Sejumlah Negara Bergegas Memvaksinasi Warganya sebagai Kado Natal
Sejumlah negara langsung memulai vaksinasi Covid-19 secara massal setelah menerima kiriman vaksin yang bertepatan menjelang Natal. Petugas kesehatan dan warga kelompok rentan menjadi yang pertama menerima vaksin awal.
Oleh
Mahdi Muhammad
·5 menit baca
MEXICO CITY, JUMAT — Pemerintahan sejumlah negara bergegas memulai vaksinasi Covid-19 secara massal kepada warganya menyusul ditemukannya jenis baru virus SARS-CoV-2 di Inggris sekaligus guna menghindari gelombang pandemi berikutnya. Vaksinasi massal, yang bersamaan menjelang perayaan Natal, diharapkan dapat membuat kehidupan masyarakat global kembali normal dan perekonomian berjalan kembali.
Tiga negara benua Amerika, yaitu Meksiko, Chile dan Kosta Rika, Kamis (24/12/2020) waktu setempat atau Jumat dini hari WIB, telah memulai program vaksinasi massal di negara mereka. Presiden Kosta Rika Carlos Alvarado berharap, program vaksinasi massal itu menjadi awal untuk mengakhiri pandemi saat ini.
Meksiko, Chile, dan Kosta Rika, seperti halnya negara-negara lain yang sudah melakukan vaksinasi, memberikan vaksin pertama yang mereka miliki kepada warga di garda terdepan perang melawan pandemi, yaitu para perawat, dokter, dan anggota tim kesehatan lainnya. Setelah itu menyusul orang-orang yang dinilai rentan, terutama warga manula yang berusia 50 tahun ke atas.
”Ini adalah hadiah terbaik yang saya terima di tahun 2020,” kata Maria Irene Ramirez, seorang perawat berusia 59 tahun.
Ramirez adalah warga Meksiko pertama yang divaksin Covid-19. Bagi Ramirez, yang juga kepala perawat di unit perawatan intensif Rumah Sakit Ruben Lenero di Mexico City, vaksin yang telah mengalir di tubuhnya memberikannya kekuatan untuk melanjutkan ”perang” melawan pandemi yang belum ketahuan kapan akan berakhir.
Pemerintah Meksiko menerima 3.000 dosis pertama vaksin Pfizer-BioNTech yang diperoleh dari Belgia. Di Meksiko, korban meninggal akibat Covid-19 sudah melebihi 120.000 jiwa. Meksiko merupakan negara di peringkat keempat dengan korban terbanyak setelah Amerika Serikat, Brasil, dan India.
Di Kosta Rika, Elizabeth Castillo, penghuni panti jompo yang berusia 91 tahun, menjadi warga pertama di negara itu yang divaksinasi. ”Saya sangat bersyukur kepada Tuhan karena saya telah meminta begitu banyak dari Dia. Hidup saya sangat penting bagi saya, jadi manfaatkan setiap momen,” katanya.
Orang kedua yang divaksin di Kosta Rika adalah Jorge De For. Ia adalah mantan profesor yang kini berusia 72 tahun. De For berharap semua warga mendapatkan vaksinasi.
Adapun di Chile, Zulema Riquelme, perawat berusia 46 tahun, menjadi warga pertama yang divaksin di negara tersebut. Chile, seperti halnya Meksiko, menggunakan vaksin Pfizer-BioNTech.
”Saya sangat senang dan gugup,” kata Riquelme yang divaksin di hadapan Presiden Sebastian Pinera.
Chile mendapat kiriman 10.000 dosis vaksin dari Pfizer-BioNTEch dari total 10 juta vaksin yang dipesannya.
Vaksinasi di Inggris
Inggris, yang menjadi lokasi penemuan strain atau jenis baru virus SARS-CoV-2 yang lebih mudah menular, telah melakukan vaksinasi terhadap lebih dari 600.000 warganya sejak program ini dimulai pada awal Desember 2020. ”Pemerintah menerbitkan angka yang menunjukkan jumlah orang yang telah menerima vaksin antara 8 Desember dan 20 Desember di Inggris adalah 616.933,” demikian pernyataan yang dikeluarkan Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial Inggris di laman resmi mereka.
Vaksin Covid-19 itu telah diberikan kepada para penghuni panti asuhan, manula berusia 80 tahun ke atas, staf kesehatan dan perawatan sosial melalui lebih dari 500 lokasi vaksinasi.
Secara keseluruhan, Inggris memesan 40 juta dosis vaksin Pfizer. Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengatakan, ia mengharapkan untuk menerima tambahan jutaan dosis vaksin Covid-19 lagi pada akhir tahun ini.
Hancock menjelaskan, produsen obat Inggris AstraZeneca Plc juga telah menyerahkan paket data lengkap tentang vaksin Covid-19 kepada badan regulator obat Inggris. Diharapkan, vaksin dari AstraZeneca akan bisa mendapatkan izin edar dari badan regulator untuk penggunaan darurat.
Kepala Eksekutif Badan Pengatur Produk Obat dan Kesehatan Inggris June Rainemengatakan bahwa mereka telah mulai menganalisis data dan akan membuat keputusan dalam waktu secepat mungkin.
PM awali vaksinasi di Serbia
Sementara di Serbia, Perdana Menteri Ana Brnabic menjadi penerima vaksin pertama dari Pfizer-BioNTech di negara tersebut. Ia divaksinasi di Institut Virologi, Vaksin, dan Sera di Belgrad. Serbia menjadi negara ketiga di Eropa, setelah Inggris dan Swiss, yang memulai program vaksinasi massal.
”Saya merasa terhormat dapat melakukan ini untuk negara saya dan menjadi yang pertama, membuka jalan bagi warga lain (untuk divaksinasi),” kata Brnabic.
Sekitar 4.875 dosis vaksin virus corona Pfizer dan BioNTech diterbangkan ke Serbia, Selasa lalu. Serbia tidak menggunakan satu vaksin saja untuk program vaksinasi massal. Mereka juga memesan vaksin buatan Sinopharm (China), vaksin Sputnik V (Rusia), AstraZeneca (Inggris), dan Moderna (AS).
Brnabic juga mengatakan, Presiden Aleksandar Vucic kemungkinan besar akan mendapatkan vaksin Sinopharm. ”Kami sepakat bahwa kami berdua mengambil suntikan vaksin dari produsen yang berbeda,” kata Brnabic kepada wartawan.
Serbia akan mendapatkan vaksin AstraZeneca dan Moderna tahun 2021. Sebagian besar vaksin awal Pfizer-BioNTech di negara itu akan diberikan kepada para lansia yang ditampung di panti jompo.
Vaksinasi di Jepang
Sementara itu, dari Jepang dilaporkan, tim panel Kementerian Kesehatan Jepang menyatakan, warga yang berusia 65 tahun ke atas harus mendapatkan prioritas vaksinasi bersama dengan petugas kesehatan yang menjadi ujung tombak penanganan pandemi. Selain itu, warga yang memiliki riwayat medis khusus dan rentan juga akan mendapatkan prioritas vaksinasi gelombang pertama.
Panel juga menetapkan, antara lain, penyakit jantung kronis, penyakit pernapasan kronis, dan penyakit ginjal kronis sebagai kondisi mendasar dalam menentukan prioritas vaksinasi. Rekomendasi tersebut akan mencakup 36 juta orang lanjut usia dan sekitar 8,2 juta orang dengan kondisi medis pada kelompok pertama yang menerima suntikan vaksin.
Tim panel lainnya di pemerintahan Jepang pada minggu ini merekomendasikan bahwa prioritas diberikan kepada para profesional medis garis depan dan para pekerja di fasilitas perawatan warga lansia. Selain itu, para orang tua dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu juga harus mendapat prioritas dalam vaksinasi gelombang pertama.
Jepang dengan jumlah penduduk 126 juta memiliki kesepakatan untuk membeli 290 juta dosis vaksin dari Pfizer Inc, AstraZeneca Plc, dan Moderna Inc, atau cukup untuk 145 juta orang.
Jepang saat ini menghadapi gelombang ketiga infeksi virus korona yang membuat sistem layanan medis negara itu berada di bawah tekanan berat. Tekanan itu membuat lima organisasi dokter dan pekerja medis mengirimkan surat permintaan pada PM Yoshihide Suga dan Menkes Norihisa Tamura agar ada dukungan tambahan untuk peralatan pendukung, khususnya alat-alat antiinfeksi dan lainnya.
Permintaan tersebut disampaikan karena rumah sakit yang khusus menangani pasien Covid-19 sudah kelebihan kapasitas dan tidak bisa menerima tambahan pasien lagi. Dampaknya, rumah sakit non-rujukan yang tidak memiliki kelengkapan standar penanganan pandemi Covid-19 harus juga menerima pasien Covid-19. Kondisi ini membahayakan petugas kesehatan di rumah sakit non-rujukan. (AFP/REUTERS)