Tempat tidur khusus bagi pasien Covid-19 di Seoul, sebuah daerah metropolitan yang dihuni hampir 26 juta orang, tinggal tersisa tiga unit. Kondisi ini pun membuat kalang kabut Pemerintah Korea Selatan.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
SEOUL, RABU — Korea Selatan pada Rabu (16/12/2020) melaporkan rekor kenaikan jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 secara harian. Tekanan pun langsung dirasakan rumah-rumah sakit. Jumlah tempat tidur yang khusus digunakan untuk merawat pasien Covid-19 dikhawatirkan tidak cukup untuk menampung lonjakan jumlah pasien.
Sejumlah pejabat mengungkapkan, tempat tidur khusus bagi pasien Covid-19 di Seoul, sebuah daerah metropolitan yang dihuni hampir 26 juta orang, tinggal tersisa tiga unit. Kondisi ini pun membuat kalang kabut para pihak yang bertanggung jawab dengan persoalan pandemi. ”Prioritas utama saat ini adalah mengamankan lebih banyak tempat tidur rumah sakit,” demikian penggalan transkrip pernyataan Perdana Menteri Chung Sye-kyun dalam pertemuan pemerintah. ”Kekuasaan administratif penuh harus dimobilisasi sehingga tidak ada pasien yang menunggu lebih dari satu hari sebelum ditempatkan ke tempat tidurnya.”
Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) melaporkan, sebanyak 1.078 kasus terkonfirmasi Covid-19 pada Rabu. Jumlah itu adalah yang tertinggi sejak awal pandemi. Pada Minggu (13/12), jumlah penambahan kasus Covid-19 sebanyak 1.003 kasus dan sebagian besar adalah kasus penularan secara lokal.
Jumlah kasus dengan tingkat parah dilaporkan juga mencapai rekor dengan jumlah 226, atau melonjak dua kali lipat dibandingkan dengan dua pekan sebelumnya. Dari total tambahan kasus secara harian, KDCA melaporkan tambahan 12 kematian warga yang merupakan kematian dua digit kedua sejak awal pandemi secara harian. Sebelumnya, jumlah kematian harian tertinggi adalah sebanyak 13 kasus. Korsel telah melaporkan total 45.442 kasus Covid-19 dengan 612 kematian karenanya.
Korsel dinilai telah berhasil menjaga kasus Covid-19 tetap rendah selama dua gelombang infeksi sebelumnya. Namun, gelombang ketiga penyakit itu terbukti jauh lebih menantang. Penularan di wilayah ibu kota yang padat penduduk itu meningkatkan kesulitan lacak kontak warga yang terpapar. Kantor berita Korsel, Yonhap, melaporkan, peningkatan tajam jumlah infeksi Covid-19 di Korsel ditengarai berasal dari pertemuan tatap muka keluarga, kegiatan peribadatan gereja, dan rumah sakit di wilayah metropolitan Seoul. Otoritas kesehatan telah menaikkan level kesiagaan, tetapi sejauh ini gagal menghadang laju infeksi virus.
Pemerintah menyatakan sedang bekerja mengamankan beberapa ratus tempat tidur untuk perawatan kritis dan ribuan unit lainnya untuk pasien dengan tingkat keparahan ringan. Sebagian besar tempat tidur baru itu akan berasal dari rumah sakit umum.
Pemerintah menyatakan sedang bekerja mengamankan beberapa ratus tempat tidur untuk perawatan kritis dan ribuan unit lainnya untuk pasien dengan tingkat keparahan ringan. Sebagian besa tempat tidur baru itu akan berasal dari rumah sakit umum. Pejabat senior kementerian kesehatan Korsel, Yoon Tae-ho, mengungkapkan, pihak berwenang juga sedang mempertimbangkan memperluas insentif untuk meningkatkan kerja sama dengan lembaga swasta. Yoon mengungkapkan, sebagian besar lonjakan kematian dan infeksi serius Covid-19 berasal dari kluster di fasilitas medis dan panti jompo yang menampung orang tua atau pasien dengan aneka penyakit bawaan.
Langkah cepat, tetapi penuh kehati-hatian dalam merespons pandemi terus dilakukan Pemerintah Jerman. Jerman memberlakukan penguncian ketat seiring terjadi lonjakan jumlah kematian akibat Covid-19, yakni sebanyak 952 kasus dalam sehari, peningkatan harian tertinggi sejak awal pandemi. Penguncian atau penutupan wilayah diberlakukan paling cepat hingga 10 Januari 2021. Toko-toko dan sekolah akan tetap tutup, demikian juga bar dan restoran.
Jerman dinilai lebih berhasil daripada banyak negara Eropa dalam mengendalikan pandemi Covid-19 pada gelombang pertama di musim semi, tetapi situasinya terlihat sangat berbeda sekarang. Institut Robert Koch untuk penyakit menular menyebutkan, jumlah terkonfirmasi Covid-19 di Jerman mencapai 1,37 juta. Total korban meninggal dunia akibat penyakit itu di Jerman mencapai 23.427 jiwa. Peningkatan kematian harian tertinggi sebelumnya adalah 598 kasus yang dilaporkan pada Jumat (11/12) pekan lalu.
Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan kepada anggota parlemen pada Selasa (15/12/2020) bahwa dia khawatir dengan tren penambahan kasus terkonfirmasi Covid-19. Ia memperingatkan kemungkinan bahwa Januari dan Februari tahun depan akan menjadi bulan-bulan yang sangat sulit. Jerman tengah menunggu persetujuan otoritas kesehatan setempat atas penggunaan vaksin yang notabene sebagian dikembangkan di Jerman.
Kritik kepada PM Jepang
Dari Tokyo dilaporkan, Perdana Menteri (PM) Jepang Yoshihide Suga menuai kritik karena terlihat hadir dalam sejumlah kegiatan yang melibatkan beberapa orang dalam satu ruangan atau acara. Kritik diarahkan kepadanya mengingat Suga beberapa kali meminta publik menghindari acara atau pesta yang melibatkan banyak orang pada saat Jepang tengah bergelut dengan upaya penanggulangan Covid-19.
Kritik terhadap Suga muncul dari publik lewat aneka media sosial dan juga dari sekutu dalam koalisinya. Suga dilantik sebagai PM pada September lalu. Namun, dia tidak menikmati bulan madu atas posisinya seiring dengan tumbuhnya frustrasi publik akibat penambahan jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 di negara itu. Spekulasi pun bermunculan tentang berapa lama Suga akan mempertahankan posisinya di kursi PM.
”Sambil meminta orang untuk menahan diri, mereka makan steak kelas atas,” kata anggota oposisi parlemen, Jun Azumi, kepada wartawan. Azumi merujuk pada sebuah acara makan malam di sebuah restoran di Tokyo yang dihadiri Suga pada Senin pekan ini. ”Dukungan publik bisa runtuh,” kata Azumi.
Suga bel,um menjelaskan tentang acara makan malam itu. Namun makan malam itu hanyalah satu dari beberapa pertemuan yang melibatkan cukup banyak orang baru-baru ini. Juru bicara pemerintah, Katsunobu Kato, mengatakan, pemerintah menanggapi kritik itu secara serius. Namun, dikatakan bahwa kegiatan Suga telah ”menyebabkan kesalahpahaman” bagi sebagian publik di Jepang. ”Penting kiranya untuk membuat keputusan individu berdasarkan keseimbangan antara tujuan makan secara berkelompok dan tindakan pengendalian infeksi,” kata Kato pada konferensi pers reguler. (AFP/REUTERS/BEN)