Kisah Kaum Yahudi di Kawasan Arab Teluk
Turis Israel kini berbondong-bondong melancong ke Dubai, Abu Dhabi, dan Manama setelah tercapai kesepakatan pembukaan hubungan resmi Israel dengan Uni Emirat Arab dan Bahrain, yang dikenal dengan Abraham Accord.
Tajuk rencana harian berbahasa Arab, Al-Quds al-Arabi, edisi 13 Desember 2020 dengan judul ”Israel di Kawasan Arab Teluk; Kisah Hanukkah, Shabbat, dan Mafia” menurunkan cerita tentang semakin banyaknya warga Yahudi dari Israel yang melakukan liburan ke kota-kota di kawasan Arab Teluk, seperti Dubai, Abu Dhabi, dan Manama.
Tajuk rencana harian tersebut, yang terbit di Beirut dan London, secara khusus menyebut Hanukkah, Shabat, dan mafia.
Hanukkah adalah salah satu perayaan Yahudi. Adapun Shabbat atau hari Sabtu adalah hari libur Yahudi pada setiap pekannya, seperti hari Jumat yang merupakan hari libur setiap akhir pekan bagi umat Islam dan hari Minggu sebagai hari libur akhir pekan bagi umat Kristiani.
Kini, warga Yahudi dari Israel sering memilih melakukan liburan Shabbat setiap pekan di kota Dubai, Uni Emirat Arab (UEA). Bahkah, warga Yahudi dalam melaksanakan perayaan Hanukkah tahun ini, yang dimulai dari 10 hingga 18 Desember, memilih berbondong-bondong ke Dubai.
Salah seorang tokoh publik Israel yang memilih menjalankan perayaan Hanukkah di Dubai adalah Wakil Wali Kota Jerusalem Fleur Nahoum. Bepergian dari Israel ke Dubai atau Abu Dhabi kini sangat mudah dan hanya butuh waktu sekitar tiga jam penerbangan.
Bagi warga Israel yang butuh kehangatan matahari, pilihan tempat liburan terbaik saat ini adalah Dubai. Kota Dubai dengan fasilitas kelas dunia, selain memberi kehangatan matahari, juga menawarkan paket wisata yang relatif murah bagi kantong warga Israel.
Selama ini, warga Israel yang ingin mendapatkan kehangatan matahari pada saat liburan Hanukkah memilih berlibur ke Afrika Timur, seperti Kenya dan Tanzania, yang butuh penerbangan sekitar tujuh jam dari Israel.
Namun, terbukanya kota-kota kawasan Arab Teluk, seperti Dubai, Abu Dhabi, dan Manama (Bahrain), bagi warga Israel saat ini membuat mereka lebih memilih menjalani liburan Hanukkah tahun ini di kota-kota kawasan Arab Teluk itu. Sebab, kota-kota itu lebih dekat secara geografis dan fasilitasnya jauh lebih modern dibandingkan kota-kota di Afrika Timur.
Bahkan, stasiun televisi Israel, Channel 12, menuduh ada jaringan mafia Israel yang menyusup ke UEA dan berhasil membangun kemitraan bisnis dengan mitra lokal dari warga UEA. Berbondong-bondongnya turis Israel ke Dubai, Abu Dhabi, dan Manama saat ini tentu tak terlepas dari tercapainya kesepakatan pembukaan hubungan resmi Israel dengan UEA pada bulan Agustus dan Bahrain pada September lalu, yang dikenal dengan Abraham Accord atau Kesepakatan Ibrahim.
Baca juga : Abraham Accord dan Pemimpin Generasi Baru Arab Teluk
Kehadiran turis Israel segera disusul oleh kehadiran misi diplomatik dan bisnis Israel yang kuat pula di kawasan tersebut. Israel akan segera membuka kantor kedutaan besar di Abu Dhabi dan kantor konsulat jenderal di Dubai untuk menunjukkan kehadiran diplomasi Israel yang kuat di UEA. Israel juga segera membuka kantor kedutaan besar di Manama, ibu kota Bahrain.
Dalam bisnis, maskapai penerbangan Israel, El Al, segera melakukan penerbangan reguler dari Tel Aviv ke Dubai, Abu Dhabi, dan Manama serta sebaliknya. Israel mengklaim sudah mendapat izin dari Arab Saudi untuk menggunakan wilayah udaranya untuk penerbangan dari Tel Aviv ke UEA dan Bahrain.
Sebaliknya, warga Dubai dan Manama cukup bersahabat dalam menyambut turis-turis dari Israel itu. Sering ditampilkan foto di akun-akun media sosial tentang warga Israel dan Bahrain atau warga Israel dan UEA menyantap makan malam bersama dengan penuh akrab.
Banyak hotel di Dubai saat ini menyediakan fasilitas khusus untuk perayaan Hanukkah bagi warga Yahudi karena begitu banyaknya warga Israel yang menjalani liburan Hanukkah di Dubai saat ini. Investor Israel dan UEA diberitakan akan mendirikan banyak restoran Kosher (restoran halal menurut hukum Yahudi) di Dubai dan Abu Dhabi untuk melayani turis dari Israel atau negara lain yang beragama Yahudi. Israel diberitakan juga akan membangun rumah sakit Israel di Dubai mulai Januari 2021 untuk mengambil peluang bisnis kesehatan di dunia Arab.
Seperti diketahui, perekonomian Dubai berbasis utama pada industri pariwisata. Dubai dikenal memiliki segala fasilitas kelas dunia di sektor pariwisata dan sarana pendukungnya, seperti perhotelan, pusat perbelanjaan, pusat hiburan, serta transportasi darat, laut, dan udara.
Dubai kini tentu melihat pasar turis dari Israel sebagai pasar baru yang sangat menjanjikan untuk mendukung industri pariwisata di kota itu. Sebelum munculnya pandemi Covid-19, otoritas Dubai sempat mencanangkan 20 juta turis mancanegara berkunjung ke Dubai pada 2020 ini. Namun, pandemi Covid-19 bisa mengganggu pencapaian target tersebut. Berbondong-bondongnya turis dari Israel ke Dubai saat ini bisa membantu menggerakkan kembali industri pariwisata di kota itu.
Jika membuka lembaran sejarah jauh ke belakang, sesungguhnya kaum Yahudi sudah berada di kawasan Arab Teluk sejak era Nabi Musa AS pada era Dinasti Ramses di Mesir.
Baca juga : Isu Geopolitik dalam Hubungan Resmi Israel-UEA
Konon, ketika Nabi Musa diusir dari Mesir oleh Ramsses II (1279-1213 SM), rombongan Nabi Musa kemudian menetap di wilayah Syam atau wilayah Palestina/Israel sekarang, sedangkan sebagian rombongan Nabi Musa menuju ke kota Yatsrib (Madinah, Arab Saudi, sekarang) dan menetap di kota itu. Rombongan kaum Yahudi yang menetap di Yatsrib pada era Nabi Musa AS itu disebut rombongan pertama kaum Yahudi yang datang dari Mesir menuju Yatsrib.
Pada era Romawi (era Kekaisaran Romawi Timur 330-1453 M), terjadi eksodus kedua kaum Yahudi dari wilayah Syam menuju Yatsrib dan sekitarnya, menyusul kekalahan kaum Yahudi dalam perang melawan pasukan Romawi. Maka, dikenal ada kaum Yahudi dari Bani Qaynuqa, Bani Nadhir, Bani Bahdal, dan Bani Qurayza di Yatsrib saat itu.
Kemudian, kaum Yahudi di Yatsrib itu pindah lagi setelah kalah perang dengan pasukan Arab Muslim pada era Nabi Muhammad SAW. Kaum Yahudi lalu pergi ke wilayah Syam.
Pada era modern ini, kaum Yahudi disebut ada di Bahrain dan Kuwait, yang datang dari Irak, Iran, dan India. Pada tahun 1948 tercatat ada 422 warga Yahudi di Bahrain. Saat ini ada sisa 40 warga Yahudi yang bertahan di Bahrain, menyusul sebagian besar Yahudi di negara itu bermigrasi ke Israel.
Adapun warga Yahudi di Kuwait semula berjumlah 100 orang, tetapi saat ini tersisa empat warga Yahudi yang bertahan di negara itu. Sebanyak 96 warga Yahudi disebut telah berimigrasi dari Kuwait ke Israel.
Warga Yahudi baik di Bahrain maupun Kuwait bekerja sebagai pedagang. Tercapainya Kesepakatan Ibrahim antara Israel dan UEA serta Bahrain memberi peluang besar kepada kaum Yahudi untuk kembali lagi ke kawasan Arab Teluk.