”Kompas” Raih Hassan Wirajuda Award 2020 Terkait Liputan Pengantin Pesanan
Wartawan ”Kompas”, Sonya Hellen Sinombor, meraih penghargaan Hassan Wirajuda Perlindungan WNI Award 2020 kategori jurnalis atas laporan-laporannya soal kasus pengantin pesanan sepanjang pertengahan 2019 hingga awal 2020.
Oleh
MH SAMSUL HADI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Wartawaan harian Kompas, Sonya Hellen Sinombor, meraih penghargaan Hassan Wirajuda Perlindungan WNI Award tahun 2020, yang diberikan oleh Kementerian Luar Negeri, Jumat (18/12/2020). Sonya memenangi kategori jurnalis, satu dari delapan kategori penghargaan, terkait dengan liputan kasus pengantin pesanan, yang mewarnai pemberitaan media di Tanah Air, termasuk di harian Kompas, sejak pertengahan tahun 2019 hingga Maret 2020.
Upacara penyerahan penghargaan Hassan Wirajuda Perlindungan WNI Award (HPWA) tahun 2020 berlangsung secara luring dan daring. Penghargaan diberikan kepada 23 pemenang dari delapan kategori, termasuk Sonya, dan diserahkan oleh Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler Kementerian Luar Negeri Andy Rachmianto.
Ini merupakan penyelenggaraan penghargaan HPWA keenam kali sejak diinisiasi pada 2015. Bagi Kompas, penghargaan HPWA kali ini merupakan yang keempat kali setelah penghargaan serupa diterima tiga tahun secara beruntun pada 2016-2018. HPWA diberikan Kemenlu kepada pihak-pihak, baik di lingkungan Kemenlu maupun para mitranya, sebagai penghargaan atas peran mereka dalam misi perlindungan WNI di luar negeri.
Tahun ini, penghargaan HPWA kategori jurnalis diberikan kepada Sonya terkait dengan berbagai laporan tentang kasus pengantin pesanan yang ditulis sepanjang pertengahan 2019 hingga Maret 2020. Kasus tersebut menjadi perhatian dan sorotan besar karena melibatkan jaringan pelaku tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di Tanah Air ataupun di luar negeri. Selain Sonya, penerima HPWA kategori jurnalis adalah Abraham Utama dari BBC Indonesia.
Terkait dengan penghargaan yang diterimanya, Sonya mengatakan, pemberitaan harian Kompas mengenai kasus TPPO dengan modus pengantin pesanan yang gencar dilakukan dalam beberapa tahun terakhir telah mendorong Pemerintah Indonesia meningkatkan perlindungan kepada WNI, khususnya perempuan korban pengantin pesanan. Sejumlah perempuan korban kasus pengantin pesanan yang mengalami kekerasan di luar negeri berhasil dipulangkan ke Tanah Air.
”Penghargaan yang saya terima karena menulis kasus-kasus tindak pidana perdagangan orang, khususnya dengan modus pengantin pesanan—perempuan dijodohkan dengan laki-laki dari China, Taiwan, dan lain-lain—yang merupakan pelanggaran HAM terhadap perempuan. Juga memberikan pesan betapa pentingnya meningkatkan perlindungan bagi para perempuan korban, yang juga anak-anak perempuan dari keluarga miskin dan rentan,” kata Sonya.
Selain kategori jurnalis, penghargaan juga diberikan untuk tujuh kategori lainnya, yakni kepala perwakilan RI, staf perwakilan RI, mitra dan pelayanan publik, masyarakat madani luar negeri, mitra kerja perwakilan RI, pelayanan publik di perwakilan RI, dan pemerintah daerah. Penilaian untuk sebagian besar kategori-kategori tersebut diberikan berkaitan dengan pelayanan mereka terhadap WNI di luar negeri dalam mengatasi masalah yang dihadapi akibat pandemi Covid-19.
Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun, misalnya, menerima penghargaan HWPA kategori kepala perwakilan RI atas perannya dalam mengevakuasi 238 WNI dari wilayah asal dan episentrum wabah Covid-19 di Wuhan, Provinsi Hubei, China tengah. Hal yang sama diperoleh Dubes RI untuk India Sidharto Reza Suryodipuro atas upayanya dalam memulangkan sekitar 700 anggota Jamaah Tabligh yang menghadapi masalah hukum di India. Dubes RI untuk Korea Selatan Umar Hadi juga menerima penghargaan kategori itu.
Dalam upacara penghargaan tersebut, Menlu periode 2001-2009 Hassan Wirajuda—yang namanya digunakan sebagai nama penghargaan—hadir secara daring. Menlu Retno LP Marsudi memberikan sambutan melalui rekaman video. Retno mengatakan, nama penghargaan diambil dari Hassan atas perannya dalam mengubah cara pandang (mindset) dan budaya korporasi dalam perlindungan WNI di luar negeri.
Andy Rachmianto, yang juga menjadi Ketua Dewan Juri, mengatakan bahwa proses seleksi pemenang dilakukan sejak September. Nama-nama pemenang dijaring dari 84 kandidat dan diajukan oleh Kementerian Luar Negeri, perwakilan RI di luar negeri, dan masyarakat madani.
”Jumlah kandidat meningkat 40 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, termasuk dari wilayah-wilayah non-tradisional perlindungan WNI,” kata Andy dalam sambutannya. Ia menambahkan, pemberian penghargaan HPWA yang tetap diberikan pada masa pandemi memperlihatkan bahwa misi perlindungan WNI di luar negeri tetap berjalan pada masa pandemi.