Kasus Infeksi Korona Meningkat, Perancis Berlakukan Jam Malam di 15 Wilayah
Perancis mengumumkan kebijakan jam malam lebih awal dari jadwal semula di 15 wilayah akibat peningkatan kasus Covid-19.
PARIS, SABTU — Pemerintah Perancis, Jumat (1/1/2020) waktu Paris, memberlakukan jam malam di 15 wilayah untuk menghambat laju penyebaran infeksi Covid-19. Perancis sudah kewalahan karena infeksi semakin tidak terkendali selama beberapa hari menjelang perayaan pergantian tahun.
Jam malam diterapkan lebih cepat dua jam dari rencana semula, yakni pukul 18.00 waktu setempat dari sebelumnya direncanakan pukul 20.00.
Wilayah Les Alpes-Maritime, tempat kota Nice di wilayah Mediterania, juga menjadi salah satu wilayah yang dikenai jam malam itu. Sementara Paris, ibu kota Perancis, untuk sementara terhindar dari kebijakan pembatasan tambahan.
Juru Bicara Pemerintah Perancis Gabriel Attal, ketika mengumumkan kebijakan jam malam untuk 15 wilayah yang mayoritas berada di timur laut dan tenggara negara itu mengatakan, penyebaran virus SARS-CoV-2 di Perancis terus meningkat.
”Kami mengambil keputusan untuk 15 departemen. Dalam waktu seminggu, kami akan menilai dampak dari jam malam yang telah diterapkan di wilayah ini pada peredaran virus di wilayah lainya,” kata Attal kepada televisi TF1.
Baca juga : Macron Positif Covid-19, Para Pemimpin UE Buru-buru Tes dan Isolasi Diri
Menurut Attal, jika situasi memburuk di daerah lainnya, pemerintah akan mengambil keputusan yang diperlukan. Bahkan tidak menutup kemungkinan pemerintah mengambil langkah penguncian wilayah.
Tindakan tersebut telah didesak oleh para wali kota yang semakin khawatir bahwa sistem kesehatan lokal mereka dibebani oleh masuknya kasus baru.
Keputusan pemerintah tidak terlepas dari peningkatan jumlah pasien Covid-19 yang menjalani rawat inap di berbagai fasilitas kesehatan dan jumlah kasus baru selama sepekan terakhir jelang pergantian tahun.
Kementerian Kesehatan Perancis melaporkan bahwa jumlah orang yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19 meningkat 25 sejak Senin (28/12/2020) menjadi 24.678 orang.
Sementara itu, pasien dalam perawatan intensif—ukuran paling penting dari kemampuan sistem kesehatan untuk menangani pandemi—naik 44 menjadi 2.703 orang.
Laju infeksi sepekan terakhir sempat turun menjadi di bawah 3.000 kasus pada hari yang sama. Tapi, setelah itu, berdasar data worldometer.info, kasus baru yang muncul berada di atas 10.000 kasus per hari.
Pada Rabu (30/12/2020), jumlah kasus harian berada di angka 26457 kasus. Dua hari berikutnya, jumlah kasus harian berkisar pada angka 19.000 kasus per hari.
Di Eropa, Perancis menjadi negara yang memiliki kasus Covid-19 terbanyak, yaitu dengan 2,639 juta kasus positif dan 64.765 kematian. Di dunia, Perancis menempati peringkat kelima, setelah Amerika Serikat, India, Brasil, dan Rusia.
Baca juga : Eropa Hadapi Risiko Gelombang Infeksi Covid-19 yang Berulang
Kondisi itu membuat Pemerintah Perancis, menurut Attal, mengonfirmasi bahwa bioskop, ruang konser tidak akan dibuka kembali setelah 7 Januari 2021.
Sementara restoran dan bar dilarang beroperasi hingga batas waktu yang belum ditentukan. Namun, menurut rencana, kebijakan itu akan berakhir pada 20 Januari ini. Pemerintah akan meninjau kembali keputusannya setiap saat.
Sementara itu, meski sudah memulai program vaksinasinya, pemerintah Perancis dikritik karena baru melaksanaan vaksinasi pada 332 orang di seluruh Perancis hingga sekarang. Berbeda dengan Jerman yang telah memvaksin sekitar 130.000 orang sejak program itu dimulai awal pekan lalu.
”Kami tidak akan menilai kampanye vaksinasi yang akan berlangsung enam bulan hanya dalam beberapa hari,” kata Attal.
Pesta ”rave” ilegal
Walau pemerintah telah mengeluarkan sejumlah larangan untuk merayakan malam pergantian tahun, diperkirakan sekitar 2.500 orang menghadiri pesta rave ilegal di Lieuron, Brittany, dan memicu kekhawatiran penyebaran virus yang lebih luas.
Otoritas keamanan yang mencoba menggagalkan kegiatan itu bentrok dengan para partygoers, yang tidak hanya berasal dari wilayah sekitar, tapi bahkan dari luar negeri, di antaranya dari Spanyol dan Inggris.
Jaksa telah membuka penyelidikan terhadap organisasi ilegal acara musik dan kekerasan terhadap orang-orang yang berwenang, kata pemerintahan Prefektur Ille-et-Vilaine dalam pernyataannya. Sebuah laporan mengatakan bahwa pesta itu berlangsung di gudang kosong milik perusahaan penyimpanan.
Baca juga : Gelombang Kedua Pandemi Menerpa, Perancis dan Jerman Berlakukan Pembatasan
Polisi setempat mencoba untuk mencegah pelaksananan pesta itu untuk menekan laju infeksi, tapi perlawanan diberikan oleh para partygoers atau penggila pesta. Mereka bahkan membakar sebuah mobil petugas yang mencoba membubarkan kegiatan ini, melemparkan botol dan batu kepada petugas.
Polisi setempat melalui akun media sosialnya menyebutkan mereka telah memberikan pelarangan secara lisan kepada orang-orang yang hadir agar segera membubarkan diri sebelum bentrokan terjadi.
Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri Camile Chaize, berbicara di BFM TV mengatakan telah terjadi ”permusuhan besar, kekerasan hebat” terhadap aturan hukum dan ketertiban.
Pertemuan massal semacam itu dilarang keras di seluruh Perancis untuk mencegah penyebaran Covid-19 dan jam malam nasional pukul 20.00—yang tidak dicabut untuk Tahun Baru—berlaku di seluruh negeri.
Seorang peserta, Jo, berasal dari wilayah Alsace di timur Perancis, mengatakan bahwa mereka semua bertemu di sebuah tempat pertemuan, yaitu tempat parkir sebuah pusat perbelanjaan, sebelum menuju lokasi pesta. Setelah itu, mereka berkonvoi menuju Lieuron, di mana polisi berusaha mencegah mereka lewat.
Baca juga : Inggris Dahului AS-Uni Eropa, Mulai Gelar Vaksinasi Covid-19 Pekan Depan
Jo mengakui bahwa para penyuka pesta ini sangat sedikit yang menghormati aturan jarak sosial pada pesta yang seharusnya berakhir pada Sabtu malam waktu setempat.
Selain di Brittany, otoritas keamanan juga menghentikan penyelenggaran pesta ilegal di selatan kota Marseille yang diikuti sekitar 300 orang. Lebih dari 150 orang telah diperingatkan dan tiga tersangka penyelenggara telah ditangkap.
Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin mengatakan, 132.000 polisi dikerahkan di seluruh Perancis untuk perayaan Tahun Baru guna memastikan keamanan dan bahwa jam malam dihormati. (AFP/REUTERS)