Kematian Baru akibat Covid-19 di China Bertepatan dengan Kedatangan Tim WHO
Pemerintah kembali menerapkan pembatasan setelah munculnya penularan dan kematian baru akibat Covid-19. Tim ahli dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tiba di Wuhan.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
BEIJING, KAMIS — Pemerintah China melaporkan kasus kematian terbaru akibat Covid-19. Kasus kematian merupakan yang pertama dalam beberapa bulan terakhir. Munculnya laporan tentang kasus kematian itu beriringan dengan kedatangan tim khusus Organisasi Kesehatan Dunia ke China untuk menyelidiki asal-usul virus korona.
Kini, jumlah kematian akibat Covid-19 di negara China menjadi 4.635 jiwa dari total 87.844 kasus yang dilaporkan. Angka kasus itu relatif rendah jika dibandingkan dengan negara-negara yang besar dari sisi jumlah populasinya. Data China itu menggambarkan efektifnya langkah pengetesan, pelacakan, dan karantina yang ketat. Namun, data itu menimbulkan pertanyaan tentang dugaan pelanggaran hak asasi manusia terkait ketatnya pengawasan Beijing pada semua informasi terkait wabah.
Informasi kematian terbaru akibat Covid-19 di China langsung viral di negeri itu. Tagar ”Kematian virus baru di Hebei” mengemuka dan diunggah ulang oleh 100 juta pengguna platform media sosial China, Weibo. ”Saya sudah lama tidak melihat kata-kata ’kematian akibat virus’, ini sedikit mengejutkan! Saya harap epidemi dapat segera berlalu,” tulis seorang pengguna.
Komisi Kesehatan Nasional China mengatakan, Provinsi Heilongjiang di wilayah yang secara tradisional dikenal sebagai Manchuria mencatat 43 kasus baru Covid-19 tengah pekan ini. Kebanyakan dari kasus tersebut berpusat di kota Suihua di luar ibu kota Provinsi Harbin. Provinsi utara Hebei yang tepat berbatasan dengan Beijing mencatat lonjakan kasus baru paling tinggi di China, yaitu 81 kasus lagi.
Untuk menekan angka penularan, China kembali memberlakukan kebijakan pembatasan wilayah di sejumlah daerah, termasuk Hebei dan Beijing. Total jumlah penduduk yang terimbas pengetatan itu mencapai lebih dari 20 juta orang.
Pemerintah telah menutup jalur perjalanan warga dari dan ke beberapa kota. Otoritas juga mendesak warga untuk tetap tinggal di rumah selama liburan, menunda pertemuan politik penting, serta berencana untuk membiarkan sekolah-sekolah libur sepekan lebih awal menjelang Imlek guna mengurangi kemungkinan infeksi.
Virus korona tipe baru pertama kali terdeteksi di kota Wuhan di China tengah, akhir 2019. Sejak itu, virus tersebut menyebar ke seluruh dunia menewaskan hampir 2 juta orang sejauh ini, menginfeksi puluhan juta dan menggerogoti ekonomi global.
Virus korona tipe baru pertama kali terdeteksi di kota Wuhan, China tengah, akhir 2019. Sejak itu, virus tersebut menyebar ke seluruh dunia dan menewaskan hampir 2 juta orang sejauh ini, menginfeksi puluhan juta, dan menggerogoti ekonomi global.
Tim ahli WHO
Pada Kamis (14/1/2021), sebuah tim ahli dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tiba di Wuhan. Mereka siap memulai penyelidikan tentang asal-usul virus korona tipe baru penyebab Covid-19. Kunjungan tersebut disetujui oleh pemerintahan Presiden Xi Jinping setelah perselisihan diplomatik selama berbulan-bulan dan sempat memicu keluhan publik.
Media China menyebut setidaknya terdapat 10 ilmuwan dalam rombongan WHO itu. Mereka harus menyelesaikan karantina selama dua minggu di Wuhan sebelum memulai pekerjaan mereka. Tim WHO itu berasal dari sejumlah negara, di antaranya Amerika Serikat, Australia, Jerman, Jepang, Inggris, Rusia, Belanda, Qatar, dan Vietnam. Mereka tiba di China setelah menempuh perjalanan melalui Singapura.
Peter Ben Embarek, ketua tim untuk misi tersebut, mengatakan, tim itu akan melakukan karantina wajib di sebuah hotel. ”Dan, kemudian setelah dua pekan, kami akan dapat berpindah-pindah dan bertemu dengan rekan-rekan kami di China secara langsung dan pergi ke tempat-tempat berbeda yang ingin kami kunjungi,” katanya.
Embarek mengatakan, misi itu bisa menjadi perjalanan yang sangat panjang sebelum mereka mendapatkan pemahaman penuh tentang apa yang terjadi. Beijing berpendapat, meski Wuhan adalah tempat kelompok kasus pertama terdeteksi, belum tentu tempat tersebut menjadi asal-usul virus itu.
”Saya tidak berpikir kami akan mendapatkan jawaban yang jelas setelah misi awal ini, tetapi kami akan melanjutkannya,” ujar Embarek. ”Idenya adalah untuk memajukan sejumlah studi yang telah dirancang dan diputuskan beberapa bulan lalu agar kami lebih memahami apa yang terjadi,” katanya.