Tim negosiasi Brexit dari Inggris dan Uni Eropa terus membahas kesepakatan dagang pasca-Brexit sebelum jatuh tempo akhir Desember ini.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
BRUSSELS, KAMIS — Inggris dan Uni Eropa sedang menyusun rincian akhir kesepakatan dagang pasca-Brexit yang disebut oleh para negosiatornya sebagai diharapkan menjadi terobosan sebelum fajar, Kamis (24/12/2020).
Ketika halaman depan sejumlah koran Inggris telah melaporkan kemenangan Perdana Menteri Boris Johnson yang berhasil mencapai kesepakatan, negosiasi masih berjalan di Brussels, Belgia.
Para diplomat Eropa mempelajari naskah kesepakatan yang dibuat selama hampir 10 bulan negosiasi yang intens dan serangkaian komunikasi melalui telepon selama 11 jam antara Boris dan Presiden UE Ursula von der Leyen.
Pemimpin Inggris dan UE belum bisa mengumumkan hasil kesepakatan sebelum malam Natal seperti yang diharapkan. ”Negosiasi kesepakatan Brexit akan berlanjut hingga malam,” tulis Juru Bicara UE Eric Mamer di Twitter, Kamis dini hari.
Beberapa jam sebelumnya, para pejabat Eropa merasa percaya diri mengatakan kepada wartawan, ”Kami ada di fase akhir.”
Akan tetapi, sejumlah sumber diplomatik menyebutkan, negara-negara anggota UE, terutama Perancis, meminta agar Komisi Eropa meminta jaminan yang jelas atas beberapa komitmen dalam kesepakatan kepada Inggris.
Di tengah optimisme bahwa kesepakatan akan dicapai, hal itu telah mendongkrak nilai tukar mata uang pound terhadap dollar AS menjadi 1,35 dollar AS per pound sebelum pukul 16.00 waktu setempat.
Seorang sumber di Pemerintah Perancis mengatakan, negosiator Inggris telah membuat ”konsesi besar” dalam perikanan, masalah utama yang masih jadi ganjalan dalam negosiasi.
Perbedaan Inggris dan UE dalam negosiasi ini sebenarnya sudah semakin kecil, tetapi dalam, khususnya dalam bidang perikanan. UE menghadapi penurunan hasil tangkapan dari perairan Inggris.
London telah mendorong pengurangan sepertiga porsi hasil tangkapan UE per tahun, yakni 650 juta euro, secara bertahap selama tiga tahun. Adapun anggota UE, terutama Perancis, Denmark, dan Belanda, bertahan di angka 25 persen dalam enam tahun.
Jika kesepakatan akhir berhasil dicapai, Inggris akan meninggalkan UE sebelum tenggat dan keduanya terhindar dari pemberlakuan tarif. Kesepakatan yang masih harus dirapikan oleh pengacara itu bisa disetujui sebelum tenggat dan kemudian dikaji oleh Parlemen UE awal tahun depan.
Sejak Senin ketika para negosiator kelelahan dan gagal mencapai kesepakatan soal perikanan, fokus negosiasi telah bergeser pada komunikasi antara Boris dan Ursula.
Brussels sebenarnya siap melakukan negosiasi hingga akhir tahun atau bahkan ”lebih dari itu”. Namun, waktu yang tersedia bagi kesepakatan diberlakukan sementara sudah habis.
Apabila gagal mencapai kesepakatan, perdagangan lintas batas Inggris dan UE akan dikenai tarif hingga bakal memperburuk kondisi ekonomi yang sudah terpuruk akibat pandemi.
Gambaran awal kekacauan bilamana terjadi skenario tanpa kesepakatan dialami Inggris dan Perancis pekan ini menyusul pengumuman ditemukannya virus SARS-CoV-2 strain baru yang menyebar di Inggris.
Pengumuman ini membuat Perancis menutup perbatasannya dari Inggris, yang menyebabkan antrean truk pengangkut barang dari dan ke Inggris terhambat.
Paris kemudian merespons kekacauan distribusi itu dengan membuka perbatasannya bagi pelancong. Namun, antrean truk barang yang telanjur mengular menjadi pemandangan yang tidak sedap dan tidak akan terurai dalam waktu singkat.
Sebenarnya, baik London maupun Brussels menyatakan siap andaikan kesepakatan tidak tercapai dan tarif dan bea masuk diberlakukan kembali. Akan tetapi, kalangan pengusaha sudah mengirimkan alarm peringatan kemungkinan gangguan hebat pada rantai pasok jika hal itu terjadi. (AFP)