Ledakan Hebat Hantam Bandara Aden Saat Kabinet Yaman Mendarat, 26 Orang Tewas
Konflik di Yaman semakin rumit untuk diakhiri. Kabinet baru Yaman, gabungan pemerintahan Presiden Abdurabbuh Mansour Hadi dan kelompok separatis STC, disambut serangan hebat saat mendarat di Bandara Aden, Yaman selatan.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
ADEN, KAMIS — Sedikitnya 26 orang tewas dan puluhan orang lainnya terluka ketika sebuah ledakan mengguncang Bandar Udara Internasional Aden, Yaman selatan, Rabu (30/12/2020). Ledakan terjadi tidak lama setelah pesawat yang membawa rombongan anggota kabinet Pemerintah Yaman, selepas mengikuti upacara pelantikan di Arab Saudi, mendarat.
Menteri Penerangan Yaman Moammar al-Eryani mengatakan, semua anggota kabinet Presiden Abdrabbuh Mansur Hadi lolos dari ledakan itu dan tidak ada yang terluka. ”Kami meyakinkan Anda bahwa serangan teroris pengecut oleh milisi Houthi yang didukung Iran tidak akan menghalangi kami untuk melaksanakan tugas patriotik kami,” cuit Eryani di Twitter.
Pernyataan senada disampaikan Menteri Luar Negeri Yaman Ahmed bin Mubarak . ”Tindakan teroris yang dilakukan oleh milisi Houthi yang didukung Iran dan kelompok teroris ekstremis tidak akan menghalangi pemerintah yang sah untuk menjalankan tugas mereka,” kata Hadi.
Beberapa pejabat pemerintah dilaporkan menjadi korban dalam serangan tersebut. Komite Internasional Palang Merah (ICRC) mengatakan, dua anggota stafnya termasuk di antara mereka yang dipastikan tewas, satu anggota staf hilang, dan tiga orang lainnya terluka.
”Rakyat Yaman telah mengalami penderitaan yang sangat parah selama lima tahun terakhir. Hari seperti ini menambah lebih banyak kesedihan,” kata Dominik Stillhart, Direktur Operasi ICRC.
Aden, kota pelabuhan di wilayah selatan Yaman, sudah lama dilanda kekerasan bersenjata akibat konflik antara pemerintahan Hadi dan kelompok separatis Dewan Transisi Selatan (STC). Pemerintahan Hadi dipindahkan ke Aden setelah ibu kota Sana’a dikuasai kelompok Houthi tahun 2014. STC, yang menuntut kemerdekaan di Yaman selatan, mendeklarasikan pemerintahan sendiri di Aden, April lalu. Sejak itu, konflik bersenjata di wilayah itu semakin memanas.
Perkembangan itu menambah rumit upaya PBB membangun gencatan senjata permanen. Koalisi pimpinan Arab Saudi kemudian mengumumkan pembagian kekuasaan antara pemerintahan Hadi dan STC menyusul mediasi intensif oleh Arab Saudi. Terbentuklah kabinet pemerintahan gabungan antara kedua kubu itu, yang dilantik di Riyadh dan menjadi target serangan saat mereka kembali dan mendarat di Aden, Rabu (30/12/2020).
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengecam serangan itu. Stephane Dujarric, juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, menyatakan bahwa Guterres mengecam keras serangan itu. Dia menambahkan bahwa PBB berkomitmen untuk mencari penyelesaian yang terbaik untuk menyelesaikan konflik Yaman.
Ledakan kedua
Saat asap masih mengepul dari sumber ledakan awal dan orang-orang bergegas untuk merawat yang terluka, ledakan kedua terjadi. Rekaman video yang diambil oleh kantor berita AFP menunjukkan benda yang tampak seperti rudal menghantam apron bandara. Beberapa saat sebelumnya area itu dipenuhi oleh kerumunan orang. Ledakan berubah menjadi bola api yang hebat. Beberapa saksi mata melihat adanya tiga mortir yang jatuh di aula bandara.
Beberapa jam setelah serangan itu, ledakan kedua terdengar di sekitar Istana Kepresidenan Maasheq Aden, tempat seluruh anggota kabinet, termasuk Perdana Menteri Maeen Abdulmalik dan Duta Besar Arab Saudi untuk Yaman Mohammad Said al-Jaber diamankan. PM Maeen Abdulmalik menyatakan semua anggota kabinet dalam kondisi baik-baik saja.
Secara terpisah, koalisi pimpinan Arab Saudi mengatakan, pihaknya telah menjatuhkan pesawat tak berawak Houthi yang sarat bahan peledak yang menargetkan istana presiden. Belum ada tanggapan langsung dari Houthi. Kelompok ini membantah tuduhan bahwa mereka sebagai pihak yang bertanggung jawab atas serangan bandara tersebut.
Puluhan ribu, sebagian besar warga sipil, tewas dan jutaan orang lainnya mengungsi dalam perang lima tahun yang melanda Yaman. PBB menyebut konflik di negara itu sebagai bencana kemanusiaan terburuk di dunia.
Pemerintah Yaman, yang didukung Pemerintah Arab Saudi dan internasional, dan STC telah sepakat membentuk kabinet sebagai bagian dari upaya pembagian kekuasaan pada 18 Desember lalu. Kerja sama ini juga sekaligus membentuk front perlawanan untuk menghadapi pemberontak Houthi yang didukung Iran.
Kabinet pemerintahan yang baru ini terdiri dari menteri-menteri loyalis Hadi, pendukung STC, dan beberapa anggota partai lain. Arab Saudi telah mendorong pembentukan pemerintah persatuan untuk memadamkan ”perang dalam perang saudara” dan untuk mendukung koalisi melawan kaum Houthi.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Cale Brown, dalam pernyataannya mengatakan, serangan yang diatur waktunya bertepatan dengan kedatangan para pejabat baru Yaman tidak akan menghentikan upaya perdamaian. ”Serangan itu diatur waktunya dengan kedatangan pejabat baru pemerintah Yaman dan sekali lagi menunjukkan niat jahat dari mereka yang mencoba mengguncang Yaman,” kata Brown.
Yaman masih menjadi tempat yang nyaman bagi kelompok-kelompok teroris, termasuk Al Qaeda dan kelompok militan lainnya. Al-Qaeda di Semenanjung Arab, yang dianggap AS sebagai cabang paling berbahaya dari kelompok teror itu, berkembang pesat dalam kekacauan perang saudara Yaman. (AFP/REUTERS)