Trio Tokoh Yahudi di Balik Layar Hubungan Israel-Maroko
Ketika pemerintahan Trump mulai gencar menggulirkan proyek Abraham Accord, trio tokoh Yahudi itu pun menggulirkan proyek normalisasi hubungan Israel-Maroko.
Oleh
Musthafa Abd Rahman dari Kairo, Mesir
·3 menit baca
Jika di balik hubungan resmi Israel-Uni Emirat Arab ada peran pengusaha Amerika Serikat keturunan Yahudi, Haim Saban, di balik hubungan resmi Israel-Maroko juga ada peran trio tokoh pengusaha dan politisi Yahudi.
Menteri Luar Negeri Maroko Nasser Bourita dalam wawancara dengan televisi Al Jazeera mengatakan, hubungan resmi Israel-Maroko yang diumumkan Presiden AS Donald Trump, Kamis (10/12/2020), adalah buah dari komunikasi rahasia para pelobi Yahudi selama dua tahun terakhir ini.
Ada tiga tokoh Yahudi yang berperan di balik layar bagi terwujudnya normalisasi hubungan Israel-Maroko. Trio tokoh itu adalah penasihat Raja Maroko Mohammed VI, Andre Azoula; penasihat keamanan nasional Israel, Meir Ben-Shabbat; dan pengusaha Maroko keturunan Yahudi, Yariv Elbaz. Mereka membentuk satu tim kerja untuk proyek ”normalisasi hubungan Israel-Maroko”.
Israel-Maroko sebelumnya pernah menjalin hubungan resmi ketika Maroko mengizinkan Israel membuka kantor komunikasi kedua negara di Rabat pada 1994. Raja Maroko saat itu, Hassan II, membuka hubungan resmi dengan Israel menyusul tercapainya Kesepakatan Oslo, antara Israel dan Palestina, pada 1993.
Hubungan dua negara itu kemudian dibekukan Maroko pada 2000 sebagai reaksi atas meletupnya intifadah Al Aqsa yang saat itu dikobarkan Pemimpin Palestina Yasser Arafat setelah gagalnya perundingan Israel-Palestina di Camp David, AS, di tahun yang sama.
Ketika pemerintahan Trump mulai gencar menggulirkan proyek Abraham Accord, trio tokoh Yahudi itu pun menggulirkan proyek normalisasi hubungan Israel-Maroko. Mereka mengatur kunjungan pejabat tinggi AS ke Maroko, seperti Jared Kushner, penasihat politik dan menantu Trump, serta Menlu AS Mike Pompeo, untuk membahas normalisasi hubungan Israel-Maroko.
Tiga tokoh Yahudi tadi yang pertama mendapatkan informasi dari Kushner tentang kesediaan AS mengakui kedaulatan Maroko atas Gurun Sahara Barat dengan imbalan normalisasi hubungan Israel-Maroko. Mereka menjadi mediator komunikasi tidak langsung Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Raja Mohammed VI selama dua tahun terakhir.
Trio tokoh Yahudi itulah yang mengatur pertemuan antara Netanyahu dan Bourita di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB pada September lalu di New York. Bahkan, trio tokoh Yahudi itu, dibantu Kushner, berhasil menjalin komunikasi dengan Putra Mahkota Abu Dhabi, Pangeran Mohammed bin Zayed (MBZ), dan Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), untuk meminta dukungan bagi normalisasi hubungan Israel-Maroko.
MBS dan MBZ kemudian melakukan komunikasi langsung dengan Raja Mohammed VI agar menerima transaksi dalam bentuk pengakuan AS terhadap kedaulatan Maroko atas Gurun Sahara Barat dengan imbalan normalisasi hubungan Israel-Maroko.
Menurut MBS dan MBZ, transaksi semacam itu tidak akan terjadi pada masa Presiden Joe Biden nanti. Ini kesempatan terakhir bagi Maroko untuk mendapatkan transaksi seperti itu.
Lobi trio tokoh Yahudi dan dorongan MBZ-MBS itu yang membuat Raja Mohammed VI bersedia menormalisasikan hubungan Israel-Maroko.