Setelah kesepakatan perdagangan pasca-Brexit disepakati dan ditandatangani oleh pemimpin kedua belah pihak, hubungan Inggris dan Uni Eropa tak akan lagi sama.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
BRUSSELS, KAMIS — Hubungan Inggris dan Uni Eropa memasuki babak baru setelah kesepakatan pasca-Brexit disepakati. Naskah kesepakatan telah ditandatangani para pemimpin UE sebelum kemudian dikirim ke London, Inggris, untuk ditandatangani Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Rabu (30/12/2020).
Di Brussels, Belgia, Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Presiden Dewan Eropa Charles Michel tersenyum saat acara penandatanganan Kesepakatan Kerja Sama Perdagangan dengan Inggris setebal 1.246 halaman yang disiarkan televisi.
”Sungguh jalan yang panjang. Saatnya sekarang menaruh Brexit jadi masa lalu. Masa depan kita ada di Eropa,” ujar Von der Leyen.
Sementara Charles mengatakan, dalam masalah-masalah besar, UE siap bekerja sama bahu-membahu dengan Inggris. ”Misalnya dalam perubahan iklim sebelum Konferensi Perubahan Iklim ke-26 di Glasgow dan dalam respons terhadap pandemi, khususnya kemungkinan kerja sama dalam pandemi,” katanya.
”Kesepakatan yang kami tanda tangani pada hari ini merupakan hasil negosiasi yang intens selama berbulan-bulan di mana UE menunjukkan level kesatuan yang belum pernah terlihat sebelumnya,” kata Charles. ”Ini adalah kesepakatan yang adil dan seimbang, yang melindungi sepenuhnya kepentingan mendasar UE dan menciptakan stabilitas dan kepastian bagi warga dan pebisnis,” katanya, melanjutkan.
Inggris bergabung dengan UE tahun 1973. Namun, sekitar 4,5 tahun lalu pemungutan suara dalam referendum menunjukkan 52 persen warga Inggris menghendaki Inggris keluar dari UE. Selama 11 bulan periode transisi dampak dari Brexit ini belum terasa.
Semuanya akan terasa dan mulai berbeda ketika Inggris keluar dari pasar tunggal dan bea cukai UE, Kamis (31/12/2020) pukul 23.00 waktu setempat. Ini menjadi akhir dari tahun yang sulit sekaligus periode transisi Brexit yang ditandai dengan negosiasi kesepakatan pasca-Brexit yang menegangkan dan berbelit-belit.
Namun, naskah kesepakatan kerja sama perdagangan yang diterbangkan oleh pesawat Angkatan Udara Kerajaan Inggris itu harus ditandatangani PM Johnson. Kemudian parlemen Inggris harus membahas dan menyetujuinya sebelum tenggat masa transisi berakhir.
Setelah parlemen Inggris menyetujuinya, kesepakatan berlaku efektif. Parlemen Eropa juga akan melakukan hal yang sama. Namun, kemungkinan mereka akan menyepakatinya beberapa minggu lagi.
Kepada anggota parlemen Inggris, Johnson mengatakan, kesepakatan tersebut menandai ”hubungan yang baru antara Inggris dan UE sebagai pihak setara, terikat dalam persahabatan, perdagangan, sejarah, kepentingan, dan nilai-nilai”.
”Brexit bukanlah akhir, tapi awal,” ujar Johnson. ”Tanggung jawab sekarang ada di tangan kita untuk memanfaatkan sebaik-baiknya kekuatan yang kita dapatkan kembali, alat yang telah raih ke tangan kita lagi.”
”Dengan kesepakatan ini, kita akan menjadi tetangga yang ramah, sahabat terbaik, dan sekutu bagi UE,” ujar Boris.
Sejumlah anggota parlemen mengeluh karena hanya memiliki waktu sekitar 5 jam untuk menelaah naskah kesepakatan Inggris-UE yang akan berdampak besar bagi perekonomian warga Inggris. Meski demikian, kemungkinan besar Majelis Rendah parlemen Inggris yang dikuasai Partai Konservatif pimpinan Johnson akan mendukung kesepakatan tersebut.
Sayap Partai Konservatif yang skeptis terhadap UE dan turut memperjuangkan Inggris untuk keluar dari UE telah memberikan dukungannya.
Akan tetapi, Partai Nasional Skotlandia yang sangat pro-UE dan Partai Demokrat Liberal berencana menentang kesepakatan itu dalam pemungutan suara. Adapun oposisi utama, Partai Buruh, akan mendukung kesepakatan karena menurut mereka kesepakatan yang tipis sekalipun masih lebih baik daripada perpecahan tanpa kesepakatan.
”Kami hanya mempunyai waktu sehari sebelum periode transisi berakhir, dan inilah satu-satunya waktu yang tersedia,” kata Ketua Partai Buruh Keir Starmer. ”Ini adalah dasar untuk membangun di tahun-tahun yang akan datang,” katanya, mengakhiri. (AFP/AP/REUTERS)