Kim Jong Un Berjanji Bangun Senjata Nuklir Canggih
Kim Jong Un berhasil mengonsolidasikan kekuasaannya di Korea Utara. Dalam Kongres Ke-8 Partai Pekerja, ia berjanji mengembangkan senjata nuklir yang lebih canggih.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
SEOUL, SENIN — Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un ditunjuk secara resmi menjadi Sekretaris Jenderal Partai Pekerja yang berkuasa di negara itu. Posisi yang juga pernah dipegang mendiang ayahnya, Kim Jong Il, dan kakeknya, Kim Il Sung, ini sama dengan posisi Ketua Umum Partai Pekerja yang sudah dipegang Kim sejak 2016.
Kim berjanji membangun persenjataan nuklir yang lebih canggih, mencapai target-target pembangunan ekonomi, dan mengganti sejumlah pejabat partai.
Kantor berita Korea Utara, KCNA, melaporkan hasil Kongres Partai Pekerja Korut itu, Senin (11/1/2021). Namun, para pengamat tidak yakin rencana itu jika terwujud kelak bisa menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi Korut, seperti kesulitan ekonomi akibat pandemi Covid-19, bencana alam, dan sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat.
Pernyataan kongres secara tertulis menyebutkan, Pemimpin Korut itu sudah menyadari pentingnya misi bersejarah untuk menyelesaikan rencana membangun nuklir negaranya.
Sejak berkuasa, Kim berhasil mengonsolidasikan kekuasaannya melalui eksekusi-eksekusi para petinggi atau tokoh bangsa. Kim juga memegang posisi-posisi penting, seperti Ketua Komisi Urusan Luar Negeri dan Komandan Tertinggi Militer Korut.
Kim mengakui rencana pembangunan ekonomi negaranya gagal dan berjanji memperbaikinya. Ia akan fokus pada membangun ekonomi mandiri yang lebih kuat dan mengurangi ketergantungan pada impor.
Untuk itu, ia berencana memperbanyak investasi di industri kimia dan logam serta menambah produksi kebutuhan konsumsi.
Namun, para pengamat menilai rencana ekonomi Kim tidak substantif karena krisis ekonomi Korut terjadi karena kesalahan pada tata kelola selama puluhan tahun, mengisolasi diri dari dunia, dan sanksi AS sebagai akibat dari program nuklirnya.
”Tidak ada niat baik melucuti nuklirnya supaya sanksinya dicabut. Tidak ada yang baru pada rencana ekonominya karena bergantung pada produksi mandiri yang itu tidak mungkin. Hanya demi melanggengkan sosialisme gaya Korut,” kata Guru Besar di Ewha University di Korea Selatan, Leif-Eric Easley.
Tanpa kabar
Yang menjadi pertanyaan dalam kongres ini adalah keberadaan adik perempuan Kim, Kim Yo Jong. Namanya juga tidak ada di dalam daftar baru anggota politbiro partai.
Padahal, selama beberapa tahun terakhir, namanya kerap muncul dan kerap hadir di berbagai acara penting. Nama Kim Yo Jong tetap ada di dalam komite pusat partai, tetapi tidak masuk dalam politbiro.
Pada 2017, Kim Yo Jong menjadi perempuan kedua dalam patriarki Korut yang bergabung dengan politbiro setelah tantenya, Kim Kyong Hui. Ia menjadi pejabat tinggi kedua secara de facto di militer.
”Masih terlalu dini menyimpulkan statusnya karena dia masih jadi anggota komite pusat. Bisa jadi dia sudah mengisi posisi penting lain,” kata Guru Besar Studi Korut di Kyungnam University di Korsel, Lim Eul-chul.
Pakar kepemimpinan Korut di Pusat Stimson di AS, Michael Madden, menilai Kim Yo Jong sudah menikmati sebagai orang yang ikut memengaruhi kebijakan terlepas dari apakah ia ada di politbiro atau tidak. ”Akar politik Kim Yo Jong dan pengalaman karier formatifnya selama ini selalu di belakang layar. Tak hanya duduk saja mendengarkan pidato,” ujarnya.
Guru Besar Studi University of North Korean Studies di Korsel, Yang Moo-jin, menilai Kim senang dengan posisinya sekarang dan itu mengindikasikan rencana strategisnya menyentralisasikan sistem partai dan menguatkan kekuasaan tunggalnya.
”Korut itu sekarang seperti suku dan Kim Jong Un menginginkan pemerintahannya jadi monarki,” ujarnya.
Ada satu figur yang karier politiknya kemungkinan akan melejit, yakni Jo Yong Won. Ia ditunjuk menjadi anggota presidium politbiro dan menjadi anggota komisi pusat militer. (REUTERS/AP/LUK)