Afghanistan Klaim Gagalkan Rencana NIIS Bunuh Dubes AS di Kabul
Kekerasan mematikan terus mengguncang Afghanistan. Kelompok teroris NIIS bahkan berencana membunuh diplomat senior Amerika di Kabul.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
KABUL, SELASA — Pihak berwenang Afghanistan, Selasa (12/1/2021), mengklaim telah menggagalkan rencana kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) untuk membunuh Duta Besar Amerika Serikat di Kabul Ross Wilson. Perlunya kewaspadaan tinggi terhadap dugaan rencana serupa oleh kelompok teroris NIIS yang bertujuan mengganggu keamanan negara itu.
Direktorat Keamanan Nasional (NDS) Afghanistan, Senin (12/1/2020), mengungkapkan, intelijen berhasil membongkar sel empat anggota NIIS di Nangarhar, provinsi di Afghanistan timur. NIIS awalnya berencana menargetkan Ross Wilson dan sejumlah pejabat Afghanistan untuk dibunuh.
Wilson sebelumnya mengutuk serangkaian pembunuhan di ibu kota Kabul dan kota-kota terkemuka Afghanistan lainnya, termasuk jurnalis, aktivis, dan politisi, dalam beberapa bulan terakhir.
”Pembunuh utama dan fasilitator sel tersebut, Abdul Wahed, telah merencanakan membunuh perwakilan AS di Afghanistan serta beberapa pejabat tinggi Afghanistan," kata NDS dalam sebuah pernyataan.
Rencana NIIS itu akhirnya dapat digagalkan dengan penangkapan terhadap mereka. Pihak NDS tidak memberikan rincian lebih lanjut dan kedutaan AS di Kabul tidak menanggapi permintaan komentar.
Dalam beberapa bulan terakhir, kekerasan mematikan telah mengguncang Afghanistan. Kekerasan itu termasuk tren baru berupa pembunuhan terarah terhadap orang-orang terkemuka Afghanistan.
Aksi-aksi itu mau tidak mau telah menebarkan ketakutan dan kekacauan meskipun Taliban dan Pemerintah Taliban terus terlibat dalam pembicaraan damai.
Pekan lalu militer AS menyalahkan kelompok teror NIIS atas pembunuhan yang diduga terencana. Namun, sebagaian besar aksi itu tidak diklaim para pelakunya.
Hanya beberapa di antaranya yang diklaim NIIS. Selama bertahun-tahun NIIS telah mengklaim beberapa serangan mematikan di Nangarhar. Wilayah itu pernah menjadi benteng kelompok jihadis di negara tersebut.
Dalam insiden terpisah pada Selasa juga, tiga tentara perempuan Afghanistan dilaporkan ditembak mati di kota Mazar-i-Sharif di utara Afghanistan. Juru bicara militer Afghanistan, Hanif Rezayee, menyatakan, dua pria bersenjata menembak kendaraan yang membawa pasukan patroli Afghanistan.
Dua tentara tewas di tempat kejadian dan satu meninggal kemudian di rumah sakit. Rezayee menambahkan, seorang tentara perempuan lainnya dan sang sopir pria terluka dalam serangan itu. Sejauh ini tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Kunjungan ke Pakistan
Dari Islamabad dilaporkan, seorang pemimpin Afghanistan yang berpengaruh sedang berkunjung ke Pakistan. Kunjungan ini menarik perhatian karena dilakukan belum lama setelah ada insiden pembunuhan brutal atas 11 petambang batubara, di mana sembilan di antaranya adalah imigran asal Afghanistan, awal bulan ini. Para petambang itu diduga dibunuh oleh anggota kelompok NIIS.
Mereka yang dibunuh itu adalah anggota kelompok minoritas Hazara. Mereka dimakamkan pada akhir pekan lalu di tengah aksi-aksi protes keprihatinan atas kekerasan yang menimpa kelompok-kelompok minoritas di Pakistan. Pemimpin Afghanistan yang berkunjung, Karim Khalili, juga merupakan etnis Hazara.
Kunjungan Khalili dipandang sebagai bagian dari upaya untuk memperbaiki hubungan yang bermasalah antara Afghanistan-Pakistan. Hal itu seiring dengan pembicaraan damai yang sedang berlangsung di Qatar antara negosiator Pemerintah Afghanistan dan Taliban.
Pihak yang bertikai mencoba menemukan peta jalan politik yang diharapkan mengakhiri perang puluhan tahun di Afghanistan.
”Kunjungan Khalili adalah bagian dari kebijakan Pakistan untuk menjangkau kepemimpinan politik di Afghanistan guna menempa pemahaman bersama tentang proses perdamaian Afghanistan,” kata Kementerian Luar Negeri Pakistan dalam sebuah pernyataan.
Khalili yang merupakan wakil presiden di bawah Presiden Afghanistan periode 204-2014, Hamid Karzai, itu juga akan bertemu dengan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan.
Khan berkunjung ke Afghanistan akhir tahun lalu. Beberapa pemimpin senior Afghanistan, termasuk kepala dewan rekonsiliasi negara itu, Abdullah Abdullah, juga datang ke Islamabad dalam beberapa bulan terakhir.
Kunjungan itu digelar dalam upaya untuk mengatur ulang hubungan yang telah ditandai dengan ketidakpercayaan yang mendalam dan tuduhan tanpa henti di antara kedua negara.
Kabul menuduh Islamabad menyembunyikan Taliban dan berusaha menggunakan pengaruh atas Afghanistan sebagai bagian dari strategi pertahanan melawan musuh bebuyutan Pakistan, yakni India.(AFP/REUTERS)