Beberapa hari menjelang peralihan kekuasaan di AS dari Presiden Donald Trump ke Presiden terpilih Joe Biden, Duta Besar AS untuk PBB Kelly Craft menegaskan bahwa Washington akan terus mendampingi Taiwan sampai kapan pun.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
NEW YORK, KAMIS -- Amerika Serikat akan tetap mendampingi Taiwan sebagai teman dan rekan apapun yang terjadi dan sampai kapanpun. Kedua pihak harus bersatu bahu-membahu sebagai pilar demokrasi. AS berpandangan bahwa Taiwan menjadi model bagi dunia karena berhasil melawan pandemi Covid-19. Karena itu, Taiwan semestinya bisa berbagi teknologi dan sains di bidang kesehatan.
Hal tersebut dikemukakan Duta Besar Amerika Serikat untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Kelly Craft saat berkomunikasi melalui video telekonferensi dengan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen, Kamis (14/1/ 2021). Ia menyayangkan Taiwan yang tidak bisa berbagi pengalaman keberhasilan mereka menangani Covid-19 di forum Perserikatan Bangsa-Bangsa, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) karena penolakan dari China.
Sampai saat ini hanya ada 850 kasus Covid-19 di Taiwan dan 7 orang di antaranya meninggal. Keberhasilan Taiwan mengendalikan Covid-19, antara lain, karena ketegasan pemerintah Taiwan menutup seluruh perbatasan dan menetapkan karantina yang ketat serta disiplin melacak kontak. Hasilnya, dalam 253 hari sempat tak ada satupun kasus muncul. "Kunci (sukses) mereka, informasi yang banyak dan lebih transparan," kata Craft.
"Kami tetap mau menunjukkan Taiwan itu rekan penting bagi dunia, dan kami mau berkontribusi di komunitas internasional," kata Tsai.
Craft semula berencana bertandang ke Taipei pada pekan ini, tetapi dibatalkan Departemen Luar Negeri AS karena semua perjalanan dibatalkan menjelang transisi pemerintahan ke tangan Presiden terpilih AS, Joe Biden, 20 Januari mendatang. Kunjungan Craft ke Taiwan ini diduga sebagai upaya Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dan pemerintahan Presiden AS Donald Trump untuk menegaskan sikap AS yang tidak berubah pada China.
Berusaha masuk PBB
Tsai menegaskan, Taiwan akan tetap berusaha masuk ke PBB dan terlibat dalam rapat-rapat terkait PBB. Taiwan dikeluarkan dari WHO tahun 1972, satu tahun setelah Taiwan keluar dari PBB saat China bergabung organisasi multilateral itu. Taiwan diperbolehkan menghadiri rapat-rapat rutin WHO sebagai pengamat antara tahun 2009 dan 2016. Pada waktu itu hubungan Taiwan dan China masih lebih baik.
Juru bicara Kemlu China Zhao Lijian kembali menegaskan PBB merupakan badan dunia yang beranggotakan negara-negara yang berdaulat, sementara Taiwan bukan. "Ada beberapa politisi AS yang harus mempertanggungjawabkan niat dan perkataannya yang keliru," ujarnya.
Selama ini China kesal dengan dukungan AS terhadap Taiwan. Hubungan China-AS kian tegang dengan kunjungan sejumlah pejabat AS ke Taipei.
Pemerintah China menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan berjanji akan mengambil kembali Taiwan, bahkan jika perlu, dengan kekerasan. Kemarahan China pada Taiwan gara-gara kian dekatnya hubungan AS-Taiwan ditunjukkan dengan aksi pesawat jet China yang mendekati wilayah pertahanan Taiwan sebanyak 380 kali tahun lalu.
Masalah China dan Taiwan merupakan isu sensitif yang harus dihadapi pemerintahan Biden dengan hati-hati. AS mengakui kedaulatan China pada tahun 1979, tetapi tetap menjadi mitra tidak resmi Taiwan dan diperbolehkan oleh kongres untuk menjual persenjataan ke Taiwan agar Taiwan bisa mempertahankan diri sendiri.
Sejak pemerintahan Trump berkonflik dengan China dalam berbagai isu, mulai dari perdagangan hingga keamanan nasional, Taiwan menjadi instrumen AS untuk lebih mengganggu China. AS menandatangani kesepakatan penjualan senjata ke Taiwan senilai 18 miliar dollar AS.
Melindungi Taiwan, salah satu kekuatan demokrasi paling progresif di Asia, dari serangan China menjadi isu penting di AS. Namun, Biden, yang lebih memilih pendekatan diplomatik non-konfrontatif, kemungkinan akan mengambil cara yang berbeda dari Trump.
Pakar Taiwan dan China di Pusat Studi Strategi dan Internasional di AS, Bonnie Glaser, menilai sebenarnya Taiwan kecewa, tetapi juga lega dengan batalnya kunjungan Craft ke Taiwan.
"Taiwan tidak mau memancing friksi dengan pemerintahan AS yang baru," ujarnya. (REUTERS/AFP/AP)