warga Sipil Bawah Senjata, Keamanan Jelang Pelantikan Biden Diperketat
Sejumlah polisi dan tentara aktif terlibat aksi ribuan pendukung Trump di Gedung Capitol, 6 Januari 2021. Keamanan diperketat lagi menjelang pelantikan Biden.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
WASHINGTON DC, MINGGU — Aparat keamanan di seluruh Amerika Serikat meningkatkan kewaspadaan menjelang pelantikan presiden tertpilih, Joe Biden. Apalagi dari penyelidikan awal menunjukkan keterlibatan sejumlah oknum tentara dan polisi dalam penyerbuan massal ke Gedung Capitol, 6 Januari 2021.
Hingga Sabtu (16/1/2021) malam waktu setempat atau Minggu pagi WIB, aparat telah mendirikan berbagai pos pemeriksaan di sejumlah penjuru Washington DC. Di salah satu pos itu, polisi menangkap Wesley Allen Beeler, warga Virginia, negara bagian tetangga Washington DC. Ia ditangkap karena membawa tanda pengenal tidak sah, membawa pistol, dan 500 peluru di mobilnya.
Dalam pernyataan terpisah, Beeler mengaku menjadi satpam di Washington DC dalam sepekan terakhir. Pekerjaan itu membuatnya bolak-balik Virginia-Washington DC. Ia mengaku memiliki pistol. Walakin, ia membantah punya peluru sebanyak 500 butir tersebut.
Hukum Washington DC mengharuskan pembawa senjata api punya izin dari Washington DC, bukan dari negara bagian lain. Aturan itu ditegakkan lebih keras menjelang pelantikan Biden sebagai Presiden AS. Hal ini untuk mencegah warga sipil membawa senjata ke Washington DC.
Selain pos pemeriksaan, perintang hampir 3 meter juga dipasang di sekitar Gedung Capitol dan kawasan Monumen Nasional. Biasanya, perintang di kantor parlemen AS itu hanya 1,5 meter. Selepas ribuan pendukung Presiden AS Donald Trump menduduki Gedung Capitol pada 6 Januari 2021, antisipasi ancaman keamanan ditingkatkan.
Tidak hanya mendirikan perintang lebih tinggi dan pos pemeriksaan lebih banyak, aparat AS juga mengerahkan lebih banyak anggota. Selain ribuan polisi dan aparat federal, sudah 21.000 anggota Garda Nasional datang ke Washington DC. Kementerian Pertahanan AS merencanakan pengerahan hingga 25.000 anggota Garda Nasional dari sejumlah negara bagian.
Karena Washington DC tidak punya gubernur seperti 50 negara bagian lain di AS, pengerahan garda nasional di ibu kota AS itu diatur oleh Kementerian Pertahanan AS. Di negara bagian lain, pengerahan garda nasional menjadi kewenangan gubenur.
Hal itu terjadi di beberapa negara bagian yang juga mengerahkan Garda Nasional sebagai antisipasi ancaman keamanan menjelang pelantikan Biden sebagai Presiden AS pada 20 Januari 2021.
Wali Kota Washington DC Muriel Bowser mengatakan, pengetatan keamanan akan berlangsung sampai selepas pelantikan Biden. Hal itu menyusul pendudukan Gedung Capitol.
Sementara Gubernur Virginia Ralph Northam memutuskan penutupan empat jembatan utama yang menghubungkan negara bagian itu dengan Washington DC. Penutupan berlaku pada Selasa-Kamis mendatang.
Sejumlah kawasan utama di sekitar Gedung Capitol dan Gedung Putih juga ditutup untuk umum pada Selasa-Kamis.
Sementara Maryland, yang juga bersebelahan dengan Washington DC sebagaimana halnya Virginia, malah menetapkan keadaan darurat. Atas dasar itu, Garda Nasional dikerahkan dan aparat dapat memberlakukan jam malam.
Keterlibatan tentara
Biro Investigasi Federal AS (FBI) memperingatkan unjuk rasa yang disertai kekerasan di ibu kota 50 negara bagian AS menjelang pelantikan Biden. Peringatan didasarkan pada pemantauan di dunia maya dan lapangan.
Peringatan disikapi lebih serius setelah ribuan pendukung Presiden AS Donald Trump menduduki Capitol pada 6 Januari 2021. Dalam insiden di kantor parlemen AS itu, diketahui keterlibatan sedikitnya 22 polisi dan tentara aktif ataupun pensiunan polisi dan tentara aktif. Bukti keterlibatan mereka tersebar dalam bentuk foto dan video di media sosial.
Salah satu indikasi paling mencolok adalah formasi berbaris yang dikenal setiap prajurit AL dan AD AS yang pernah bertugas di Afghanistan dan Irak. Formasi itu terlihat kala ribuan pendukung Trump mencoba menerobos perintang Capitol.
Dalam penyelidikan oleh tentara dan polisi AS, beberapa pensiunan dan anggota aktif itu sudah diidentifikasi. Sebagian sudah ditangkap walau dikeluarkan dari penjara dengan jaminan.
Di antara mereka yang ditangkap atau diselidiki, diketahui pernah bertugas sebagai anggota pasukan atau operasi khusus. (AP/REUTERS)