Korut Pamerkan Rudal Balistik Berbasis Kapal Selam Jelang Pelantikan Biden
Korea Utara terus mengembangkan kemampuan senjata nuklirnya. Dalam parade militer, Jumat ini, turut dipamerkan beberapa peluru kendali balistik berbasis kapal selam.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
SEOUL, JUMAT — Korea Utara memamerkan kemampuan militer terbarunya dalam sebuah parade di Pyongyang, Jumat (15/1/2021). Parade yang digelar seusai Kongres Ke-8 Partai Pekerja itu ikut menampilkan rudal balistik terbaru berbasis kapal selam, sebuah kemajuan karena belum pernah ditampilkan sebelumnya.
Parade militer itu dinilai sebagai unjuk kekuatan Pyongyang hanya beberapa hari sebelum pelantikan Joe Biden sebagai presiden Amerika Serikat (AS). Dalam kongres yang digelar lima tahunan, Pemimpin Korut Kim Jong Un menggolongkan AS sebagai ”musuh bebuyutan utama” dan bertekad terus meningkatkan program nuklirnya.
”Senjata paling kuat di dunia, rudal balistik berbasis kapal selam, memasuki alun-alun satu demi satu, dengan kuat menunjukkan kekuatan angkatan bersenjata revolusioner,” demikin laporan kantor berita resmi Korut, KCNA.
Sejumlah foto menunjukkan setidaknya empat rudal dengan kerucut hitam-putih didorong melewati kerumunan. Warga yang menonton parade itu terlihat melambai-lambaikan bendera. Menurut Ankit Panda, analis lembaga Carnegie Endowment, rudal itu adalah senjata yang sebelumnya tak terlihat.
”Tahun baru, Pukguksong baru,” kata Panda melalui media sosial Twitter. Pukguksong mengacu pada rudal balistik (SLBM) yang diluncurkan di kapal selam Korut.
Pameran itu juga termasuk mengikutsertakan pasukan infanteri, artileri, tank, dan sebuah parade terbang dengan pesawat-pesawat membentuk nomor ”8” untuk memperingati kongres ke-8 partai penguasa Korut, yakni Partai Pekerja Korea (KWP).
Namun, Pyongyang dengan hati-hati mengalibrasi pesannya dengan baik. Pihak KCNA tidak menyertakan rudal balistik antarbenua (ICBM). Kecuali menunjukkan bahwa parade itu pada skala yang lebih kecil daripada parade serupa sebelumnya pada Oktober.
Pada saat itu, mereka memamerkan ICBM baru yang sangat besar pada kendaraan 11-poros yang menurut para analis sebagai rudal jalan raya berbahan bakar cair terbesar di dunia.
KCNA melaporkan, Kim ikut menyaksikan sekaligus mengawasi pertunjukan itu. Disebutkan bahwa pameran itu mengikutsertakan roket dengan ”kemampuan serangan yang kuat untuk memusnahkan musuh secara menyeluruh dengan pencegahan di luar wilayah”.
Hal itu menyiratkan klaim Pyongyang bahwa senjata jenis itu memiliki jangkauan melampaui Semenanjung Korea.
Foto lain menunjukkan parade itu berakhir dengan dipamerkannya senjata yang tampak seperti rudal balistik jarak pendek berbahan bakar padat baru. Senjata itu diperkirakan lebih ringan, mudah dipindah, sekaligus lebih cepat digunakan daripada versi senjata lain yang berbahan bakar cair.
”Mereka ingin kita memperhatikan bahwa mereka semakin mahir dengan produksi roket padat yang lebih besar,” lanjut Panda melalui Twitter.
Mereka ingin kita memperhatikan bahwa mereka semakin mahir dengan produksi roket padat yang lebih besar.
Para pengamat mengatakan, Korut menggunakan kongres terbarunya untuk mengirim pesan kekuatan kepada pemerintahan Washington yang akan datang dalam upaya untuk mendapatkan konsesi.
Kim dan Donald Trump memiliki hubungan yang naik turun. Keduanya terlibat dalam penghinaan dan ancaman perang bersama sebelum kemudian berada dalam dinamika diplomatik yang luar biasa. Kedua pemimpin itu pernah hadir bersama dalam pertemuan puncak.
Publik lalu melihat keduanya gagal membuat kemajuan substantif. Proses komunikasi Washington-Pyongyang menemui jalan buntu setelah pertemuan puncak Trump-Jong Un di Hanoi, Vietnam, pada Februari 2019. Pencabutan sanksi dan apa yang bersedia diserahkan Pyongyang sebagai balasannya tidak pernah terealisasi hingga hari ini.
Korut pun hingga kini tetap berada di bawah serangkaian sanksi internasional atas program senjata nuklir dan rudal balistik yang dilarang. Pada saat yang sama, negara itu berada di bawah kebijakan penutupan wilayah merespons kondisi pandemi Covid-19.
Kebijakan itu sengaja dipilih Pyongyang. Pyongyang sejak Januari tahun lalu menutup perbatasannya untuk melindungi diri dari serangan virus korona tipe baru yang diduga berasal dari China. Kelindan kondisi itu diperkirakan semakin menekan perekonomian Korut.
Pergantian kepemimpinan di Washington dinilai akan menghadirkan tantangan bagi Pyongyang. Biden dikaitkan dengan pendekatan ”kesabaran strategis” pemerintahan era Presiden Barack Obama dan mencirikan Kim sebagai ”preman” selama debat presiden.
AS sendiri diperkirakan kembali ke pendekatan diplomatik yang lebih ortodoks di bawah Biden. Ia kemungkinan bakal berkeras pada kemajuan ekstensif dalam pembicaraan tingkat kerja sebelum pertemuan puncak para pemimpin dapat dipertimbangkan.
Pyongyang telah mencurahkan sumber daya yang besar ke dalam program senjatanya. Negara itu bagaimana pun dinilai telah membuat kemajuan pesat di bawah Kim dan yang dikatakannya perlu untuk mempertahankan diri dari kemungkinan invasi AS.
”Satuan elite yang megah dan jajaran Republik berpakaian besi yang tak terkalahkan dengan bangga akan melewati Lapangan Kim Il Sung mewakili kekuatan absolut kami,” kata Menteri Pertahanan Korut Kim Jong Gwan, dalam pidato menjelang parade. (AFP)