logo Kompas.id
InternasionalBertandang ke Benteng...
Iklan

Bertandang ke Benteng Al-Ayyubi

Mesir tak hanya memiliki piramida. Di Kairo, ibu kota Mesir, terdapat satu peninggalan masa lalu yang membuktikan tingginya peradaban Mesir. Jejak indah masa lalu itu adalah Benteng Salahuddin al-Ayyubi.

Oleh
Musthafa Abd. Rahman, dari Kairo, Mesir
· 5 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/3SuntXZOcO5_RZn0vNCVPgqcFz8=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F01%2F20210107MTH05_1610165499.jpg
KOMPAS/MUSTHAFA ABD RAHMAN

Suasana di dalam kompleks Benteng Salahuddin al-Ayyubi. Tampak pintu masuk menuju museum polisi di dalam kompleks benteng tersebut pada hari Minggu 3 Januari 2021.

Hari Minggu, 3 Januari 2021 pagi, kabut menyelimuti langit Kairo. Kota pun tampak temaram. Namun, seiring datangnya matahari, perlahan sinarnya menghunjam bak pedang-pedang raksasa yang membelah-belah tabir kabut pada pagi itu.

Menjelang tengah hari, sekitar pukul 12.00, kota Kairo pun terang benderang, dan kesempatan mengunjungi Benteng Salahuddin al-Ayyubi yang berdiri gagah di ketinggian bukit megah di kota Kairo lama terbuka lebar.

Benteng Salah El Din al- Ayyubi dibangun oleh Salahuddin al-Ayyubi pada 1176 M-1183 M ketika ia mulai berkuasa di Mesir. Salahuddin al-Ayyubi yang di Barat dikenal dengan nama Saladin adalah seorang panglima perang dari suku Kurdi. Ia menjadi sultan di Mesir dan Suriah dengan mendirikan Dinasti Ayyubid pada era 1174 M-1193 M.

Al-Ayyubi disempurnakan pembangunannya oleh Sultan An-Nasir Muhammad (1310 M-1341 M) dari Dinasti Mamluk. Benteng Salahuddin al-Ayyubi dikelilingi dinding setinggi 7 meter dan lebar 3 meter, yang membuatnya sangat kokoh menghadapi serangan musuh dari luar.

Muhamad Ali Pasha ketika berkuasa di Mesir (1805 M- 1848 M) menyempurnakan lagi pembangunan Benteng Salahuddin al-Ayyubi itu dengan membangun masjid yang indah di dalam kompleks benteng tersebut. Masjid itu kemudian terkenal dengan nama Masjid Muhammad Ali Pasha yang dibangun dalam kurun waktu 18 tahun, mulai dari tahun 1830 M sampai 1848 M. Masjid itu lalu menjadi ikon Benteng Salahuddin al-Ayyubi.

Baca juga: Terkesima pada Kemegahan Piramida

Selain Masjid Muhammad Ali, di dalam kompleks Benteng Salahuddin al-Ayyubi terdapat pula museum militer, museum polisi, museum permata, dan Masjid Ibn Qalaun.

https://cdn-assetd.kompas.id/CMiJx1MrvISXv_Flz8fky2pF4JY=/1024x1820/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F01%2F20210107MTH02_1610165489.jpg
KOMPAS/MUSTHAFA ABD RAHMAN

Masjid Muhammad Ali Pasha yang megah di dalam kompleks Benteng Salahuddin al-Ayyubi di Kairo, Mesir, pada hari Minggu 3 Januari 2021.

Dari kejauhan saat menyusuri Jalan Salah Selim, tempat kompleks Benteng Salahuddin al-Ayyubi berada, sudah terlihat megahnya Masjid Muhammad Ali Pasha.

Semakin mendekati kompleks Benteng Salahuddin al-Ayyubi itu, kian terlihat dari dekat keindahaan arsitektur Masjid Muhammad Ali Pasha dengan dua menara yang menjulang tinggi. Dua menara masjid yang menjulang tinggi itu memiliki ketinggian masing-masing 85 meter.

Keindahan arsitektur Masjid Muhammad Ali Pasha sangat mirip dengan keindahan arsitektur Masjid Sultan Ahmet yang juga dikenal dengan Masjid Biru di kota Istanbul, Turki.

Masjid Muhammad Ali di Kairo bisa disebut kembarannya Masjid Biru di Istanbul.

Begitu tiba di depan kompleks Benteng Salahuddin al-Ayyubi dengan pemandangan indah Masjid Muhammad Ali Pasha yang sangat menonjol, suasana tampak tidak terlalu ramai.

Pandemi

Maklum, pandemi Covid-19 menyebabkan sepi wisatawan asing. Pada siang itu hanya tampak beberapa wisatawan mancanegara. Pengunjung umumnya adalah warga lokal.

”Sekarang memang sepi turis karena masih pandemi. Apalagi pada musim dingin ini, Covid-19 semakin ganas,” ujar salah seorang penjual suvenir yang mengaku bernama Khaled sambil menawarkan dagangannya. ”Dulu, sebelum pandemi, bus-bus wisata yang membawa turis mancanegara berjajar parkir di sini. Sekarang lihat, tidak ada satu pun bus turis yang parkir,” lanjut Khaled.

”Terima kasih, ya, Anda sudah membeli suvenir. Sekarang omzet penjualan sangat anjlok,” ujar Khaled sambil menerima uang 10 pound Mesir, sekitar Rp 9.000, untuk sebuah suvenir bergambar piramida.

Iklan

Segera setelah berbincang-bincang sebentar dengan Khaled dan membeli dagangannya, penjual karcis di loket telah menunggu. Di loket tertera harga karcis untuk dewasa 180 pound Mesir (sekitar Rp 155.000 per orang).

https://cdn-assetd.kompas.id/6SIXgw5KQmNA28FmgS8Zzk3d0TM=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F01%2F20210107MTH06_1610165501.jpg
KOMPAS/MUSTHAFA ABD RAHMAN

Museum militer yang tampak deteran meriam dipajang di dalam kompleks benteng Salahuddin al-Ayyubi di Kairo, Mesir, pada hari Minggu 3 Januari 2021.

Setelah proses pembayaran tiket untuk masuk benteng selesai, tujuan pertama adalah area Masjid Muhammad Ali yang berada di bagian depan kompleks benteng.

Baca juga: Menatap Gagahnya Patung Sphinx

Setiba di area Masjid Muhammad Ali Pasha, terlihat beberapa turis lokal dan asing sibuk mengambil foto kenangan dengan latar belakang masjid yang indah itu.

Megah

Menatap Masjid Muhammad Ali Pasha itu langsung terlihat dan terbayang tentang tingginya peradaban manusia yang membangun masjid semegah itu. Tergambar pula kedahsyatan kekuasaan pada zaman itu, dan tentu nilai historis yang diwariskannya.

Ketika masjid itu dibangun pada era Muhammad Ali Pasha, Mesir dikenal sebagai negeri termaju di luar Eropa.

Muhammad Ali Pasha mampu melawan kolonial Inggris dan Perancis yang mencoba menduduki Mesir. Dinding sangat kokoh yang mengelilingi benteng dan sekaligus melindungi kekuasaan yang berada di dalam benteng, menunjukkan keperkasaan Mesir pada zaman itu.

Berada di dalam Benteng Salahuddin al-Ayyubi terasa berada dalam kota di dalam kota. Hal itu menunjukkan kemajuan ekonomi Mesir pada zaman itu yang dikenal berbasis industri kapas.

Muhammad Ali Pasha yang juga dikenal sebagai bapak pembaruan Mesir memanfaatkan kemajuan ekonomi negara pada zamannya dengan membangun masjid megah di kompleks Benteng Salahuddin al-Ayyubi.

Lihat juga: Arti Penting Buaya untuk Masyarakat Nubia, Mesir

Setelah mengunjungi Masjid Muhammad Ali Pasha, tujuan berikutnya adalah mendatangi museum polisi. Di sana terpajang aneka senjata dan seragam polisi Mesir dari zaman ke zaman. Umumnya senjata polisi Mesir yang dipajang berasal dari era abad ke-17 M dan ke-18 M. Senjata itu berupa beragam jenis pedang dan pisau. Selain itu, dipajang pula topi baja kuno.

https://cdn-assetd.kompas.id/63hWs1afgRASnlOXw4VSrqbVfnQ=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F01%2F20210107MTH08_1610165505.jpg
KOMPAS/MUSTHAFA ABD RAHMAN

Museum militer yang tampak deretan tank-tank milik militer Mesir yang digunakan dalam perang Arab-Israel tahun 1967 dan 1973. museum itu berada dalam kompleks benteng Salahuddin al-Ayyubi di Kairo, Mesir, pada hari Minggu 3 Januari 2021.

Mengunjungi museum polisi itu, segera terbayang kemajuan Mesir pada zaman itu yang memiliki aneka macam perlengkapan. Gambaran tentang kemajuan Mesir saat itu juga tampak saat mengunjungi museum militer.

Di museum itu dipajang aneka rupa senjata militer Mesir dari masa ke masa. Bahkan, peralatan militer Mesir yang digunakan pada perang Arab-Israel tahun 1967 dan 1973 turut dipajang.

Di depan museum militer itu dipajang pesawat tempur MiG-17 dan Sukhoi-7 buatan Rusia yang digunakan pada perang Arab-Israel. Dipajang pula pesawat tempur MiG-21 buatan Rusia yang menjadi andalan skadron tempur Mesir pada perang Arab-Israel tahun 1973.

Ada pula kendaraan lapis baja, seperti tank T-54, T-55, dan T-62, buatan Rusia yang juga menjadi andalan militer Mesir pada perang Arab-Israel tahun 1967 dan 1973. ”Tank-tank ini yang terlibat pertempuran darat sengit dengan tank-tank milik Israel di Gurun Sinai pada perang tahun 1973,” ujar seorang anggota militer Mesir, Salama Ibrahim Salama. Ia adalah salah satu petugas yang menjaga museum militer itu.

Ibrahim Salama lalu menunjuk pada sosok gahar pesawat tempur MiG-21 buatan Rusia. ”Lebih dari 200 pesawat tempur MiG-21 ini yang melakukan serangan pertama ke barak-barak militer Israel di seantero Gurun Sinai pada siang hari, 6 Oktober 1973,” kata Ibrahim Salama menceritakan salah satu fragmen awal perang Mesir-Israel.

Kisah tersebut sekaligus menutup kunjungan ke Benteng Salahuddin al-Ayyubi.

Editor:
Bonifasius Josie Susilo H
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000