Pelukan MBS-Sheikh Tamim Cairkan Ketegangan Hubungan Arab Saudi-Qatar
Setelah terpasung konflik selama 3,5 tahun, Arab Saudi dan Qatar menjalin rekonsiliasi berkat peran mediasi Kuwait. Saudi menghentikan blokade darat, laut, dan udara terhadap Qatar.
Oleh
Musthafa Abd Rahman dari Kairo, Mesir
·4 menit baca
KAIRO, KOMPAS — Dengan pelukan erat, Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman menyambut hangat Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani begitu Pemimpin Qatar itu mendarat di bandar udara kota Al-Ula, Arab Saudi, Selasa (5/1/2020), untuk menghadiri KTT Ke-41 Dewan Kerja Sama Teluk. Sambutan hangat MBS, sapaan Pangeran Mohammed, terhadap Sheikh Tamim menunjukkan mencairnya hubungan Qatar-Arab Saudi saat ini.
Kehadiran Emir Qatar dalam KTT Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) itu merupakan yang pertama kali sejak kuartet Arab—Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab (UEA), dan Mesir—memblokade Qatar pada Juni 2017. GCC dibentuk pada 1981, beranggotakan enam negara kaya Arab Teluk, yaitu Arab Saudi, Qatar, UEA, Bahrain, Kuwait, dan Oman.
Hadir pula dalam KTT tersebut Emir Kuwait Sheikh Nawaf al-Akhmad al-Sabah yang dikenal sebagai mediator untuk mewujudkan rekonsiliasi antara Qatar dan negara kuartet Arab tersebut. Adapun UEA diwakili Wakil Presiden dan PM UEA Sheikh Mohammed bin Rashid al-Maktoum, delegasi Bahrain dipimpin Putra Mahkota Emir Salman bin Hamad, serta delegasi Oman dipimpin Wakil PM Oman Sheikh Fahad bin Mahmoud al-Said.
Hadir pula Menlu Mesir Sameh Shoukry, mewakili Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi, serta Penasihat Gedung Putih Jared Kushner.
Buka blokade
Sehari menjelang KTT, Arab Saudi mengumumkan membuka wilayah udara, darat, dan laut untuk semua jenis transportasi Qatar, terhitung mulai Senin (4/1/2021) malam. Mengikuti jejak Arab Saudi, Mesir pada Selasa kemarin mengumumkan setuju membuka teritorial udaranya untuk pesawat komersial Qatar.
Keputusan Arab Saudi dan Mesir membuka teritorialnya untuk semua jenis transportasi milik Qatar itu merupakan langkah menuju rekonsiliasi di kawasan Arab Teluk. Bagi Qatar, blokade Arab Saudi sangat membebani. Qatar berbatasan darat, udara, dan laut dengan Arab Saudi.
Sebelum blokade sejak Juni 2017, sebagian besar pesawat komersial Qatar melewati teritorial udara Arab Saudi untuk penerbangan dari Qatar menuju mancanegara, begitu pula sebaliknya.
Terobosan penting dalam upaya rekonsiliasi di tubuh GCC itu berkat kerja keras dalam bentuk diplomasi ulang alik (shuttle diplomacy) Kuwait, beberapa hari terakhir ini, ke ibu kota negara Arab Teluk, yakni Riyadh, Manama, Abu Dhabi dan Doha, serta Kairo.
Diplomasi Kuwait
Namun, hingga Senin siang, perkembangan upaya rekonsiliasi tersebut masih belum jelas. Menlu Kuwait Sheikh Ahmad Nasser al-Sabah, Senin sore, terpaksa terbang ke Doha, Qatar, untuk menemui Emir Qatar Sheikh Tamim.
Emir Kuwait Sheikh Nawaf, Senin sore, juga menelepon MBS untuk meminta persetujuan akhir pada Arab Saudi tentang formula rekonsiliasi di kawasan Arab Teluk. Melalui komunikasi akhir dengan Qatar dan Arab Saudi tersebut, Kuwait mendapat konfirmasi dari Arab Saudi tentang kesediaannya membuka wilayah udara, laut, dan darat untuk Qatar mulai Senin malam.
Setelah Kuwait mendapat konfirmasi tersebut, Emir Qatar Sheikh Tamim pada Senin malam memutuskan memimpin sendiri delegasi Qatar ke KTT GCC di kota Al-Ula. Dalam komunikasi akhir dengan Qatar dan Arab Saudi tersebut, menurut televisi Al Jazeera, dicapai beberapa butir kesepahaman dengan imbalan kesediaan Arab Saudi membuka wilayah udara, darat, dan laut untuk Qatar.
5 poin kesepahaman
Di antara kesepahaman itu, pertama, sesama negara Arab Teluk dilarang ikut campur urusan dalam negeri satu sama lain. Kedua, negara-negara Arab Teluk bersatu sikap menghadapi tantangan bersama. Ketiga, negara-negara Arab Teluk menyadari serta merasa satu nasib dan seperjuangan.
Keempat, negara-negara Arab Teluk harus bersatu sikap menghadapi pemerintahan baru Amerika Serikat di bawah Presiden terpilih Joe Biden. Kelima, negara-negara Arab Teluk harus bersatu sikap dalam menghadapi isu nuklir Iran, khususnya dalam perundingan mendatang antara AS dan Iran tentang isu nuklir tersebut.
Sebaliknya, Arab Saudi memberi konsesi tidak menuntut penutupan televisi Al Jazeera sebagai imbalan rekonsiliasi. Seperti diketahui, penutupan televisi Al Jazeera adalah salah satu dari 13 syarat yang diminta kuartet Arab sebagai imbalan rekonsiliasi.
Kesepahaman rekonsiliasi yang dicapai Qatar-Arab Saudi dengan mediasi Kuwait itu dituangkan dalam Deklarasi Al-Ula yang ditandatangani oleh Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud, Emir Qatar Sheikh Tamim, Emir Kuwait Sheikh Nawaf, dan para pemimpin delegasi negara Arab Teluk lainnya.
Kuwait saat ini terlihat lebih fokus berupaya menggiring ke arah terwujudnya rekonsiliasi Qatar-Arab Saudi sebagai tahap awal rekonsiliasi. Kehadiran level delegasi negara Arab Teluk di KTT GCC itu menunjukkan terciptanya rekonsiliasi Qatar-Arab Saudi dahulu sebelum rekonsiliasi Qatar-UEA dan Qatar-Bahrain.
Delegasi tingkat raja dan emir yang hadir dalam forum KTT itu hanya dari Arab Saudi, Qatar, dan Kuwait. Adapun delegasi Bahrain dipimpin putra mahkota, sedangkan delegasi UEA dipimpin wakil presiden.
Menjelang KTT, MBS, seperti dikutip kantor berita Arab Saudi, SPA, menegaskan bahwa KTT GCC kali ini menjadi KTT yang menyatukan kalimat, sikap, dan barisan yang akan membawa kebaikan dan kemakmuran. Ia mengatakan, KTT itu akan menerjemahkan visi Raja Salman dan para pemimpin negara Arab Teluk lainnya untuk berada dalam satu barisan serta terbangunnya solidaritas dalam menghadapi tantangan yang dihadapi kawasan ini.
Sejumlah negara, seperti Turki, Pakistan, Lebanon, Somalia, dan Uni Eropa, langsung menyambut baik terwujudnya rekonsiliasi Qatar-Arab Saudi dengan kebijakan Riyadh membuka teritorial udara, darat, dan laut untuk Qatar.