Efikasi Vaksin Sinovac Capai 78 Persen, Brasil Jadwalkan Vaksinasi 25 Januari
Institut Butantan, Brasil, mengumumkan efikasi vaksin Covid-19 buatan Sinovac, China, mencapai 78 persen. Tingkat efikasi itu dinilai sudah bagus karena di atas 50-60 persen yang dibutuhkan untuk penggunaan darurat.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
SAO PAULO, JUMAT — Hasil uji klinis tahap akhir di Brasil menunjukkan tingkat efikasi vaksin Covid-19 produksi Sinovac Biotech, China, mencapai 78 persen. Belum ada rincian hasil uji klinis yang dibuka ke publik karena sedang dilaporkan ke regulator kesehatan, Anvisa, agar segera bisa dikeluarkan izin penggunaan vaksin untuk kepentingan darurat.
Pengumuman hasil uji klinis tahap akhir di Brasil pada vaksin Sinovac bernama CoronaVac ini ditunggu-tunggu oleh negara-negara berkembang lainnya sebelum mereka memulai program vaksinasi. Pusat Biomedis Butantan, Brasil, yang meneliti dan akan memproduksi Sinovac menyebutkan hal itu pada Kamis (7/1/2021).
”Kalau memang hasilnya sampai 78 persen, hal itu sudah bagus,” kata Cristina Bonorino, salah satu anggota komite ilmiah Komunitas Imunologi Brasil.
Gubernur Sao Paulo Joao Doria berharap vaksinasi akan bisa dimulai selambat-lambatnya pada 25 Januari.
Brasil dan Indonesia, yang sama-sama memiliki kasus Covid-19 terbanyak di Amerika Latin dan Asia Tenggara, menggunakan CoronaVac. Begitu pula dengan Turki, Chile, Singapura, Ukraina, dan Thailand.
Meski tingkat efikasinya tidak seperti vaksin produksi Moderna Inc atau Pfizer Inc yang mencapai 95 persen, distribusi CoronaVac relatif lebih mudah, terutama dalam urusan penyimpanan yang bisa disimpan di lemari berpendingin normal, yakni 2-8 derajat celsius dan akan tetap stabil sampai tiga tahun. Sementara Pfizer membutuhkan tempat penyimpanan hingga -70 derajat celsius.
Tingkat efikasi 78 persen itu juga sudah bagus karena setidaknya berada di atas standar atau patokan 50-60 persen yang dibutuhkan vaksin untuk penggunaan darurat saja. Direktur Butantan Dimas Covas menjanjikan publikasi data hasil uji klinis akhir CoronaVac yang lengkap di jurnal ilmiah, tetapi ia tidak menyebutkan kapan akan dirilis. Sementara Moderna dan Pfizer sudah merilis rincian hasil uji klinis akhir mereka saat mengajukan izin penggunaan darurat.
Covas hanya menjelaskan, dalam uji klinis tahap akhir itu ada 218 kasus Covid-19 yang disertakan bersama 13.000 sukarelawan. Hanya 160 penderita Covid-19 yang menerima plasebo atau obat kosong, sementara sukarelawan lainnya diberikan vaksin.
Yang berbeda pada uji klinis tahap akhir CoronaVac di Brasil ini adalah mereka mengikutsertakan orang usia lanjut dan kelompok masyarakat yang berisiko tinggi untuk ikut menjadi sukarelawan.
Disebutkan pula, vaksin CoronaVac terbukti berhasil mencegah Covid-19. Ini terlihat dari hasil uji klinis pada kelompok sukarelawan penerima vaksin, termasuk orang usia lanjut. Tidak ada satu pun dari mereka yang menerima vaksin yang kemudian sakit parah hingga harus dirawat di rumah sakit.
”Seharusnya semua hasil uji ini transparan saja. Belum ada hasil efikasi mencegah Covid-19 itu,” kata Denise Garrett, ahli epidemiologi di Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat.
Ditunda tiga kali
Butantan hanya memberikan data setengah-setengah. Pengumuman hasil uji klinis itu pun ditunda sampai tiga kali. Butantan beralasan itu sudah menjadi kesepakatan dengan pihak Sinovac. Ini yang membuat sebagian masyarakat skeptis dengan CoronaVac. Dari hasil jajak pendapat Desember lalu, separuh warga Brasil menyatakan tidak mau divaksin dengan vaksin apa pun yang datang dari China.
Presiden Brasil Jair Bolsonaro termasuk salah satu yang meragukan vaksin Sinovac karena tidak percaya dengan asal vaksin itu. Ia bahkan bersilang pendapat dengan rival politiknya, Gubernur Sao Paulo João Doria, yang membiayai uji dan produksi CoronaVac. Dalam konteks itu, ada rivalitas politik mengingat Doria disebut-sebut akan maju dalam pemilu presiden berikutnya.
Meski masih ada keraguan, Menteri Kesehatan Brasil Eduardo Pazuello mengatakan bahwa pemerintah federal tetap akan membeli CoronaVac tahun ini dan akan menyiapkan 100 juta dosis bagi program imunisasi nasional.
Ia menyatakan, program imunisasi ini mendesak mengingat harus berkejar-kejaran dengan tingkat penularan Covid-19. Jumlah kematian akibat Covid-19 di Brasil sudah mencapai 200.000 orang.
Pada paruh pertama tahun 2021, Brasil berharap sudah ada 51 juta orang yang divaksin atau seperlima dari jumlah total populasi. Jika tidak ada aral melintang, Doria berharap vaksinasi akan bisa dimulai selambat-lambatnya pada 25 Januari. (REUTERS/AFP/AP)