Jumlah kasus Covid-19 di India menembus angka 10 juta kasus. India diyakini telah terbentuk komunitas kelompok (”herd immunity”) karena laju infeksi menurun, dari 98.000 kasus menjadi 30.000 kasus pada Desember.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
NEW DELHI, SABTU — Laju infeksi Covid-19 di India menembus angka 10 juta kasus per Sabtu (19/12/2020) setelah dalam 24 jam terakhir ada 25.152 kasus baru dan mengakibatkan 347 kematian. Angka laju infeksi ini lebih lambat daripada yang diperkirakan sebelumnya setelah angka infeksi harian sempat mencapai 98.000 kasus pada pertengahan September.
Penurunan jumlah infeksi harian, dari 98.000 menjadi kurang dari 30.000 kasus per hari dan kini menjadi 25.152 kasus, membuahkan keyakinan bagi para sejumlah ahli kesehatan India bahwa telah terbentuk antibodi virus melalui infeksi alami.
”Kekebalan kawanan adalah bagian besar darinya. Membantu kami memutus rantai penularan,” kata Pradeep Awate, pejabat kesehatan senior di Negara Bagian Maharashtra, Sabtu (19/12/2020).
Negara bagian terkaya di India itu berada dalam kesulitan pada September lalu setelah kasus hariannya mencapai 20.000 kasus lebih. Rumah sakit dan fasilitas kesehatan tidak bisa menampung pasien baru lagi. Mereka juga kehabisan tabung oksigen karena banyaknya pasien Covid-19 yang mengalami sesak napas dan membutuhkan bantuan alat pernapasan. Kini, kasus harian berada pada level 5.000 kasus per hari.
New Delhi juga sempat mengalami lonjakan dan menjadi kota ketiga dengan kasus Covid-19 terburuk di India. Kini, kota itu melaporkan 1.418 kasus infeksi baru dan 37 kasus kematian.
Kemungkinan telah terbentuknya kekebalan kelompok atau kawanan di India diyakini juga oleh Raman Gangakhedkar, Kepala Bidang Epidemiologi Dewan Riset Medis India. ”Jika infeksi melonjak, kami akan melihat jumlah pasien di rumah sakit meningkat, terutama setelah musim festival. Itu tidak terjadi,” kata Gangakhedkar.
Panel ahli yang ditunjuk pemerintah dan bertugas membuat proyeksi berdasarkan model matematika memperkirakan bahwa 60 persen dari 1,35 miliar orang India telah terinfeksi virus tersebut. Jika pemodelan itu tepat menggambarkan kondisi yang sesungguhnya terjadi di lapangan, dapat diartikan bahwa India memiliki kemunginan yang kecil untuk mengalami gelombang kedua atau bahkan ketiga pandemi Covid-19, seperti yang terjadi di Korea Selatan, Italia, atau bahkan China. Ketiga negara itu tengah berjibaku kembali dengan gelombang kasus baru.
”Tapi, prediksi model itu perlu dikonfirmasi secara independen dengan survei agar kami bisa memastikannya,” kata Manindra Agrawal, anggota tim panel dan profesor pada Institut Teknologi India.
Pemerintah India tengah berharap bisa meluncurkan program vaksinasi terhadap seluruh warganya dalam waktu dekat. Mereka tengah mempertimbangkan penggunaan darurat tiga vaksin yang telah diuji coba, yaitu vaksin buatan Pfizer, vaksin Oxford/AstraZeneca, dan vaksin hasil pengembangan perusahaan lokal Bharat Biotech.
Vaksinasi di China
Pemerintah China, menyusul sejumlah negara lain, akan mulai melakukan vaksinasi kepada warganya. Prioritas pertama warga yang akan divaksinasi adalah perawat kesehatan, pekerja sektor transportasi, pekerja kontrol perbatasan, serta pekerja pada bidang logistik dan pasar yang menjual daging segar hingga makanan laut. Orang lanjut usia yang memiliki risiko tinggi terpapar juga akan menjadi prioritas pertama vaksinasi.
Untuk program vaksinasi nanti, Pemerintah China akan bergantung pada vaksin yang diproduksi tiga perusahaan lokal, yaitu Sinovac, Sinopharm, dan CanSino. Vaksin produksi Sinovac dan Sinopharm kini tengah menjalani uji klinis tahap ketiga di beberapa negara, seperti Turki, Indonesia, Brasil, dan Uni Emirat Arab.
Pemerintah UEA, minggu lalu, sempat mengumumkan bahwa tingkat efikasi vaksin produksi Sinopharm adalah 86 persen. Sementara vaksin produksi Sinovac, menurut perusahaan farmasi Indonesia, Bio Farma, memiliki tingkat efikasi hingga 97 persen, lebih tinggi daripada vaksin buatan Pfizer dan Moderna. Namun, belakangan klaim itu dicabut kembali oleh Bio Farma dan Sinovac.
Di China sendiri, vaksin produksi lokal ini telah disuntikkan kepada lebih dari 1 juta warga pada Juli lalu sebelum ada persetujuan dari panel ahli mengenai tingkat kemanjurannya.
Zheng Zhongwei, ketua tim pengembangan vaksin Covid-19 China yang juga pejabat pada Komite Kesehatan Nasional China, menyatakan, sejauh ini tidak ada keluhan atau reaksi dari warga yang telah disuntik tiga calon vaksin itu.
Berjibaku dengan gelombang ketiga
Pemerintah Korea Selatan kini terus berjibaku dengan gelombang ketiga infeksi Covid-19 setelah selama empat hari berturut-turut laju infeksi berada di atas angka 1.000 kasus per hari. Laju infeksi pada Sabtu (19/12/2020) mencapai 1.053 kasus dan membuat Pemerintah Korsel memerintahkan rumah sakit untuk mengamankan fasilitas tempat tidur dan perawatan intensif lain bagi para pasien Covid-19 yang berada dalam kondisi kritis.
Kebijakan itu dikeluarkan Manajemen Bencana Pusat Kementerian Kesehatan Korsel, Jumat (18/12/2020), setelah enam pasien Covid-19 yang kritis meninggal karena harus menunggu ketersediaan tempat tidur dan ratusan penderita lain tidak dapat dirawat. Di kota Seoul yang berpenduduk 26 juta orang, saat ini hanya tersisa 13 tempat tidur bagi pasien yang berada dalam kondisi kritis.
Pejabat senior KDCA, Lim Sook-young, mengatakan, kekurangan dan ketiadaan tempat tidur rumah sakit karena lonjakan jumlah pasien Covid-19 telah mengganggu kebutuhan perawatan pasien darurat dan serius lainnya.
Terlepas dari lonjakan tersebut, Pemerintah Korsel menahan diri untuk tidak menaikkan level batasan jarak sosial ke level tertinggi, yang berpotensi menghentikan aktivitas operasional 1,2 juta kegiatan usaha. Perdana Menteri Chung Sye-kyun mengatakan pada hari Jumat bahwa ”konsensus sosial” akan diperlukan untuk langkah seperti itu mengingat beban bisnis. (AP/REUTERS)