Wuhan mengklaim sudah kembali bangkit dari pandemi Covid-19 dan bangga dengan kebangkitan itu. Namun kota itu dan China secara keseluruhan masih menyimpan misteri soal awal mula virus korona tipe baru itu.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·5 menit baca
WUHAN, SENIN – Awal pekan ini tepat satu tahun lalu China mengumumkan kematian pertama akibat virus korona baru. Kejadian itu terjadi di Wuhan, Provinsi Hubei. Kini 12 bulan kemudian, Wuhan telah kembali normal, wabah COvid-19 diklaim sudah mampu dipadamkan. Ironisnya, Covid-19 secara global belum mampu ditaklukkan, dan total telah merenggut sedikitnya 1,9 juta jiwa.
Suasana Wuhan pada Senin (11/1/2021) berlangsung sibuk. Tidak ada semacam peringatan khusus bahwa kota itu setahun lalu menjadi \'korban pertama\' pandemi Covid-19. Justru sebaliknya, kota itu seperti bertekad menghapus label sebagai titik nol pandemi Covid-19. Para komuter bergerak bebas untuk bekerja. Kawasan taman-taman di tepi sungai setempat ramai dengan aktivitas para pejalan kaki.
Dalam laporan yang jarang disebarluaskan China pada 11 Januari 2020, otoritas China mengonfirmasi kematian pertamanya akibat virus yang awalnya tidak diketahui karena belum diidentifikasi. Kematian menimpa seorang pria berusia 61 tahun. Mendiang adalah salah satu pelanggan tetap di pasar basah Wuhan yang sekarang terkenal terkait dengan merebaknya kasus di awal-awal pandemi. Dunia pun kemudian seiring waktu “akrab” dengan penyakit yang membunuh pria itu sebagai Covid-19.
Hingga kini hanya sedikit yang masih diketahui tentang korban pertama Covid-19 itu, termasuk namanya. Seiring waktu pasar tempat kelompok kasus pertama yang dilaporkan dilacak kembali tetap ditutup. Kawasan itu dikelilingi oleh apartemen-apartemen tempat tinggal warga. Pakar independen belum diberi akses ke pasar itu atau menelusuri kembali secara rinci hari-hari awal virus koroan tipe baru di Wuhan.
Sejumlah warga Wuhan mengklaim saat ini kota itu sudah kembali bangkit dan mereka bangga dengan kebangkitan itu. "Wuhan adalah kota teraman di China sekarang, bahkan di seluruh dunia," kata Xiong Liansheng (66 tahun), salah satu warga Wuhan.
Ia berada di depan kerumunan warga yang tengah menari menikmati sinar matahari di sebuah taman, Senin pagi. Sebagian di antara mereka mengenakan masker. "Kesadaran masyarakat Wuhan tentang pencegahan dan pengendalian epidemi sangat tinggi - bahkan cucu saya yang berusia dua tahun akan memakai masker saat keluar," kata Xiong.
China telah menghadapi kritik di dalam dan luar negeri atas penanganan awal wabah Covid-19. Kritik itu juga disampaikan atas dugaan upaya otoritas China untuk membungkam pelapor dan kegagalan melaporkan kasus selama berhari-hari di awal Januari.
China telah menghadapi kritik di dalam dan luar negeri atas penanganan awal wabah Covid-19. Kritik itu juga disampaikan atas dugaan upaya otoritas China membungkam pelapor dan kegagalan melaporkan kasus selama berhari-hari di awal Januari. Dua pekan setelah mengonfirmasi kematian pertama akibat Covid-19, Wuhan dan provinsi sekitarnya diisolasi.
Pihak berwenang China hingga kini terus mencoba membasmi serangkaian wabah itu di tingkat lokal. Jumlah korban meninggal dunia akibat Covid-19 dari data resmi di China sebanyak 4.634 kematian.
Meskipun demikian, wabah itu masih tetap menghantuai China. Pada awal pekan ini, dilaporkan ada sebanyak 103 kasus terkonfirmasi Covid-19. Angka itu adalah yang tertinggi sejak Juli tahun lalu. Jumlah paling banyak dilaporkan berada di provinsi Hebei, yang relatif lebih dekat dengan Beijing dibandingkan dari Wuhan yang terletak di Provinsi Hubei.
Jaringan transportasi di kota itu dilaporkan telah diputus dan sekolah ditutup dalam upaya untuk menahan klaster-klaster penularan Covid-19. Seperti tahun lalu, kembali timbul kekhawatiran rencana perjalanan ratusan juta orang menjelang Tahun Baru Imlek bulan depan dapat tertahan karena pengetatan pergerakan warga. Taruhannya memang besar, pelonggaran tanpa pengawasan ketat dapat mengakibatkan meledaknya jumlah kasus di China yang notabene berpenduduk lebih dari satu miliar orang.
Sumber misterius
Publik global tetap tidak bisa lepas dengan pertanyaan soal asal mula Covid-19 di Wuhan. Otoritas Wuhan awalnya berusaha menutupi wabah itu dan kemudian menghabiskan berpekan-pekan waktu yang berharga dengan menolak mengakui adanya penularan Covid-19 dari manusia ke manusia.
Data otoritas China pada Januari 2020 menunjukkan bahwa beberapa kasus pertama tidak memiliki hubungan dengan pasar yang sekarang ditutup itu. Hal itu menunjukkan bahwa sumber penyakit itu masih misterius bagi sejumlah pihak.
Kisah di China berubah lagi Maret 2020 lalu ketika pejabat tinggi pengendalian penyakit China Gao Fu mengatakan pasar bukanlah sumbernya. Tempat itu dinilai sebagai bagian dari rangkaian penularan, tempat patogen berkembang biak. China sejak itu dinilai gagal menghubungkan \'titik atau temuan\' apa pun terkait penyakit itu. Para ahli penyakit menilai Beijing hanya merilis sedikit informasi tentang sampel hewan dan lingkungan yang diambil di pasar yang dapat digunakan untuk membantu penyelidikan.
Para ahli pun cenderung geram dengan sikap China. Misi yang direncanakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia pun hingga kini berada dalam ketidakpastian setelah China menolak mereka masuk. Pada akhir pekan lalu tiba-tiba seorang pejabat tinggi kesehatan China mengatakan negara itu sekarang "siap" dengan tim beranggotakan 10 orang dan membuka pintu untuk kunjungan ke Wuhan. Namun menurut Wakil Menteri Komisi Kesehatan Nasional Zeng Yixin, waktu spesifik untuk proses itu sedang ditentukan.
Banyak pihak semakin ragu terkait perizinan tersebut dan apa yang dapat ditemui setelah setahun pandemi berjalan. Para ahli mengatakan pihak berwenang di China mungkin saja telah menghancurkan atau menghapus bukti penting dalam respon awal China atas pandemi itu yang mungkin saja berisi aneka kepanikan. Alasan kerahasiaan China tidak jelas, tetapi Partai Komunis yang berkuasa memiliki sejarah menekan informasi yang merusak secara politik.
Pelapor dan reporter warga yang membagikan perincian tentang minggu-minggu awal pandemi itu bahkan telah diberangus atau dipenjara. Menurut Daniel Lucey, ahli epidemiologi Universitas Georgetown yang melacak dengan cermat wabah global, Beijing mungkin ingin menyembunyikan penyimpangan regulasi atau investigasi untuk menghindari rasa malu dan menghindar dari "pukulan balik" global. Dia mencatat bahwa virus itu sudah menyebar dengan cepat di Wuhan pada Desember 2019, hal itu menunjukkan bahwa virus itu beredar lebih awal. (AFP/REUTERS)