Jepang mengumumkan akan mengembangkan rudal pertahanan udara baru. Pengamat mencemaskan munculnya potensi perlombaan senjata di kawasan.
Oleh
B Josie Susilo Hardianto
·2 menit baca
TOKYO, JUMAT — Dinamika keamanan di kawasan Asia kini tengah berkembang sangat dinamis. Selain pengembangan rudal balistik serta nuklir oleh Korea Utara dan China, baru-baru ini Rusia mengumumkan penempatan rudal pertahanan udara S-300V4 di Kepulauan Kuril yang berada tak jauh dari Jepang.
Menanggapi dinamika itu, Pemerintah Jepang, Jumat (18/12/2020), mengumumkan pengembangan rudal jenis baru yang diarahkan untuk memperkuat kemampuan pencegahan. Pemerintah menyetujui kebijakan pertahanan rudal baru itu dalam pertemuan kabinet.
Menurut kantor berita NHK, rudal itu dirancang mampu menghancurkan rudal balistik yang berada di wilayah musuh. Rudal yang dirancang dapat diluncurkan, baik oleh kapal perang maupun pesawat tempur, itu mampu menghancurkan kapal perang yang berada pada jarak jauh.
Kemampuan rudal itu dinilai bakal mendongkrak kemampuan Jepang untuk memperluas strategi anti-access area denial (A2AD) atau sistem/strategi pertahanan yang diperuntukkan mencegah musuh melintasi area udara, laut, atau darat.
”Lingkungan keamanan di sekitar pulau barat daya kami telah menjadi keras. Kami harus menanggapi itu dengan cara yang tepat,” kata Menteri Pertahanan Jepang Nobuo Kishi dalam jumpa pers di Tokyo.
Sebagaimana diketahui, Jepang prihatin dengan aktivitas negara-negara mitra yang mengelilinginya. Jepang tidak nyaman dengan aneka aktivitas China di Laut China Timur, terutama terkait sengketa di Pulau Senkaku, yang oleh China dinamai Diaoyu.
Selain itu, kepada wartawan Kishi juga mengatakan, Jepang harus membangun sistem pertahanan rudal yang kuat mengingat meningkatnya ancaman yang ditimbulkan oleh rudal Korea Utara.
Kebijakan pertahanan rudal baru itu diproyeksikan dikembangkan bersama-sama dengan pembangunan dua kapal perang baru yang dilengkapi dengan sistem pertahanan antirudal balistik Aegis. Kishi mengatakan, pemerintah akan mempertimbangkan secara menyeluruh alutsista apa saja yang akan dipasang di kapal perang itu dan bagaimana itu harus dioperasikan dengan mempertimbangkan situasi yang berubah.
Perlombaan senjata
Mengutip sejumlah ahli keamanan, South China Morning Post (SCMP) mengatakan, keputusan Jepang itu dinilai dapat mendorong perlombaan senjata. ”Ini dapat memiliki efek tertentu dalam meningkatkan rintangan psikologis bagi China dan Korea Utara untuk melancarkan serangan rudal,” kata Tetsuo Kotani, pakar keamanan internasional di Universitas Meikai, sebagaimana dikutip SCMP.
Namun, sebaliknya, Kotani juga mengatakan, pengerahan kemampuan baru itu memungkinkan China dan Rusia membenarkan ekspansi militer dengan alasan ”langkah” Jepang berpotensi mengancam stabilitas strategis di kawasan.
Hal senada juga dikatakan Corey Wallace, ahli keamanan Asia Timur di Universitas Kanagawa. Kepada SCMP, ia mengatakan, langkah Jepang untuk meningkatkan kemampuan pertahanannya menggunakan sistem Aegis dapat menyebabkan peningkatan persenjataan oleh China dan Korea Utara. (AP/AFP/REUTERS)