FBI Pastikan 500 Ton Amonium Nitrat Penyebab Ledakan di Beirut
FBI membantu pemerintah Lebanon menyelidiki kasus ledakan di pelabuhan Beirut.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
BEIRUT, RABU —Hasil penyelidikan Biro Investigasi Federal AS (FBI) menemukan penyebab ledakan di pelabuhan Beirut, Lebanon, 4 Agustus 2020. Ledakan yang menewaskan lebih dari 200 orang itu dipastikan berasal dari 500 ton amonium nitrat yang disimpan di dalam salah satu gudang pelabuhan.
Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab, yang mengundurkan diri setelah peristiwa itu, pernah mengatakan, ada lebih dari 2.750 ton amonium nitrat bahan pembuatan pupuk disimpan di gudang pelabuhan. Zat kimia yang berbentuk seperti butiran pasir dan tidak berbau itu disimpan secara sembarangan selama enam tahun di dalam gudang.
Yang meledak hanya 500 ton, lalu ke mana 2.200 ton lainnya.
Namun, dalam laporan FBI, Selasa (29/12/2020), disebutkan tidak semua amonium nitrat itu meledak. Hanya sekitar seperempat dari 2.750 ton itu. FBI membantu Pemerintah Lebanon menyelidiki kasus ini. ”Yang meledak hanya 500 ton, lalu ke mana 2.200 ton lainnya,” tanya Diab.
Lima bulan setelah ledakan itu, baru sekarang ada sedikit kejelasan penyebab ledakan. Sejak peristiwa itu, Pemerintah Lebanon menuai kecaman karena selama puluhan tahun abai dan membiarkan korupsi merajalela di elite yang berkuasa.
Lambatnya penyelidikan membuat rakyat Lebanon tak sabar. Negara-negara donor Lebanon juga mulai tak percaya dengan pemerintah. Padahal, Lebanon membutuhkan pendonor untuk bisa bertahan hidup menghadapi krisis ekonomi.
Ketua hakim investigasi, Fadi Sawan, bulan ini mendakwa Diab dan tiga mantan menteri atas kasus ledakan pelabuhan itu. Ketiganya didakwa telah abai dan menyebabkan kematian ratusan orang dan ribuan orang terluka. Ini merupakan dakwaan resmi pertama terhadap PM yang masih berkuasa dan belum pernah terjadi sepanjang sejarah Lebanon yang juga membuat Diab mundur.
Sejak pendakwaan dua menteri, proses penyelidikan terhadap kasus ledakan itu dihentikan sementara. Pengadilan kasasi Lebanon harus membuat keputusan sebelum penyelidikan dilanjutkan.
Sejauh ini setidaknya ada 25 tersangka yang sudah ditangkap, termasuk kepala pelabuhan dan direktur bea cukai pelabuhan. Meski demikian, belum ada politikus yang ditangkap.
Tuntut keadilan
Sementara itu, Tracy dan Paul Najjar menyesali kematian putrinya, Alexandra (3), yang semestinya bisa lolos dari ledakan di pelabuhan itu jika saja ada peringatan dari pihak pengelola pelabuhan dan pemerintah.
Sampai sekarang mereka masih mempertanyakan kenapa tidak ada seorang pun yang memperingatkan warga atau mengevakuasi mereka saat kobaran api membesar selama lebih dari 1,5 jam di dekat gudang amonium nitrat itu.
”Mereka punya waktu 40 menit untuk setidaknya memperingatkan untuk pergi. Tetapi tidak ada satu pun yang bilang. Setelah ledakan pun tidak ada rumah sakit yang siap, tidak ada dokter, tentara, jalan masih ditutup. Parah sekali,” kata Tracy Najjar (34) yang sedang ada di rumahnya di distrik Gemmayzeh ketika ledakan terjadi.
Ledakan di pelabuhan Beirut itu tercatat sebagai ledakan nonnuklir terdahsyat yang pernah terjadi hingga menewaskan 2.000 orang dan ratusan orang terluka.
Banyak korban jatuh karena gudang pelabuhan itu dikelilingi kawasan permukiman. Pemerintah pernah berjanji akan bisa menyelesaikan penyelidikan dalam hitungan hari, tetapi sampai sekarang belum ada hasilnya.
”Kami butuh tahu kebenarannya dan menuntut keadilan. Kami tidak akan pernah menyerah,” kata Najjar yang putrinya tewas akibat terluka parah.
Najjar kesal karena butuh waktu sampai satu jam untuk bisa menggapai rumah sakit karena lalu lintas yang padat. Tidak terlihat satu pun penjaga keamanan. ”Kalau saja jalannya tak padat, banyak korban terluka yang bisa diselamatkan. Putri saya juga bisa diselamatkan,” ujarnya.
Paul Najjar (36) geram dan menuduh presiden, pemerintah, dan militer hanya mau cuci tangan. Bagi Paul dan warga Lebanon lainnya, kasus ledakan dan cara pemerintah menangani kasus itu menunjukkan bahwa pemerintah tak becus bekerja hingga membuat Lebanon krisis tak berkesudahan.
Dari dokumen yang dilihat kantor berita Reuters dan informasi dari pejabat keamanan, PM dan Presiden sudah pernah diperingatkan, Juli lalu, bahwa simpanan amonium nitrat di pelabuhan itu berisiko menghancurkan Beirut jika meledak.
Kekhawatiran itu pun terbukti. Berawal dari percikan api dari las, lalu meledaklah gudang itu. ”Kami tidak punya pemimpin. Mereka semua itu mafia. Para pejabat itu mundur saja karena hanya berebut kekuasaan dan harta,” kata salah satu korban, Rita Hitti. (REUTERS/AFP/LUK)