Bangladesh Bakal Kembali Merelokasi Ribuan Pengungsi Rohingya
Bangladesh secara bertahap akan terus memindahkan pengungsi Rohingya ke pulau terpencil. Aktivis HAM mengecamnya dan PBB tidak terlibat.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
DHAKA, SENIN —Pemerintah Bangladesh akan kembali merelokasi pengungsi warga etnis Rohingya di Cox’s Bazar, setelah lari dari Myanmar, ke pulau baru yang terpencil, Bhasan Char, di Teluk Benggala. Sedikitnya 1.000 pengungsi Rohingya itu akan segera dipindahkan dalam beberapa hari ke depan.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia (HAM) dan politisi oposisi Bangladesh sudah mengecam pemindahan pengungsi Rohingya yang selama ini ditampung di kamp pengungsi di Cox’s Bazar dan wilayah lain di Bangladesh. Aktivis dan politisi meminta agar pengungsi etnis tidak direlokasi.
Bangladesh sudah memindahkan lebih dari 1.600 pengungsi etnis Rohingya pada awal bulan ini. ”Mereka akan dipindah ke Chittagong dulu baru kemudian ke Bhasan Char. Namun, kami bergantung pada kondisi lautnya,” kata seorang pejabat Bangladesh, Minggu (27/12/2020).
Mohammed Shamsud Douza, wakil dari Pemerintah Bangladesh yang menangani isu pengungsi, menjelaskan, pemindahan pengungsi itu sifatnya sukarela. ”Mereka tidak akan dipaksa pindah,” ujarnya.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan tidak terlibat dalam pemindahan pengungsi etnis Rohingya itu. Bahkan, PBB juga belum diperbolehkan untuk meninjau keamanan dan masalah teknis di Bhasan Char, pulau yang rawan banjir dan gelombang pasang di Teluk Benggala itu.
Bangladesh menegaskan hanya akan memindahkan pengungsi yang bersedia untuk pindah. Tidak ada pemaksaan. Proses pemindahan itu juga akan bisa setidaknya mengurangi kepadatan kamp-kamp pengungsian yang kini dihuni lebih dari 1 juta pengungsi Rohingya.
Namun, sejumlah pengungsi dan pekerja kemanusiaan mengatakan, banyak pengungsi Rohingya yang dipaksa untuk pindah ke pulau yang baru muncul dari laut 20 tahun lalu itu.
Bangladesh sudah mengembangkan 120 kluster desa di Bhasan Char dan menghabiskan anggaran sampai 272 juta dollar AS untuk mengakomodasi 100.000 warga Rohingya untuk tahap pertama. Pulau itu hanya bisa diakses dengan perahu dan terisolasi saat cuaca buruk.
Menteri Luar Negeri Bangladesh Abdul Momen pada awal bulan ini mengatakan, PBB seharusnya menilai dan memverifikasi seberapa kondusif lingkungan di Negara Bbagian Rakhine, Myanmar, untuk merepatriasi pengungsi sebelum menilai Bhasan Char.
Upaya-upaya memulai repatriasi pengungsi Rohingya ke Myanmar gagal terus karena mereka mengaku takut akan mendapat perlakuan kekerasan lagi kalau kembali ke Myanmar.
Pemimpin Rohingya di kamp pengungsian Cox’s Bazar, Ansar Ali, pernah ke pulau itu bersama orang-orang dari Pemerintah Bangladesh.
Kepada kantor berita Anadolu, ia mengatakan, pihaknya akan mau disuruh pindah ke mana saja oleh Pemerintah Bangladesh, tetapi nanti pada akhirnya kalau bisa kembali ke Myanmar.
”Kita semua ada di sini karena Myanmar menunda repatriasi. Kalau disuruh pilih, lebih baik di Cox’s Bazar karena kalau kami dipindah nanti malah bisa-bisa proses repatriasi batal,” ujarnya.
Menurut Amnesty International, lebih dari 750.000 pengungsi Rohingya, mayoritas perempuan dan anak-anak, melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan keamanan Myanmar menekan minoritas Muslim Rohingya pada Agustus 2017. (REUTERS)