Arab Saudi Akhiri Blokade atas Qatar, Emir Qatar Hadiri KTT Arab Teluk
Arab Saudi menghentikan blokade udara, darat, dan laut terhadap Qatar untuk mengakhiri konflik 3,5 tahun di kawasan Arab Teluk. Kesepakatan itu akan ditandatangani di KTT Dewan Kerja Sama Teluk yang dihadiri Emir Qatar.
Oleh
MH SAMSUL HADI DAN MUSTHAFA ABD RAHMAN (DARI KAIRO, MESIR)
·4 menit baca
AL ULA, SELASA — Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Dewan Kerja Sama Teluk di kota Al Ula, Arab Saudi, Selasa (5/1/2021). Media resmi Pemerintah Qatar melaporkan, Sheikh Tamim segera bertolak menuju Al Ula menyusul adanya pengumuman bahwa Arab Saudi akan mengakhiri blokade udara, darat, dan laut kepada Qatar.
Seorang pejabat senior AS mengungkapkan, kesepakatan tentang pembukaan kembali perbatasan udara, darat, dan laut wilayah Arab Saudi dengan Qatar akan ditandatangani dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) tersebut. Kesepakatan itu sekaligus mengakhiri konflik antara Qatar dan tiga negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC), yakni Arab Saudi, Bahrain, dan Uni Emirat Arab (UEA), plus Mesir yang berlangsung sejak Juni 2017.
Sheikh Tamim disambut langsung Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman di bandar udara kota Al Ula. Setelah Sheikh Tamim turun dari tangga pesawat dan disapa Pangeran Mohammed, keduanya berpelukan erat.
Perkembangan ini merupakan situasi terbaru dari serangkaian kesepakatan di Timur Tengah, yang diupayakan Washington, selain Israel dan negara-negara Arab, guna membangun front bersama dalam menghadapi Iran. Menteri Luar Negeri Kuwait Ahmad Nasser al-Sabah kepada Kuwait TV menjelang KTT, Selasa, mengungkapkan bahwa sebagai bagian dari kesepakatan, Arab Saudi akan membuka perbatasan udara, darat, dan laut dengan Qatar.
Kantor berita Arab Saudi, SPA, mengutip pernyataan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman yang menyebut pertemuan para pemimpin negara-negara Arab Teluk akan menyatukan mereka ”dalam menghadapi tantangan-tantangan yang dihadapi kawasan ini”.
Kuartet negara Arab (Arab Saudi, Bahrain, UEA, dan Mesir) memutuskan hubungan diplomatik, perdagangan, dan perjalanan dengan Qatar sejak Juni 2017. Mereka menuduh Qatar mendukung terorisme. Doha membantah tuduhan itu dan menyebut aksi boikot kuartet Arab itu untuk menggerus kedaulatan negaranya.
Namun, tidak semua pemimpin negara Arab Teluk hadir pada KTT tersebut. Bahrain diwakili oleh Putra Mahkota Hamad bin Isa Al-Khalifa. Adapun delegasi UEA akan dipimpin oleh Wakil Presiden Sheikh Mohammed bin Rashid al-Maktoum, yang juga Pemimpin Dubai.
Sultan Oman Haitham bin Tarik (65) secara mengejutkan, Senin (4/1/2021), juga memutuskan absen dalam forum tersebut. Kesultanan Oman akan mengirim utusan di bawah tingkat sultan ke forum tersebut. Sultan Haitham, yang menggantikan Sultan Qaboos bin Said sebagai Sultan Oman pada 11 Januari 2020 sedianya diharapkan bisa hadir dalam KTT itu untuk perkenalan sebagai pemimpin baru Oman kepada para pemimpin Arab Teluk lain.
Sikap UEA-Bahrain-Mesir
Keputusan Sultan Haitham absen dalam KTT GCC hanya sehari sebelum penyelenggaraan KTT memunculkan spekulasi menurunnya optimisme rekonsiliasi yang digalang dalam forum itu. Harian berbahasa Arab, Al Quds al Arabi, mengutip sumber pejabat Oman yang tidak disebut namanya, Senin, mengungkapkan, absennya Sultan Oman dalam KTT GCC disebabkan belum jelasnya perkembangan rekonsiliasi antara Qatar dengan Arab Saudi, UEA, Bahrain, dan Mesir yang akan diumumkan dalam KTT di Al-Ula.
Sultan Haitham menempatkan rekonsiliasi di kawasan Arab Teluk sebagai salah satu dari tiga kebijakan prioritas luar negeri Kesultanan Oman.
Terkait kesepakatan mengakhir blokade terhadap Qatar, Arab Saudi telah menyatakan posisinya secara tegas untuk mengakhiri blokade tersebut. Namun, tiga negara lainnya (UEA, Bahrain, dan Mesir) belum mengeluarkan pernyataan dalam isu tersebut. Pejabat AS menyebutkan, ”menjadi harapan kami” ketiga negara itu juga bergabung dalam kesepakatan tersebut.
Selain diikuti delegasi dari enam negara anggota GCC, KTT tersebut juga akan dihadiri Penasihat Senior Gedung Putih, yang juga menantu Presiden Donald Trump, Jared Kushner.
Upaya Kuwait
Dalam upaya agar agenda rekonsiliasi sukses dalam KTT GCC pada Selasa ini, pihak Kuwait terus berusaha maksimal mewujudkan rekonsiliasi tersebut. Menteri Luar Negeri Kuwait Sheikh Ahmed Nasser al-Sabah, Sabtu (2/1), mengunjungi Kairo, Mesir, untuk menyerahkan surat dari Emir Kuwait Sheikh Nawaf al-Akhmad al-Sabah kepada Presiden Mesir Abdel Fatah el-Sisi.
Presiden El-Sisi menyampaikan penghargaan dan dukungan terhadap upaya ikhlas Kuwait selama beberapa tahun terakhir ini dalam usaha mewujudkan rekonsiliasi. Sebelum berkunjung ke Mesir, Ahmed Nasser mengunjungi Arab Saudi, Qatar, Bahrain, UEA, dan Oman dengan misi yang sama.
Kantor berita Turki, Anadolu, mengungkapkan, meskipun masih ada rintangan dalam upaya mewujudkan rekonsiliasi secara menyeluruh dalam forum KTT GCC di kota Al-Ula, bisa dipastikan akan ada penandatanganan dokumen awal yang berisi prinsip-prinsip baru tentang upaya rekonsiliasi Qatar dengan negara kuartet Arab dalam KTT tersebut.
Sebagai tahap awal akan ditandatangani rekonsiliasi Qatar-Arab Saudi tahap pertama. Dengan demikian, Arab Saudi akan membuka wilayah udaranya untuk penerbangan komersial Qatar.
Sejak aksi blokade total kuartet Arab atas Qatar pada Juni 2017, Qatar terpaksa menggunakan wilayah udara Iran untuk penerbangan pesawat komersial Qatar dari dan ke mancanegara. Qatar pun terpaksa membayar 100 juta dollar AS per tahun kepada Iran sebagai pajak penggunaan wilayah udaranya.