Australia siap menerima kepulangan pendiri Wikileaks, Julian Assange, jika persoalan hukumnya telah selesai di Inggris. Meksiko juga siap memberikan suaka politik kepadanya.
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
CANBERRA, SELASA — Australia mengizinkan pendiri Wikileaks, Julian Assange, pulang kampung bila persoalan hukumnya selesai. Warga Australia itu juga bisa memanfaatkan tawaran suaka dari Meksiko.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan, Assange mendapat hak seperti warga Australia lainnya. ”Proses peradilan sedang berlangsung dan kami tidak terlibat di sana. Seperti (kepada) warga Australia lain, ada tawaran dukungan kekonsuleran. Seandainya banding (oleh Pemerintah Amerika Serikat) gagal, maka jelas dia bisa pulang ke Australia. Sekarang proses peradilan di Inggris sedang berlangsung,” ujarnya, Selasa (5/1/2021), di Canberra.
Anggota parlemen Australia, Andrew Wilkie dan George Christensen, mendesak Pemerintah Australia tidak mengekstradisi Assange ke AS jika pendiri Wikileaks itu pulang kampung ke Australia. Di parlemen Australia, sedikitnya 20 legislator yang mendukung pemulangan Assange.
Sementara Media Entertainment and Arts Alliance, salah satu organisasi jurnalis di Australia dan Assange menjadi anggotanya, mendesak Pemerintah Australia agar memulangkan Assange dengan aman.
Pernyataan Morrison, Wilkie, dan Christensen menanggapi perkembangan kasus Assange. Dalam putusan pada Senin (4/1/2021), hakim Vanessa Baraitser menolak permohonan ekstradisi yang diajukan AS terhadap Assange. Baraitser, hakim di pengadilan London, Inggris, menggunakan alasan kesehatan untuk menolak permohonan AS.
Kuasa hukum Pemerintah AS mempunyai waktu dua pekan untuk mengajukan banding atas keputusan pengadilan London itu. Jika banding ditolak, upaya ekstradisi terhadap Assange kandas.
Meski menolak ekstradisi, Baraitser tidak setuju menyebut Assange sebagai jurnalis dan dikejar AS atas kerja jurnalistik. Baraitser menyebut Assange melakukan hal yang jauh melampaui jurnalisme.
Assange diburu Washington karena membocorkan isi ribuan komunikasi rahasia antara Washington dan perwakilan diplomatik AS di sejumlah negara. Wikileaks pun membocorkan aneka pelanggaran tentara AS di Afghanistan dan Irak. Aneka informasi rahasia AS juga dibocorkan Assange di Wikileaks.
Pengacara Assanger menyebut tindakan Assange merupakan kebebasan berpendapat yang dijamin dalam konstitusi AS. Baraitser menolak alasan itu.
Inggris menangkap Assange pada 2010 atas permintaan Swedia yang mengejarnya dengan tuduhan pemerkosaan. Pada 2012, Assange memaksa masuk ke Kedutaan Besar Ekuador dan bertahan di sana sampai awal 2019. Setelah Assange keluar dari kedutaan, Inggris menangkap dan kembali menahannya sampai sekarang.
Suaka dari Meksiko
Selain bisa kembali ke kampung halamannya di Australia, Assange dapat pula memanfaatkan tawaran suaka dari Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador. Lopez Obrador mengatakan, Kementerian Luar Negeri Meksiko telah diminta menanyakan apakah Inggris akan melepaskan Assange. Dengan demikian, Meksiko bisa menawarkan Assange suaka politik.
”Dia jurnalis dan berhak mendapat kesempatan kedua. Kami akan melindungi dia,” ujar Lopez Obrador atau yang dikerap disapa dengan inisial namanya, AMLO.
Bukan kali ini saja Lopez Obrador bersuara soal Assange. Pada Januari 2020, ia mendesak London membebaskan Assange. Ia menyebut penahanan Assange sebagai penyiksaan. Sementara bocoran di Wikileaks disebutnya sebagai gambaran cara kerja pihak otoriter dunia.
Tawaran Lopez Obrador dikecam salah seorang mantan pejabat AS di masa pemerintahan Barack Obama, Mark Feierstein. ”Lopez Obrador seperti berusaha merusak hubungan dengan AS kala Joe Biden bersiap bertugas,” ujarnya.
Hubungan Lopez Obrador dengan Biden, yang pernah menjadi Wakil Presiden AS di masa Obama, kurang nyaman. Kala banyak negara segera memberi selamat setelah hitung cepat menunjukkan Biden menang pemilu AS, Lopez Obrador tetap diam. Ia beralasan menunggu hasil resmi.
Feierstein mencemooh tawaran Meksiko kepada Assange. Ia beralasan, pemerintahan Lopez Obrador disebutnya kerap membahayakan jurnalis. (REUTERS)