Presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden diharapkan terus menekan China untuk menjalankan isi perjanjian perdagangan fase pertama AS-China. Setelah enam bulan berjalan, China baru mampu melaksanakan 25 persen.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Pemerintahan Presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden diharapkan terus menekan China untuk tetap berpegang pada kesepakatan perdagangan fase I dan menggunakan tarif sebagai pengaruh. Pada saat yang sama, dirinya memuji tindakan Presiden AS Donald Trump yang dinilainya menggoyahkan status quo China.
Hal tersebut disampaikan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer (73) dalam sebuah wawancara, Rabu (16/12/2020). Dia mengatakan, Pemerintah China telah melakukan pekerjaan yang cukup baik untuk melaksanakan sebagian isi perjanjian perdagangan tahap pertama itu. Namun, bagian lain, menurut dia, belum.
Lighthizer mengatakan, Beijing masih jauh tertinggal dalam komitmen pembeliannya, sebagian karena pandemi. Menurut catatan Peterson Institute for International Economics, pembelian barang dan jasa AS oleh Beijing berada sekitar setengah dari tingkat yang disyaratkan kesepakatan fase I secara pro-rata tahunan.
”Saya akan menggunakan proses penyelesaian sengketa untuk menyelesaikan masalah tertentu. Saya pasti akan mempertahankan tarif. Saya pikir jika Anda melihat tarif turun, itu adalah sinyal bahwa kami tidak serius untuk memahami bahwa China adalah musuh strategis,” kata Lighthizer.
Langkah Biden
Biden mengatakan pada Agustus, dia mengira kesepakatan fase I ”gagal”. Akan tetapi, pada bulan Desember, dia mengatakan kepada kolumnis The New York Times bahwa dia tidak merencanakan ”langkah segera” untuk mengubah kesepakatan atau tarif barang-barang China.
Kesepakatan dagang fase I antara China dan AS ditandatangani langsung oleh Presiden Donald Trump dan Wakil Perdana Menteri China Liu He di Gedung Putih, pertengahan Januari lalu. Substansi dari kesepakatan itu adalah janji Pemerintah China untuk membeli tambahan produk pertanian, barang, dan jasa AS senilai setidaknya 200 miliar dollar AS selama dua tahun, di atas level 2017.
Komitmen Beijing itu termasuk 54 miliar dollar AS untuk pembelian energi tambahan, 78 miliar dollar AS untuk pembelian manufaktur tambahan, 32 miliar dollar AS untuk produk pertanian, dan 38 miliar dollar AS untuk produk jasa.
Namun, komitmen itu baru di atas kertas. Sejauh ini, menurut Ryan Haas dan Abraham Denmark dalam tulisan mereka di laman lembaga analis kebijakan Brookings Institute, setelah enam bulan perjanjian ditandatangani, China hanya mampu membeli barang dan jasa sebesar 23 persen dari target yang harus dicapai. Menurut penilaian keduanya, fase pertama perjanjian perdagangan ini mengecewakan.
Kepentingan AS di Atas Segalanya
Lighthizer, diplomat veteran dalam bidang perdagangan luar negeri, mengatakan, perubahan sikap AS dalam perdagangan internasional yang kini lebih mengutamakan kepentingan AS terlebih dulu (America First) mengubah tujuan kebijakan perdagangan AS dari melayani perusahaan yang melakukan bisnis di luar negeri menjadi menarik, memikat, industri manufaktur kembali dan melakukan usahanya di wilayah AS.
Dirinya mencontohkan bagaimana Perwakilan Perdagangan AS berhasil memaksa pembaruan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) yang mengharuskan para produsen otomotif untuk menggunakan komponen-komponen kendaraan yang dibuat di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko. Walau sejauh ini dampak perjanjian perdagangan fase I belum menunjukkan hasil maksimal, menurut Lighthizer, upaya Trump mengubah cara orang berpikir tentang China di bidang ekonomi dan menyebabkan bisnis memikirkan kembali ketergantungan mereka pada rantai pasokan China.
Sejak pertama kali ditunjuk menjadi pejabat perdagangan tertinggi AS pada awal pemerintahan Trump, Lighthizer menyalahkan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) karena gagal mengekang pelanggaran perdagangan China dan merajalelanya subsidi kepada perusahaan negara. Sebagai hasil dari kampanye itu, dalam pandangannya, sekarang ada kesepakatan luas tentang perlunya reformasi WTO
Amerika Serikat telah membuat Badan Banding WTO tidak dapat beroperasi dengan memblokir penunjukan hakim setelah bertahun-tahun keluhan tentang keputusan yang dianggap bertentangan dengan kepentingan AS. Lighthizer mengatakan, WTO mungkin lebih baik dengan sistem penyelesaian sengketa mengikat yang lebih sederhana. (REUTERS)