Isu Varian Baru Virus Korona dan Bantuan Stimulus AS Pengaruhi Bursa Global
Pasar-pasar saham Asia mengawali awal pekan ini cenderung muram. Di satu sisi ada kabar positif dari AS soal kesepakatan Kongres terkait bantuan pandemi, tetapi juga muncul kabar ada varian baru virus korona di Inggris.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
TOKYO, SENIN — Mayoritas pasar saham di Asia memulai perdagangan pekan ini, Senin (21/12/2020), di zona merah. Perkembangan pandemi korona yang cenderung muram, antara lain diwarnai dengan kekhawatiran adanya varian baru virus Covid-19 yang lebih menular di Inggris, berkelindan dengan kabar positif di Amerika Serikat. Kongres Amerika Serikat dilaporkan mencapai kesepakatan soal pengucuran paket bantuan Covid-19 senilai hampir 900 miliar dollar AS bagi keluarga-keluarga dan bisnis di negara itu.
Pasar saham di Jepang, Hong Kong, dan Korea Selatan turun, tetapi di Shanghai naik. Indeks Nikkei 225 Tokyo kehilangan 0,6 persen ke level 26.613,05, sedangkan Indeks Hang Seng di Hong Kong turun 0,5 persen menjadi pada level 26.368,23, sementara Indeks Kospi di Korsel turun 0,6 persen ke level 2.755,37. Penurunan juga terjadi di Australia, yang mencatat Indeks S&P/ASX 200 turun 0,5 persen ke level 6.643,60. Indeks Shanghai Composite naik 0,3 persen ke level 3.406,04.
Bagian dari paket bantuan Covid-19 senilai hampir 900 miliar dollar AS diharapkan bisa diumumkan pada Senin ini waktu Washington. Namun, lonjakan kembali kasus Covid-19 di seluruh dunia telah merusak optimisme bahwa vaksin Covid-19 dapat segera mengakhiri pandemi.
Sebagian besar investor dinilai telah memperhitungkan ekspektasi untuk stimulus baru. Hal itu dikatakan Jingyi Pan, ekonom lembaga IG. ”Kesepakatan tentatif tentang kesepakatan stimulus virus korona senilai 900 miliar dollar AS, yang telah menjadi pembicaraan selama berminggu-minggu, membawa sedikit antusiasme baru untuk pasar,” kata Pan.
Di Asia, wabah Covid-19 baru telah menyebabkan pihak berwenang memberlakukan pembatasan lagi di Australia dan Thailand. Di Jepang, pemerintah telah menangguhkan program promosi perjalanan wisata serta memerintahkan restoran dan bar untuk tutup lebih awal.
Di belahan bumi Eropa, tepatnya di Inggris, penyebaran varian baru virus korona baru penyebab Covid-19 yang sangat menular telah mendorong negara-negara menerapkan kembali pembatasan baru pada bisnis dan aktivitas lainnya. Pemerintah Eropa lainnya juga meningkatkan langkah-langkah untuk menahan laju lonjakan kasus baru pandemi.
Adapun di AS, kesepakatan terkait paket stimulus bantuan Covid-19 berkisar tentang penetapan tunjangan tambahan untuk para penganggur senilai 300 dollar AS per pekan dan pembayaran stimulus langsung senilai 600 dollar AS per pekan bagi sebagian besar warga Amerika Serikat. Selain itu, dibahas juga putaran baru subsidi bagi para pelaku bisnis yang terpukul paling parah serta pendanaan untuk sekolah, penyedia layanan kesehatan, dan penyewa yang tidak mampu membayarkan kewajiban mereka.
Kesepakatan akhir dicapai setelah terobosan dilakukan sejumlah figur senior politisi Demokrat dan Republik, Sabtu pekan lalu waktu AS. Harian Wall Street Journal, Minggu (20/12/2020), melaporkan bahwa kesepakatan itu akan memungkinkan bank sentral untuk menyalurkan program pinjaman darurat tanpa persetujuan Kongres.
Sebelumnya, bursa saham Wall Street menutup perdagangan akhir pekan lalu dengan penurunan. Waktu itu, kalangan investor dan pelaku pasar menunggu, apakah Kongres akan memenuhi janjinya tentang bantuan uang tunai bagi kalangan pekerja dan bisnis yang kesulitan akibat pandemi itu. Indeks S&P 500 turun 0,4 persen, mundur dari posisi rekor tertinggi sebelumnya. Penurunan Indeks S&P 500 menghentikan kenaikan tiga hari berturut-turut.
Namun, indeks itu masih mencatat kenaikan mingguan 1,3 persen. Kenaikan ini lebih tinggi dari kondisi serupa sepekan sebelumnya. Indeks S&P 500 turun 13,07 poin ke level 3.709,41. Indeks Dow Jones Industrial Average melemah 0,4 persen ke level 30.179,05. Adapun Indeks Komposit Nasdaq turun 0,1 persen ke level 12.755.
Pandemi yang memburuk diperkirakan telah berefek negatif bagi perekonomian AS. Laporan pekan lalu menunjukkan bahwa lebih banyak lagi pekerja mendaftar untuk mendapat tunjangan pengangguran. Penjualan ritel juga merosot bulan lalu dengan tingkat penurunan lebih dari perkiraan para ekonom.
Harapan Wall Street adalah bahwa stimulus besar bagi perekonomian dapat membantu AS melalui musim dingin yang berat sampai pelaksanaan vaksinasi Covid-19 secara luas untuk dapat memberikan rasa optimisme dalam melawan pandemi. Namun, perlu dicatat bahwa waktu vaksinasi itu akan memakan waktu berbulan-bulan hingga kebanyakan warga dunia bisa divaksin.
Di pasar surat utang, imbal hasil US Treasury 10-tahun berada di level 0,93 persen, turun sedikit dari level 0,94 persen pada Jumat malam pekan lalu. Harga minyak mentah patokan AS bergerak turun sebesar 1,46 dollar AS menjadi 47,78 dollar AS per barel dalam perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange. Adapun harga minyak mentah Brent juga turun ke level 50,63 dollar AS per barel.
Di pasar mata uang, posisi dollar AS merosot menjadi 103,29 yen Jepang per dollar AS. Pada Jumat lalu, 1 dollar AS dihargai di level 103,32 yen. Pelemahan berkepanjangan dollar AS terhadap yen mendorong Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga memperingatkan bahwa pemerintah tidak ingin melihat kurs dollar-yen jatuh di bawah 100 yen per dollar AS. Sementara nilai tukar euro merosot atas dollar AS euro, dengan diperdagangkan di level 1,2212 per dollar AS, turun tipis dari level sebelumnya pada 1,2262 per dollar AS. (REUTERS)