Kematian Kasus Covid-19 Meningkat, Korsel Berencana Terapkan Karantina
Dua hari berturut-turut laju infeksi Covid-19 menembus angka 1.000 per hari dan membuat pemerintah Korea Selatan berniat melakukan pembatasan sosial lebih ketat. Warga panik dan mulai menimbun kebutuhan pokok.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
SEOUL, KAMIS — Laju infeksi Covid-19 di Korea Selatan belum terkendali setelah dua hari berturut-turut, Rabu dan Kamis (16-17/12/2020), menembus angka lebih dari 1.000 kasus. Lonjakan kasus tersebut sekaligus membunyikan alarm bahwa penanganan penyakit ini jauh dari selesai.
Aturan jarak sosial yang lebih ketat di negara itu belum berhasil membalikkan tren penambahan kasus-kasus baru. Pemerintah Korsel telah memperingatkan bahwa mereka mungkin harus memberlakukan pembatasan yang lebih keras pada aktivitas bisnis meski dikatakan bahwa langkah tersebut hanya akan menjadi pilihan terakhir.
Menurut Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA), sepanjang Rabu (16/12/2020) malam, Covid-19 telah merenggut 22 nyawa warga, naik tajam dari angka tertinggi sebelumnya, yaitu 13 orang. Jumlah kematian diperkirakan akan terus naik setelah Korea Selatan mencatatkan 1.014 kasus baru pada Kamis, termasuk 423 kasus baru karena penularan lokal di ibu kota Seoul.
KDCA menyebut laju infeksi selama dua hari terakhir di Korea Selatan itu sebagai gelombang besar sejak kasus Covid-19 pertama kali muncul di ”Negeri Ginseng”, Februari lalu. Meningkatnya kasus Covid-19 telah membebani fasilitas rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya serta memicu pembelian panik untuk mengantisipasi penutupan wilayah yang lebih keras.
Kapasitas rumah sakit di negara itu juga dalam kondisi kritis dengan hanya tersisa tiga tempat tidur pada unit perawatan intensif. Korea Selatan kini telah melaporkan total 46.453 kasus virus korona baru, dengan 634 kematian.
Banyak penduduk Seoul mulai menimbun makanan dan persediaan penting lainnya, mengantisipasi rencana karantina atau penutupan kota untuk pertama kalinya guna menghentikan laju infeksi.
Seorang warga, Lee, mengatakan, dirinya memborong beras secara daring sebagai antisipasi kebijakan karantina yang ketat. ”Saya telah memesan lusinan paket beras instan secara daring dan banyak teman saya serta keluarga mereka bergegas ke supermarket besar,” kata Lee.
Warga lainnya mengatakan, dia memotong rambutnya lebih pendek daripada biasanya karena dia telah mendengar bahwa pemerintah akan menaikkan level pembatasan jarak sosial ke Level 3. Dampaknya, sekitar 150.000 salon kecantikan dan tempat potong rambut di seluruh negeri akan terhenti operasionalnya jika kebijakan itu jadi diterapkan.
Lee Sang Won, pejabat senior KDCA, dalam keterangannya, mengatakan bahwa pemerintah akan menyebarluaskan pengumuman dan peringatan sebelum memberlakukan pembatasan Level 3. Dia juga menjamin semua kebutuhan mendasar warga akan dipenuhi jika kebijakan tersebut jadi diberlakukan.
”Tidak akan ada situasi di mana semua supermarket tutup dan Anda tidak dapat membeli kebutuhan,” kata Lee.
Dikutip dari kantor berita Yonhap, otoritas menyatakan bahwa mereka akan mulai melarang pengoperasian tempat perjudian dan sejumlah tempat hiburan. Selain itu, mereka juga akan melarang konsumen untuk makan di dalam restoran. Kebijakan ini akan berlaku mulai Sabtu (19/12/2020) hingga 10 hari ke depan.
Selain itu, otoritas juga akan melarang semua kegiatan pelatihan yang diadakan pemerintah daerah.
Data KDCA menyebutkan, dari 1.1241 kasus baru di Korea Selatan pada bulan ini, 32,9 persen berada pada rentang usia 40-59 tahun. Pasien di atas usia 60 tahun menempati posisi berikutnya dengan persentase 30,1 persen.
Dari kasus yang ditularkan secara lokal, ibu kota Seoul menjadi penyumbang angka tertinggi dengan 420 kasus, disusul Provinsi Gyeonggi dengan 284 kasus. Sedangkan Incheon, yang berada di sebelah barat Seoul, menyumbang 80 kasus.
KDCA menyebutkan, tambahan 20 kasus baru di kota Seoul memiliki kaitan dengan sebuah panti jompo di Bangsal Guro, Seoul. (REUTERS)