Pengadilan AS Tolak Banding Kasus Suap Presiden Chad dan Diplomat Uganda
Tim juri Federal AS telah menyatakan Chi bersalah atas tujuh dari delapan gugatan kasus penyuapan dan pencucian uang terkait hak minyak di Chad dan Uganda.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
NEW YORK, RABU —Pengadilan banding di Amerika Serikat, Selasa (29/12/2020), waktu New York, menguatkan putusan hukuman terhadap pengusaha papan atas Hong Kong, Chi Ping Patrick Ho (70). Ini karena Chi menyuap Presiden Chad dan diplomat Uganda di Afrika dalam konspirasi terkait Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Pengadilan banding di AS memutuskan bahwa hukuman yang dijatuhkan juri terhadap Chi pada Desember 2018 sudah tepat. Chi terbukti telah menyuap presiden dua negara di Afrika tersebut.
Chi yang berprofesi sebagai dokter mata dan pernah menjadi Menteri Dalam Negeri Hong Kong pada 2002-2007 itu dihukum 3 tahun penjara oleh hakim Distrik AS, Loretta A Preska. Preska menilai kegiatan amal Chi ”luar biasa” sehingga pantas mendapatkan keringanan hukuman.
Preska mencatat, Chi membantu untuk memulihkan penglihatan orang-orang, membawa musik masuk ke Lembaga Pemasyarakatan Metropolitan, dan mengajari narapidana berbagai materi pembelajaran hingga mereka menyelesaikan pendidikan menengah.
Ketika hukuman dijatuhkan, Chi mengaku sangat menyesal dan berterima kasih kepada penjaga dan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Metropolitan, tempatnya ditahan, karena sudah menjaganya tetap aman.
Dalam sidang, tim jaksa penuntut mengatakan, kasus penyuapannya itu merupakan bagian dari skema untuk mengamankan hak atas minyak bagi konglomerat energi yang dikenal sebagai CEFC China Energy.
Skema penyuapan Uganda itu sebagian dibuat di PBB ketika Menteri Luar Negeri Uganda adalah Ketua Majelis Umum PBB.
Tim pengacara Chi mengatakan, pemberian uang atau pembayaran kepada kedua presiden itu bukan suap, melainkan sumbangan untuk amal. Pembayaran itu termasuk 2 juta dollar AS berbentuk hadiah-hadiah dalam kardus yang dikirimkan ke presiden Chad pada 2014.
Kasus tuduhan suap itu kemudian diproses di New York, AS, oleh pihak berwenang. Informasi adanya pertemuan dan transfer kawat di Manhattan terkait dengan kasus suap itu dibeberkan, termasuk pertemuan di sebuah ruangan di Trump World Tower.
Saat proses banding, pihak Chi mengatakan, tidak ada cukup bukti untuk menjatuhkan hukuman terhadap dirinya dan ada sejumlah kesalahan prosedural yang terjadi.
Namun, tim panel banding yang terdiri atas tiga hakim itu tidak setuju dengan Chi. ”Kami menyimpulkan bukti-bukti yang diajukan di sidang sudah lebih dari cukup,” sebut hakim banding Richard J Sullivan dalam putusan pengadilan.
Korban sengketa
Harian The South China Morning Post, 9 Juni 2020, menyebutkan, Chi ditangkap di Bandara Internasional John F Kennedy, AS, November 2017. Saat itu ia menjadi wakil sekretaris jenderal lembaga kajian yang didanai oleh CEFC China Energy.
Pada Desember 2018, tim juri federal menyatakan Chi bersalah atas tujuh dari delapan gugatan kasus penyuapan dan pencucian uang terkait hak minyak untuk CEFC di Chad dan Uganda.
Chi dinyatakan bersalah karena menyuap 2,9 juta dollar AS kepada Presiden Chad Idriss Deby; diplomat Senegal, Cheikh Gadio; dan Menteri Luar Negeri Uganda Sam Kutesa.
Pada saat sidang, Gadio, perantara dalam perundingan CEFC, dan Deby bersaksi Chi memberikan 2 juta dollar AS yang ditaruh di dalam kotak kado kepada presiden saat berkunjung ke Chad, Desember 2014.
Chi tetap mengaku tidak bersalah. Ia mengaku hanya menjadi umpan untuk mendapatkan sasaran yang diincar. Ia meminta temannya untuk mencari bantuan ke Komite Pusat Partai Komunis China.
Setelah dinyatakan bersalah, Chi mengaku ia menjadi korban pertama dari perselisihan antara AS dan China. Terlepas dari ekspansi strategis China ke Afrika melalui perusahaan swasta seperti CEFC, kasus ini juga menimbulkan keresahan pada tata kelola PBB karena ada tiga pejabat PBB yang terkait dalam kasus ini. (AP)