Kim Jong Un Janjikan Perkuat Persenjataan Nuklir Korut
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, di hadapan peserta kongres Partai Pekerja, menyatakan, akan meningkatkan kemampuan persenjataan nuklir militer Korut. Peningkatan kemampuan ini diyakininya akan memberikan rasa aman.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
PYONGYANG, KAMIS — Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berjanji untuk memperkuat kemampuan persenjataan nuklir militer negara itu. Meski mengakui sejumlah kegagalannya dalam memimpin Korut, terutama untuk mencapai target perekonomian, Kim berjanji untuk menempatkan kemampuan petahanan negara itu pada level yang lebih tinggi dan akan berusaha keras untuk mewujudkannya.
Janji itu disampaikan Kim dalam laporan kerjanya kepada Kongres Partai Buruh, menurut kantor berita pusat Korea Utara KCNA.
Kongres Partai Buruh yang kedelapan, yang dimulai pada Selasa (5/1/2021), berlangsung di tengah krisis ekonomi Korut yang disebabkan oleh penutupan perbatasan untuk mencegah laju infeksi Covid-19, serangkaian bencana alam, dan sanksi internasional atas program senjata nuklirnya.
Dalam sebuah sesi, Rabu (6/1), Kim membahas kebijakan untuk membuat ”perubahan nyata dalam meningkatkan standar hidup masyarakat”. Hal itu dibahas sehari setelah dia mengakui bahwa tujuan ekonomi sebelumnya gagal.
Kim juga menyatakan, untuk mengamankan lingkungan yang damai bagi rakyat dan negara, Kim memilih menggunakan pendekatan keamanan dengan cara peningkatan kemampuan pertahanan negara pada tingkat yang jauh lebih tinggi.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mencoba ”menjinakkan” Korut, setelah sejumlah perang kata-kata dan ancaman timbal balik, belum berhasil menemukan formula yang tepat untuk meredam program nuklir Korut. Pembicaraan antara Washington dan Pyongyang terhenti setelah konferensi tingkat tinggi kedua di Hanoi, Vietnam, Februari 2019, mengalami kebuntuan.
Pesan Korut
Para pengamat menilai kongres lima tahunan yang pertama kalinya dilaksanakan di Pyongyang sejak tahun 2016 menjadi medium bagi Kim untuk mengirim pesan bagi pemerintahan baru AS, Joe Biden-Kamala Harris. Pesan yang ingin disampaikan, menurut para pengamat, adalah agar Biden-Harris berhati-hati karena di bawah Demokrat tampaknya hubungan AS-Korut tidak akan mesra. Apalagi, Biden menilai Kim sebagai preman dan sebaliknya Pyongyang menyebut Biden sebagai anjing gila.
Meski pemberitaan KCNA tidak mengacu pada senjata nuklir Korut atau memberikan rincian spesifik tentang tujuan Kim, seorang peneliti Institut Dunia untuk Studi Korea Utara di Seoul, Ahn Chan-Il, mengatakan, pernyataan itu secara implisit memperlihatkan keinginan Kim Jong Un untuk memperkuat kemampuan nuklirnya.
”Kim tidak ingin mengucapkan kata ’nuklir’ saat Biden menjabat pada akhir bulan ini. Dia tahu sikap presiden yang akan datang terhadap Pyongyang tidak ada kompromi dibandingkan dengan pendahulunya,” ujarnya.
Dia menilai Kim mungkin tidak ingin memprovokasi Biden dengan pernyataannya sekarang ini. Akan tetapi, dia menilai Korut tidak akan pernah menyerahkan senjata nuklir mereka kepada negara mana pun. ”Itu sangat jelas,” kata Il.
Pemerintahan AS yang baru di bawah Biden diharapkan kembali melakukan pendekatan diplomatik yang lebih ortodoks kali ini, seperti menekankan kemajuan yang lebih keras dan intensif dalam pembicaraan tahap kelompok kerja, sebelum menggelar pertemuan puncak para pemimpin pemerintahan dipertimbangkan.
Korea Utara mengatakan bahwa mereka membutuhkan senjata nuklir untuk mempertahankan diri dari kemungkinan invasi AS. Selama beberapa dekade, Pemerintah Korut telah menghabiskan banyak sumber daya untuk mengembangkannya, dengan mengorbankan isolasi diplomatik dan berbagai sanksi internasional.
Kemajuannya dipercepat dengan pesat di bawah Kim, termasuk sejauh ini uji coba nuklir dan misil terkuatnya yang mampu menjangkau seluruh AS.
Sejak mengumumkan moratorium yang dideklarasikan sendiri pada pengujian nuklir dan peluncuran rudal balistik antarbenua (ICBM) dari tahun 2018, Kim menyerukan keinginanya untuk melanjutkan produksi senjata nuklir negaranya. Militer Korut telah memperlihatkan sejumlah rudal balistik dan rudal balistik antarbenua terbesar dalam pawai militer pada Oktober lalu. Rudal itu diyakini sejumlah ahli persenjataan mampu membawa banyak hulu ledak.
Para pengamat mengatakan itu adalah bukti bahwa Korea Utara terus mengembangkan persenjataannya selama proses diplomatik dan memberi Pyongyang bobot lebih besar untuk menuntut kembali ke meja perundingan.
Laporan yang mengutip citra satelit mengatakan, ada indikasi Pyongyang merencanakan ”parade militer” untuk menandai penyelenggaraan kongres itu. (AP/AFP)