Lebih dari 4.000 tahun patung Sphinx bertengger di kompleks Piramida di Giza, Mesir. Orang tak pernah bosan mengunjunginya. Mitos dan keyakinan bercampur, menyuntikkan energi bagi Mesir.
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN DARI KAIRO, MESIR
·5 menit baca
Hari Minggu, 6 Desember 2020. Hari itu terasa seperti hari keberuntungan bisa menyaksikan secara langsung patung Sphinx di kompleks piramida di Giza, Kairo, Mesir. Seperti di tempat-tempat lain, perjalanan pada masa pandemi seperti saat ini tentu bukan hal yang ideal. Hari itu, patung Sphinx terlihat sangat gagah, disinari matahari di tengah cuaca cerah.
Patung Sphinx, patung berkepala manusia dan bertubuh singa, terlihat kokoh, seperti sering digambarkan dalam mitos Mesir kuno sebagai representasi makhluk perkasa, simbol pantang menyerah, dan juga sebagai simbol dewa matahari. Saat berkunjung kompleks piramida di Giza, Kairo, tak lengkap rasanya jika tidak menyambangi patung Sphinx. Apalagi, dua obyek wisata itu berlokasi di satu kompleks.
Biasanya para turis asing ataupun lokal mengunjungi kompleks piramida dan patung Sphinx menjadi satu paket lawatan. ”Sekarang sudah mulai banyak turis asing yang mengunjungi area patung Sphinx meskipun saat ini masih masa pandemi Covid-19,” ujar Ahmed Eid (40), penjual suvenir di area patung Sphinx kepada Kompas.
”Sebagian besar turis asing yang datang ke area patung Sphinx ini berasal dari Eropa Timur, seperti Ukraina, Polandia, dan Rusia. Mereka di sini berbicara dengan bahasa Rusia,” kata Eid. ”Pada pagi seperti saat ini memang masih sepi turis asing. Mereka biasanya datang mulai siang, lalu belanja suvenir di sini.”
”Memang, turis asing dari Eropa Barat, seperti Inggris, Jerman, dan Perancis, masih sedikit yang datang karena mungkin masih pandemi. Pariwisata masih sangat terpukul akibat pandemi. Omzet penjualan suvenir masih sangat menurun,” tutur Eid lagi.
”Terima kasih, ya. Anda sudah beli dua suvenir gambar piramida dari kami,” kata Ahmed Eid.
Dua suvenir itu 20 pound Mesir (sekitar Rp 18.000). Pada masa sulit akibat pandemi seperti sekarang, pemasukan itu—berapa pun—sangat berarti bagi Eid dan penjual suvenir lainnya.
Ikon kebanggaan
Sphinx, seperti halnya piramida, adalah ikon kebanggaan Mesir. Kata sphinx atau sfinks berasal dari bahasa Yunani, yang berarti mencekik. Sfinks berasal dari mitologi Yunani, yakni mencekik orang yang tidak dapat menjawab pertanyaan teka-tekinya.
Sphinx sangat terkenal bagi para pelancong, penyair, para pakar arkeologi, dan peminat situs kuno. Namun, bagi Mesir, Sphinx mengalami diskriminasi. Dia tidak termasuk salah satu dari dari tujuh keajaiban dunia, seperti piramida dan Tembok Raksasa di China, meski perhatian dunia terhadap Sphinx tidak pernah surut.
Patung Sphinx terletak di lembah dataran rendah di arah barat daya Piramida Khufu (Piramida Besar) dan arah timur Piramida Khafre. Patung Sphinx diyakini dibangun Raja Khafre, raja keempat dalam Dinasti IV (2558-2532 SM). Raja Khafre membangun patung Sphinx untuk melindungi bagian barat, di mana matahari menghilang setelah terbenam.
Patung Sphinx pun berada paling dekat dengan Piramida Khafre yang dibangun untuk kuburan Raja Khafre. Kini usia patung Sphinx diperkirakan lebih dari 4.000 tahun. Patung Sphinx dipahat dari batu kapur, dengan posisi duduk di kaki Piramida Giza, berada di tengah lautan pasir. Tingginya sekitar 70 meter.
Sphinx pun dinobatkan sebagai tidak sekadar sebuah patung dan juga tidak hanya sebuah karya seni. Namun, Sphinx dianggap sebagai saksi mata tentang jatuh bangunnya sebuah peradaban selama ribuan tahun.
Karena itu, Sphinx penuh dengan mitos dan legenda. Menurut mitos orang Mesir kuno, Sphinx adalah saksi mata terbit dan terbenamnya matahari, dan saksi mata tentang putaran hari siang-malam yang tidak pernah berhenti. Lebih dari 4.000 tahun, Sphinx menjadi saksi perputaran zaman silih berganti, yaitu masa Mesir kuno, masa Yunani, Romawi, Koptik, Arab, dan Turki yang datang dan pergi.
Pada era dinasti baru (1567-1080 SM), Sphinx dipercaya sebagai wakil dari dewa matahari, Re-Harakhte, yang berarti cakrawala Horus. Dia dianggap sebagai penjaga pekuburan kompleks piramida, dan dewa dalam haknya sendiri, dengan jemaah yang berbondong-bondong beribadah di kakinya sebagai penziarah.
Dalam mitos orang Mesir kuno, singa dipercayai sebagai penjaga tempat-tempat suci. Dalam teks Dinasti Ke-26 (644-525 SM), kata-kata berikut dipercaya diucapkan bibir Sphinx: ”Saya melindungi kuburanmu, menjaga kamar kuburanmu, dan sebagai penghalang dari musuh-musuh.”
Adapun dalam mitos Yunani, Sphinx adalah singa betina bersayap dengan kepala wanita, sosok makhluk kejam yang berbicara dalam teka-teki. Legenda atau mitos lain mengidentikkan Sphinx dengan singa dewa. Di Mesir, Sphinx biasanya direpresentasikan sebagai kepala yang menunjukkan rupa Raja Khafre, sedangkan tubuhnya adalah singa.
Simbol tak terkalahkan
Dalam mitos di Mesir, Sphinx tidak pernah bersikap kejam, baik sebagai simbol dengan kepala wanita yang merepresentasikan seorang ratu maupun sebagai tubuh seekor singa dengan sayap elang. Sphinx selalu diidentikkan dengan kerajaan yang pantang menyerah dalam menghadapi musuh. Ia adalah sebagai seorang raja atau dewa matahari.
Sebagai seekor singa, Sphinx tidak terkalahkan dalam melawan pemberontak dan membela orang-orang yang saleh. Seorang raja Ramses membandingkan dirinya dengan penuh kebanggaan seperti singa yang melindungi kuil. Seorang raja Ramses yang menyebut dirinya dua bersaudara dengan Sphinx dan menjelaskan keduanya sebagai singa, sang penjaga dua cakrawala.
Sphinx merepresentasikan dirinya sebagai dewa dalam bentuk singa yang mempertahankan kebanggaannya. Ketika sang raja pergi berburu di gurun luas sekitar Sphinx, peristiwa itu sering direkam dalam ukiran mural.
Setelah selama ribuan tahun membisu, Sphinx kini ”tidak lagi diam”. Dalam beberapa tahun terakhir ini telah dibuka acara program Suara dan Cahaya (Sound and Light) di area depan patung Sphinx. Acara tersebut biasanya dimulai pada malam hari dan sering dipenuhi para turis asing dan lokal yang menonton.
Ketika malam tiba dan gelap gulita, area dataran tinggi Giza kembali hidup terang benderang dengan suara menggema serta cahaya yang bersinar terang melalui program Sound and Light. Pada saat seperti itu, tiba-tiba gurun bergema, seolah diiringi suara gema para raja dan ratu, para pendeta tinggi, para jenderal militer, rakyat, teriakan, bisikan, dan sorak-sorai mereka dalam posisi berkuda untuk bertempur.
Suasana hiruk-pikuk di area patung Sphinx seperti itu digelar tiap malam dan sangat digemari turis asing dan lokal.