Menlu Turki: Populasi Indonesia-Turki Menyimpan Potensi yang Besar
Pemerintah Turki ingin memaksimalkan hubungan ekonomi dengan Indonesia. Kerja sama bidang infrastruktur, konstruksi, dan pertahanan menjadi salah satu fokus hubungan kedua negara.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
KOMPAS/SATRIO PANGARSO WISANGGENI
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu dalam wawancara khusus dengan harian Kompas di Jakarta, Senin (21/12/2020). Dalam kesempatan itu, Cavusoglu menyampaikan bahwa Turki ingin meningkatkan kerja sama dengan Indonesia.
JAKARTA, KOMPAS — Volume perdagangan dan investasi Turki dan Indonesia belum optimal, padahal kedua negara memiliki potensi hubungan ekonomi yang besar. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama untuk memaksimalkan semua mekanisme yang ada guna meningkatkan volume perdagangan kedua negara.
Demikian disampaikan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu dalam wawancara khusus dengan Kompas di sela-sela lawatannya di Jakarta, Senin (21/12/2020). Ia mengatakan, meski secara geografis jauh, Turki dan Indonesia dekat. Turki dan Indonesia memiliki hubungan yang erat serta nilai-nilai dan kepentingan yang sama.
Menurut Mevlut, hubungan Turki dan Indonesia telah meningkat ke level yang lebih strategis. Oleh karena itulah, pihaknya kini sedang menyiapkan Pertemuan Puncak Dewan Strategis Tingkat Tinggi antara kedua pemerintahan. Pada pertemuan itu, anggota kabinet kedua pemerintahan menjajaki peluang kerja sama.
Mevlut menyampaikan, hubungan perdagangan Turki dan Indonesia sudah meningkat, tetapi masih jauh dari potensi yang sesungguhnya ada. Turki menargetkan volume perdagangan sebesar 10 miliar dollar AS. Untuk itu, kedua negara perlu menggunakan berbagai mekanisme untuk meningkatkan kerja sama yang kuat guna memperbesar volume perdagangan kedua negara.
SETPRES/LAILY RACHEV
Presiden Joko Widodo membuat video blog (vlog) bersama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menggunakan telepon selulernya di Istana Kepresidenan Turki, Ankara, Kamis (6/7/2017).
Mevlut berharap, pertemuan puncak yang semula digelar tahun 2020, tetapi batal karena pandemi saat ini, bisa menjadi kesempatan berharga kedua negara untuk makin mempererat kerja sama di banyak bidang. ”Dengan populasi Indonesia 270 juta jiwa dan populasi Turki 85 juta jiwa, total akan menjadi 355 juta jiwa. Ini potensi yang besar,” ujar Mevlut.
Sejalan dengan rencana Indonesia memindahkan ibu kotanya ke Kalimantan, Turki juga tertarik pada proyek-proyek infrastruktur di lokasi calon ibu kota. ”Turki terdepan dalam bidang konstruksi, juga infrastruktur,” katanya.
Industri pertahanan
Di luar itu, salah satu industri yang juga bisa dijalin lebih erat adalah industri pertahanan. Menurut Mevlut, Turki adalah salah satu negara dengan industri pertahanan terdepan. Tiga keunggulan yang ditawarkan Turki adalah kualitas, harga kompetitif, dan tidak ada hambatan politik dalam prosesnya.
Salah satu kerja sama Turki dan Indonesia adalah tank Harimau yang dikembangkan PT Pindad dari tank Kaplan buatan perusahaan industri pertahanan Turki, FNSS. Tank kelas menengah itu juga sudah diminati oleh Filipina dan Pakistan.
Bagi Indonesia, tank Harimau itu mungkin tidak akan menjadi produk terakhir yang dikembangkan bersama Turki. Kala berkunjung ke Turki, Juli 2020, Menteri Pertahanan Prabowo Subijanto dan Ketua Komite Industri Pertahanan (SSB) Turki Islail Demir membahas kerja sama pengembangan pesawat nirawak, kendaraan tempur taktis, dan kapal perang.
DOK HUMAS PT PINDAD
Tank pertama buatan Indonesia ini dikembangkan bersama FNSS dari Turki. Tank ini sukses melalui uji coba gerak di sejumlah wilayah di Indonesia, 7-16 Agustus 2016.
Selain berharap peningkatan volume perdagangan, Mevlut juga berharap investasi kedua negara bisa meningkat. Selama ini, investasi Indonesia di Turki lebih kecil daripada investasi Turki di Indonesia. Ia mencontohkan, salah satu negara yang telah berinvestasi banyak di Turki adalah Malaysia. Mevlut berharap investasi Indonesia di Turki terus meningkat.
Konflik Palestina
Di luar perdagangan dan investasi, Turki dan Indonesia berperan aktif di Perserikatan Bangsa-Bangsa, G-20, D-8, dan Organisasi Kerja sama Islam (OKI). Kedua negara dinilai memiliki kesamaan pandangan dalam isu Palestina dan solusi dua negara untuk menyelesaikan isu tersebut.
Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri Turki menuturkan, intervensi kekuatan internasional di kawasan tidak selalu membantu, seperti yang ditunjukkan Pemerintah AS dengan kebijakan-kebijakannya yang terlalu pro-Israel.
KOMPAS/SATRIO PANGARSO WISANGGENI
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu berbicara dengan wartawan Kompas, Adhitya Ramadhan, dalam wawancara khusus di Jakarta, Senin (21/12/2020).
Kebijakan AS dalam isu Palestina bertujuan untuk menggerus parameter internasional yang sudah ada dalam konflik Palestina-Israel. Keputusan beberapa negara Arab menormalisasi hubungannya dengan Israel telah membuat Israel kian berani untuk melanjutkan tindakan ilegalnya terhadap wilayah Palestina dengan membangun pemukiman di Tepi Barat serta menghancurkan bangunan dan rumah warga Palestina.
Dalam merespons konflik Israel-Palestina ini, lanjut Kementerian Luar Negeri Turki, Ankara selalu merekomendasikan dialog dan negosiasi di bawah payung hukum internasional. Itulah sebabnya, Turki secara konsisten menyatakan terbuka untuk berdialog tanpa prasyarat apa pun, termasuk dalam konflik di Laut Tengah bagian timur. (SATRIO PANGARSO WISANGGENI)