Uni Eropa mulai menjalankan program vaksinasi bagi warganya. Vaksinasi berjalan beriringan dengan semakin banyaknya laporan temuan varian baru virus SARS-CoV-2 di sejumlah negara.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
BRUSSELS, MINGGU — Negara-negara Eropa mulai memvaksin warganya, terutama warga yang masuk dalam kelompok rentan, termasuk manula dan para petugas kesehatan yang menjadi tulang punggung perang terhadap pandemi Covid-19, serta sejumlah politisi. Vaksinasi massal di seluruh wilayah Uni Eropa, dengan penduduk hampir 450 juta orang, akan menjadi langkah penting untuk mengakhiri pandemi yang telah menewaskan lebih dari 1,7 juta orang di seluruh dunia dan melumpuhkan ekonomi.
”Tidak sakit sama sekali. Buka matamu dan ambil vaksinnya,” ujar Mihaela Anghel, perawat di Matei Bals Institute di Bucharest, Romania, penerima vaksin pertama di negara itu, Minggu (27/12/2020).
Di ibu kota Italia, Roma, lima dokter dan perawat Rumah Sakit Spallanzani menjadi bagian dari penerima vaksin pertama di negara itu. ”Ini awal dari sebuah akhir. Momen yang menyenangkan dan bersejarah,” kata Claudia Alivernini (29), perawat di rumah sakit itu.
”Pesannya adalah harapan, kepercayaan, dan undangan untuk berbagi pilihan ini. Tidak ada alasan untuk khawatir,” kata dr Maria Rosaria Capobianchi, Kepala Laboratorium Virologi RS Spallanzani, sesaat setelah vaksin disuntikkan ke tubuhnya.
Di Spanyol, Araceli Hidalgo, seorang penghuni panti jompo Los Almos di kota Guadalajara berusia 96 tahun, dan perawatnya menjadi warga pertama dan kedua di negara tersebut yang menerima vaksin. ”Mari kita lihat apakah kita semua bisa bersikap dan menghilangkan virus ini,” kata Hidalgo.
Di Praha, Ceko, Perdana Menteri Andrej Babis menjadi orang pertama yang divaksin bersama veteran Perang Dunia II, Emilie Repikova. ”Tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” kata PM Babis.
Secara keseluruhan, di 27 negara anggota Uni Eropa tercatat lebih dari 16 juta infeksi Covid-19 dan jumlah kematian telah mencapai angka lebih dari 336.000 jiwa. Angka ini, menurut para ahli, merupakan angka moderat karena masih terdapat kemungkinan kasus yang terlewat untuk didata oleh mereka dan jumlah pengujian yang terbatas.
Vaksin yang digunakan oleh negara-negara Uni Eropa adalah vaksin yang dikembangkan dan diproduksi oleh BioNTech (Jerman) dan Pfizer (Amerika Serikat). Vaksin ini mulai tiba sejak Jumat (25/12/2020) di sejumlah rumah sakit di Eropa dari lokasi produksi di Belgia. Semua yang mendapat suntikan harus kembali dalam tiga minggu untuk mendapatkan dosis kedua.
Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Sabtu (26/12/2020), mengatakan, program vaksinasi di sejumlah negara Eropa merupakan momentum persatuan yang menyentuh. ”Kita mulai membalik halaman di tahun yang sulit,” cuit Von der Leyen di Twitter.
Adapun Jerman telah memulai program vaksinasinya satu hari lebih cepat dari yang dijadwalkan, yaitu Sabtu. Penerima pertama adalah sejumlah warga panti jompo di Halberstadt di kawasan Pegunungan Harz. Salah satu yang menerima adalah penghuni panti jompo yang telah berusia 101 tahun.
Persebaran varian baru
Sejumlah negara di Eropa dan Amerika Serikat serta Jepang telah melaporkan penemuan varian baru virus SARS-CoV-2 di wilayah mereka. Sebagian besar memiliki riwayat perjalanan dan kontak dengan warga Inggris yang juga terinfeksi Covid-19. Akan tetapi, ada juga yang sama sekali tidak berhubungan dengan warga dari Inggris.
Kementerian Kesehatan Perancis melaporkan pada Jumat pekan lalu bahwa seorang pria yang baru tiba dari London telah menjalani tes dan dinyatakan positif dengan membawa varian baru virus tersebut. Swedia juga melaporkan hal sama, varian baru virus SARS-CoV-2 yang dibawa oleh seorang pelancong dari Inggris.
Otoritas kesehatan di Madrid, Sabtu lalu, mengonfirmasi bahwa empat kasus varian baru ada di Spanyol bersamaan dengan pengiriman vaksin pertama bagi negara tersebut. Seorang pejabat kesehatan, Antonio Zapatero, menyatakan, warga tidak perlu khawatir dengan keberadaan varian baru virus tersebut.
Sementara otoritas kesehatan di Provinsi Ontario, Kanada, melaporkan bahwa mereka telah mendeteksi dua kasus varian baru. Varian baru ini terdeteksi pada pasangan yang tidak memiliki riwayat perjalanan selama beberapa waktu terakhir atau memiliki kontak berisiko tinggi dengan orang lain.
Otoritas kesehatan Jepang menjadi negara terbaru yang bertindak setelah menemukan adanya varian baru dalam kasus di negara itu. Mereka mengumumkan melarang sementara semua orang asing nonresiden masuk hingga 31 Januari sebagai tindakan pencegahan.
BioNTech menyatakan keyakinannya bahwa vaksin mereka mampu melawan varian baru itu. Namun, mereka juga menambahkan, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk sepenuhnya memastikan.
Menteri Kesehatan Swiss Alain Berset menekankan pentingnya kesadaran dan pertanggungjawaban pribadi untuk mengurangi atau meniadakan penularan dari orang ke orang. Selain itu, dia juga mengakui bahwa pemerintah memiliki andil dengan melakukan kesalahan karena sangat longgar dalam menerapkan aturan pembatasan sosial warganya. Kondisi inilah yang diyakininya mengakibatkan peningkatan kasus di Eropa selama gelombang kedua pandemi.
Di Italia, meski kampanye penggunaan vaksin coba digencarkan pemerintah untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama pada awal-awal pandemi, tampaknya mereka akan mengalami kesulitan.
Sebuah jajak pendapat menunjukkan, hanya 57 persen warga Italia yang berniat mengikuti vaksinasi. Para ahli memperkirakan, jika ingin membentuk kekebalan kelompok (herd immunity), hal itu dapat dicapai jika 75-80 persen warga menjalani vaksinasi. (AP/AFP/REUTERS)