Indonesia Ajak China Jaga Stabilitas di Laut China Selatan
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengajak China menghormati dan menjalankan hukum internasional, termasuk UNCLOS 1982, sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas di Laut China Selatan.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia kembali mengajak China menjaga keamanan dan perdamaian di Laut China Selatan. Sementara China mengajak ASEAN semakin mengeratkan kerja sama ekonomi untuk kemakmuran bersama. Beijing-Jakarta juga menggalang kerja sama yang berpotensi mengabaikan ajakan Amerika Serikat.
Ajakan untuk menjaga keamanan dan perdamaian di Laut China Selatan (LCS) itu disampaikan Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi kepada Menlu China Wang Yi, Rabu (13/1/2021), di Jakarta. ”Saya menyampaikan kembali mengenai pentingnya menjaga Laut China Selatan sebagai laut yang damai dan stabil. Untuk mencapainya, hanya satu hal yang harus dilakukan semua negara, yaitu menghormati dan menjalankan hukum internasional, termasuk UNCLOS 1982,” kata Retno dalam konferensi pers bersama Wang Yi setelah delegasi Indonesia-China bertemu di Jakarta.
Menanggapi Retno, Wang mengatakan bahwa Beijing akan terus mengikuti prinsip- prinsip konsultasi yang disepakati ASEAN-China. ”Kami bekerja sama dengan semua anggota ASEAN untuk menerapkan DoC. Bersama membangun aturan kawasan yang selaras dengan hukum internasional, yang secara efektif dan substantif melindungi perdamaian dan keamanan Laut China Selatan,” tuturnya merujuk pada dokumen deklarasi tata perilaku (DoC) di LCS yang disepakati ASEAN dan Beijing pada 2012.
Kini, ASEAN dan Beijing tengah merundingkan paduan tata perilaku (CoC) di LCS. Perundingan tahap kedua seharusnya berlangsung pada 2020. Karena pandemi, tahapan itu terpaksa ditunda sampai para pihak bisa berunding secara tatap muka.
Wang Yi juga mengakui membahas pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik bersama Retno. Lewat pembahasan itu, Beijing ingin meningkatkan pemahaman atas konsep ASEAN tentang Indo-Pasifik. Selain ASEAN, AS dan Jepang juga mempunyai konsep Indo-Pasifik. Konsep AS cenderung menentang China di kawasan.
”ASEAN membuka diri untuk menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dengan negara mana pun dan menekankan tekad Indonesia untuk terus menjaga sentralitas ASEAN dalam pelaksanaannya. Kerja sama ini akan terus didorong oleh ASEAN ke depan dan sudah menjadi tekad ASEAN untuk menjadikan kawasan Indo-Pasifik sebagai kawasan stabil, damai, dan sejahtera,” tutur Retno.
Tur ke Asia Tenggara
Kunjungan ke Jakarta adalah bagian dari lawatan Wang Yi ke Asia Tenggara. Selain ke Indonesia, Wang menyambangi Myanmar, Brunei Darussalam, dan Filipina. Dari Jakarta, Wang terbang ke Bandar Seri Begawan, lalu ke Manila. Sebelum ke Jakarta, Wang bermalam di tepi Danau Toba setiba dari Naypyidaw, Myanmar.
Selain tentang isu keamanan LCS, Retno juga kembali membahas soal warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi awak kapal ikan berbendera China. ”Selain menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah RRT atas kerja sama yang diberikan dalam penanganan kasus-kasus ABK (anak buah kapal) Indonesia, saya sekaligus juga memintakan kembali perhatian terhadap masih adanya beberapa isu tertunda,” ujarnya.
Isu itu, antara lain, pemulangan ABK yang masih telantar, pembayaran gaji, dan perbaikan kondisi kerja. Indonesia juga meminta penegakan hukum terhadap pihak yang terlibat dalam pelanggaran terhadap WNI.
Retno hampir selalu mengangkat kedua isu itu setiap kali bertemu atau berbicara dengan Wang Yi. Sepanjang 2020, lebih dari dua kali Retno membahas kedua isu itu dengan Wang Yi.
Ekonomi dan teknologi
Dalam pertemuan kemarin, Retno dan Wang juga membahas kerja sama ekonomi. Terkait itu, Retno menyoroti fakta ekspor Indonesia ke China naik 10 persen sepanjang 2020. ”Penting terus meningkatkan kerja sama investasi yang berkualitas, bersahabat dengan lingkungan, dan yang dapat menyerap tenaga kerja Indonesia,” ujar Retno seraya berharap China bisa memberi akses lebih besar kepada komoditas unggulan Indonesia.
Adapun Wang berharap Indonesia-China bisa menjadi motor utama dalam Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) yang baru ditandatangani. RCEP, sebagai blok dagang terbesar di dunia, diyakini Wang Yi menjadi salah satu mesin penggerak penting untuk kebangkitan ulang perekonomian yang melambat akibat pandemi Covid-19.
Wang juga mengungkap bahwa China dan Indonesia bekerja sama untuk pengembangan teknologi dan internet. Beijing-Jakarta setuju mengembangkan jaringan komunikasi seluler generasi kelima (5G) di Indonesia. Kerja sama itu dinyatakan akan membuka peluang ekonomi baru bagi kedua negara.
Media China, Global Times, melaporkan bahwa nota kesepakatan pengembangan 5G telah ditandatangani di sela-sela lawatan Wang ke Indonesia. Penandatanganan itu menjadi serangan balik pertama Beijing di tengah ajakan Washington untuk mengucilkan China dari jaringan telekomunikasi global.
Pada Agustus 2020, Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan inisiatif Jaringan Bersih (Clean Network). Inisiatif itu mengajak komunitas internasional menjauhkan China dari jaringan telekomunikasi dan internet global. Washington juga mengajak sekutunya tidak menggunakan perangkat buatan China dalam jaringan telekomunikasinya. Ajakan itu, antara lain, disambut Australia dan negara-negara Eropa.
”Kesepakatan dengan Indonesia pada keamanan siber akan menjadi contoh bagi negara lain di Asia Tenggara, khususnya mempertimbangkan latar belakang hubungan China dan Asia Tenggara yang saling menguntungkan,” kata analis industri di China, Ma Jihua, kepada Global Times.
Sementara Direktur Center for Southeast Asian Studies pada Chinese Academy of Social Sciences Xu Liping menyebut Malaysia, Filipina, dan Thailand paling mungkin mengikuti langkah Indonesia. Adapun Singapura dan Vietnam akan menunggu dan mengamati realisasi kerja sama teknologi informatika China dengan negara lain di ASEAN.