Dipercaya, Indonesia Diminta Jadi Fasilitator Pertemuan Damai Afghanistan dan Taliban
CEO High National Reconsiliation Council Afhganistan Abdullah Abdullah bertemu Ketua Dewan Masjid Indonesia Jusuf Kalla di Kompleks Istana Kepresidenan Afghanistan. Indonesia diminta jadi fasilisator pertemuan tripartit.
Oleh
ANITA YOSSIHARA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia diminta untuk menjadi fasilitator pertemuan tripartit, antara Pemerintah Afghanistan, Taliban, dan ulama se-Asia. Pertemuan itu dianggap penting untuk menyatukan persepsi mengenai hukum Islam, terutama terkait kekerasan yang menjadi sumber konflik tahunan di Afghanistan.
Permintaan itu disampaikan CEO High National Reconciliation Council (HCNR) Afganistan Abdullah Abdullah saat bertemu dengani Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla di Sapedar Palace Kompleks Istana Kepresidenan Republik Islam Afghanistan di Kabul, Rabu (23/12/2020) malam. Fasilitasi pertemuan diharapkan dilakukan oleh Kalla yang dianggap memiliki wibawa dan pengaruh di mata para ulama dunia.
”Indonesia dan Afghanistan memiki kesamaan, yaitu ulama sangat berperan dalam masyarakat. Pak JK sebagai Ketua Dewan Masjid tentu memiliki pengaruh dan wibawa terhadap ulama. Untuk itu, kami minta Bapak untuk mempertemukan para ulama kami dengan Taliban dan ulama Bapak untuk berbicara mengenai bagaimana sebenarnya pemahaman Islam itu terhadap kekerasan. Karena bagaimanapun, kita memiliki karakter budaya yang sama dan pemahaman agama itu banyak dipengaruhi faktor sosio lingkungan. Untuk itu, kami meminta Pak JK untuk turut serta di situ,” Ujar Abdullah.
Kalla bertolak ke Afghanistan pada Selasa (22/12/2020) sore waktu Jakarta. Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI itu datang untuk memenuhi undangan Pemerintah Afghanistan untuk membahas jalan keluar untuk menghentikan konflik dan kekerasan yang sampai saat ini masih melanda negara tersebut.
Turut mendampingi dalam kunjungan itu Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Muhyiddin Junaidi, Komisi Hubungan Internasional MUI Sudarnoto Abdul Hakim, Komisi Pemberdayaan Perempuan MUI Murniati Mukhlisin, Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Palang Merah Indonesia (PMI) Hamid Awaluddin, Komite Operasi Kemanusiaan PMI Husain Abdullah, serta Solihin Kalla yang merupakan perwakilan dari Kamar Dagang dan Industri.
Dalam pertemuan itu, Abdullah juga mengungkapkan bahwa dirinya merasa semakin optimistis akan masa depan perdamaian di Afghanistan dengan kunjungan Kalla ke negaranya. Kunjungan Kalla bersama sejumlah ulama itu menunjukkan bahwa Pemerintah Afghanistan tidak sendirian dalam mengupayakan perdamaian.
Indonesia dan Afghanistan memiki kesamaan, yaitu ulama sangat berperan dalam masyarakat. Pak JK sebagai Ketua Dewan Masjid tentu memiliki pengaruh dan wibawa terhadap ulama.
”Saya tidak pernah ragukan keikhlasannya Pak JK karena saya sendiri sudah kenal Anda dengan baik. Makanya, ketika Bapak mau datang, saya bersyukur sekali karena ternyata Bapak tidak pernah membiarkan kami jalan sendiri sekarang,” tutur Abdullah.
Permintaan agar Kalla beserta para ulama Indonesia memfasilitasi dialog antara Pemerintah Afghanistan dan Taliban juga disampaikan Menteri Agama dan Haji Republik Islam Afghanistan Mohammad Qasim Halimin dalam pertemuan dengan Kalla di Istana Presiden Afganistan Char Chinar Palace di Kabul yang juga digelar pada hari Selasa. Dialog antara Pemerintah Afghanistan dan Taliban diharapkan digelar di Jakarta.
”Kami ingin Pak JK dan ulama Indonesia memfasilitasi dialog ulama Afghanistan dan ulama Taliban untuk mengakhiri konflik,” ujarnya.
Dalam pertemuan itu, Qasim menjelaskan, konflik yang tak kunjung berakhir di Afghanistan terjadi akibat perbedaan pendapat serta pandangan antarfaksi terkait sistem pemerintahan yang ideal untuk negara Islam berpenduduk 32 juta jiwa tersebut. Pemerintah Afghanistan ingin segera mengakhiri konflik dan kekerasan yang terjadi di negaranya dengan menyatukan pandangan seluruh faksi yang ada di negara tersebut.
”Konflik di Afghanistan akibat adanya perbedaan mengenai model pemerintahan Islam mana yang cocok bagi negara kami. Untuk itu, kami ingin semua itu diakhiri dan kami ingin mendiskusikan untuk segera menentukan bentuk pemerintahan yang cocok,” tuturnya.
Menanggapi permintaan itu, Kalla menyampaikan komitmennya dalam membantu mewujudkan perdamaian di Afghanistan. Tak hanya mengajak pihak-pihak yang bertikai di Afghanistan untuk berdamai, Kalla juga akan mengajak para ulama Indonesia membujuk Taliban agar bersedia berdialog dengan Pemerintah Afghanistan. Selain itu tentu, meminta pihak-pihak yang bertikai untuk menyamakan pandangan agar perdamaian segera terwujud.
Terkait permintaan fasilitasi dialog di Jakarta, Kalla menyampaikan akan segera berkoordinasi dengan MUI serta melapor ke Wakil Presiden Ma’ruf Amin.
Mengundang pihak yang berkonfik untuk berdialog di Jakarta itu salah satu opsi. Kami akan mengundang melalui Majelis Ulama Indonesia. Saya juga akan segera melaporkan ke Wakil Presiden Ma’ruf Amin untuk berkordinasi bagaimanapun program perdamaian ini adalah gagasan dari Pemerintah RI.
”Mengundang pihak yang berkonfik untuk berdialog di Jakarta itu salah satu opsi. Kami akan mengundang melalui Majelis Ulama Indonesia. Saya juga akan segera melaporkan ke Wakil Presiden Ma’ruf Amin untuk berkordinasi bagaimanapun program perdamaian ini adalah gagasan dari Pemerintah RI,” ujar Kalla.
Duta Besar RI untuk Afghanistan Arief Rachman mengatakan, kedatangan Kalla ke Kabul sangat dinantikan otoritas Afghanistan untuk dapat memberikan solusi bagi perdamaian di negara Islam yang telah lama berkonflik tersebut. Pihak Afghanistan percaya bahwa Indonesia bisa menjadi juru damai bagi konflik yang terjadi di negara tersebut.
Indonesia dan Afghanistan akan melakukan pendekatan agama dalam penyelesaian konflik dan perdamaian di tengah konflik, dengan melibatkan para ulama dalam menyebarkan ajaran Islam wasatiyah. ”Pihak Afghanistan sangat welcome ke Pak JK dan semoga pelibatan ulama untuk perdamaian dapat menghadirkan damai di Afghanistan,’’ ujar Arief.