Korsel Kirim Delegasi Pembebasan Tanker Hankuk Chemi ke Iran
Korea Selatan mengirim delegasi ke Iran untuk membicarakan penahanan tanker Hankuk Chemi. Terkait keberadaan kru asal Indonesia, KBRI di Teheran terus berkomunikasi intensif dengan Kementerian Luar Negeri Iran.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
SEOUL, SELASA — Pemerintah Korea Selatan akan mengirimkan delegasi khusus ke Iran sesegera mungkin untuk menegosiasikan pembebasan kapal tanker Hankuk Chemi dan 20 anggota krunya. Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) menangkap kapal berbendera Korsel itu di perairan Oman, Senin, karena berulang kali melanggar undang-undang lingkungan maritim dengan mencemari Teluk Persia dengan bahan kimia.
Kementerian Luar Negeri Korea Selatan, Selasa (5/1/2021), menjelaskan, kapal tanker itu bermuatan 7.200 ton bahan kimia etanol. ”Akan ada delegasi ke Iran yang akan mencoba menyelesaikan masalah ini melalui negosiasi bilateral. Akan diprioritaskan pembebasan para kru,” kata juru bicara Kemlu Korsel, Choi Young-sam.
Choi menambahkan, kapal perusak yang membawa tim unit anti-pembajakan Korsel sudah tiba di perairan dekat Teluk Hormuz untuk memastikan keselamatan warganya. Duta Besar Iran untuk Korsel Saeed Badamchi Shabestari memastikan kru kapal dalam kondisi baik. Sementara kapal tanker Korsel yang berangkat dari pelabuhan Al-Jubail, Arab Saudi, itu kini ditambatkan di kota pelabuhan Bandar Abbas.
Garda Revolusi Iran dalam situsnya, Sepahnews, menyebutkan, kru kapal tanker itu berasal dari Korsel, Indonesia, Vietnam, dan Myanmar. Kantor berita Yonhap menyebutkan lebih rinci, kru kapal masing-masing 5 orang dari Korsel, 11 orang dari Myanmar, 2 orang dari Indonesia, dan 2 orang dari Vietnam.
Meski ada masalah ini, rencana kunjungan tiga hari Wakil Menlu Korsel Choi Jong-kun ke Teheran pada pekan depan akan tetap berlanjut. Kunjungan itu, antara lain, akan membahas mengenai isu pembekuan dana 7 miliar dollar AS milik Iran di bank-bank Korsel akibat sanksi Amerika Serikat.
Sandera
Setelah penahanan kapal tanker itu, sempat muncul dugaan Iran sengaja melakukan penahanan tersebut sebagai strategi untuk membebaskan dana Iran di Korsel itu. Namun, juru bicara Pemerintah Iran, Ali Rabiei, membantah tuduhan tersebut. ”Kami sudah terbiasa dituduh begitu. Tetapi, tidak benar. Justru Korsel yang menyandera dana kami tanpa alasan jelas,” ujarnya.
Operator kapal tanker itu, Taikun Shipping Co Ltd, menjelaskan, tidak ada indikasi sebelumnya bahwa otoritas Iran sedang menyelidiki dugaan pelanggaran UU lingkungan maritim itu. Kalau memang penangkapan tersebut terkait dengan polusi perairan, seharusnya penjaga pantai yang mendekati kapal itu. ”Tetapi, yang mendekati kapal itu dan mendatangi kru kapal justru tentara bersenjata dan mereka ditangkap karena akan diinterogasi,” kata Direktur Manajemen Taikun Lee Chun-hee.
Tilak Doshi dari Institut Timur Tengah, National University Singapore, mengatakan, insiden penangkapan kapal tanker Korsel itu menunjukkan Iran bisa melakukan apa saja untuk membebaskan dana mereka yang beku akibat sanksi AS. ”Jelas, pencairan dana di Korsel itu yang akan menjadi tuntutan Iran sebagai syarat pembebasan kapal dan krunya,” ujarnya.
Terkait keberadaan anak buah kapal (ABK) asal Indonesia, KBRI Teheran terus berkoordinasi dengan berbagai pihak di Iran. Dalam pernyataan resmi KBRI disebutkan, KBRI Teheran telah melayangkan nota diplomatik kepada Kementerian Luar Negeri Iran mengenai permintaan klarifikasi terkait keberadaan kedua WNI yang menjadi kru kapal berbendera Korsel tersebut.
KBRI juga telah meminta akses kekonsuleran dan komunikasi dengan keduanya. Kepada KBRI, Kementerian Luar Negeri Iran menyampaikan, semua anggota kru, termasuk kedua WNI, saat ini berada dalam kondisi baik dan sehat. (REUTERS/AFP/AP/JOS)