AS Jatuhkan Sanksi kepada Turki Terkait Pembelian Rudal S-400 dari Rusia
AS dan Turki telah berselisih bertahun-tahun. Pembelian sistem rudal S-400 Rusia oleh Turki berkelindan dengan langkah-langkah politik Ankara di Suriah, konflik Armenia-Azerbaijan, dan Laut Tengah yang membuat gerah AS.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
WASHINGTON, SELASA — Pemerintah Amerika Serikat pada Senin (14/12/2020) menjatuhkan sanksi kepada Turki terkait langkah Ankara membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia. Sanksi itu memanaskan hubungan AS dengan Turki, dua negara yang tergabung dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Sanksi tersebut menarget pimpinan Industri Pertahanan Turki sebagai badan pengadaan kebutuhan militer negara itu. Mereka adalah kepala lembaga itu, yakni Ismail Demir, dan tiga pejabat senior lain. Mereka tidak akan mendapatkan lisensi ekspor, pinjaman, ataupun kredit dari lembaga-lembaga AS. Aset-aset keempat orang itu yang berada di yurisdiksi AS bakal diblokir. Mereka pun dilarang masuk ke AS.
Washington dan Ankara telah berselisih selama bertahun-tahun. Pembelian sistem pertahanan rudal S-400 Rusia oleh Turki berkelindan dengan langkah-langkah politik Ankara yang membuat gerah Washington. Di bawah pemerintahan Trump, AS tidak senang dengan langkah Turki di Suriah, konflik antara Armenia dan Azerbaijan, serta gejolak di Laut Tengah bagian timur.
Penerapan sanksi itu diwajibkan oleh Undang-Undang Melawan Musuh Amerika melalui Sanksi (CAATSA). UU yang disahkan tahun 2017 itu adalah aturan yang dibuat khusus untuk menjatuhkan sanksi kepada negara yang mempunyai kerja sama pertahanan atau ekonomi dengan Rusia, Iran, serta Korea Utara.
Uniknya, penerapan sanksi terhadap Turki ini menjadi kali pertama penerapan UU itu terhadap sekutu AS di NATO. Selain itu, penerapan sanksi tersebut dinilai telah menambah elemen ketidakpastian pada hubungan AS dengan salah satu sekutunya setelah era pemerintahan Presiden Donald Trump.
Sebelum sanksi itu dan dengan alasan soal pembelian S-400, AS telah mengeluarkan Turki dari program pengembangan dan pelatihan pesawat tempur siluman F-35. Namun, Washington tidak mengambil langkah lebih lanjut hingga sanksi terbaru dijatuhkan pekan ini.
Sejumlah pejabat AS telah menyerukan perlunya hukuman bagi Turki. Mereka menilai sistem yang dikembangkan Rusia tidak kompatibel dengan peralatan NATO dan sekaligus menjadi potensi ancaman bagi keamanan sekutu.
Sejumlah pejabat AS telah menyerukan perlunya hukuman bagi Turki. Sistem pertahanan S-400 yang dibeli Turki dari Rusia menjadi potensi ancaman bagi keamanan AS.
”AS menjelaskan kepada Turki pada tingkat tertinggi dan dalam banyak kesempatan bahwa pembelian sistem S-400 akan membahayakan keamanan teknologi dan personel militer AS, menyediakan dana yang besar bagi sektor pertahanan Rusia, serta akses Rusia ke angkatan bersenjata Turki dan industri pertahanannya,” kata Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo.
”Namun, Turki tetap memutuskan untuk melanjutkan pengadaan dan pengujian S-400 meskipun ada alternatif sistem yang dapat dioperasikan NATO guna memenuhi persyaratan pertahanannya.”
Pompeo lalu mendesak Turki segera menyelesaikan masalah itu dengan cara berkoordinasi dengan AS. Washington menilai Turki sebagai sekutu sekaligus mitra keamanan regional AS.
”Turki adalah sekutu yang berharga dan mitra keamanan regional yang penting bagi AS. Dan, kami berusaha melanjutkan sejarah kerja sama sektor pertahanan yang produktif selama puluhan tahun dengan menghilangkan hambatan kepemilikan S-400 Turki sesegera mungkin.”
Kecaman Ankara
Namun, sejauh ini, Ankara bergeming dengan sikapnya. Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya ”mengecam keras dan menolak” sanksi AS. Ankara juga menyatakan, sanksi sepihak Washington adalah hal yang tidak dapat dimengerti.
”Turki akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melawan keputusan ini, yang pasti akan memengaruhi hubungan kami dengan cara yang negatif, dan membalas dengan cara dan waktu yang dirasa cocok,” demikian pernyataan Kemenlu Turki.
Ankara menegaskan bahwa S-400 tidak akan memengaruhi sistem NATO. Kemenlu Turki juga menyatakan untuk siap berdialog dan berdiplomasi dengan Washington.
Menlu Rusia Sergey Lavrov secara terpisah mengatakan, sanksi itu adalah bukti ”kesombongan” Amerika dan akan merugikan AS yang berdiri di dunia internasional. ”Ini adalah bukti lebih dari sikap arogan (AS) terhadap hukum internasional, dan manifestasi dari tindakan tidak sah, sepihak, dan paksaan yang telah dilakukan AS selama beberapa dekade sekarang di seluruh dunia,” katanya saat berkunjung ke Bosnia.
”Tentu saja, menurut saya, hal ini tidak membantu reputasi internasional AS sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam negosiasi internasional, termasuk dalam kerja sama teknis-militer.”
Terlepas dari peringatan dan sanksi terbaru AS, Turki dalam beberapa bulan terakhir telah bergerak maju dengan pengujian sistem S-400. Bulan lalu, Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengatakan, Turki siap untuk berdiskusi dengan AS tentang ”kecemasan” mengenai hubungan antara pengoperasian sistem S-400 dan F-35. Namun, Washington bereaksi dingin terhadap saran tersebut. Pompeo tidak lama kemudian dengan tegas menyatakan tidak bertemu dengan pejabat Pemerintah Turki dalam kunjungannya ke Istanbul.
Turki menguji sistem pertahanan rudal itu untuk pertama kalinya pada Oktober lalu. Langkah itu pun telah menarik kecaman dari Pentagon.
Ankara mengatakan, pihaknya terpaksa membeli sistem Rusia karena AS menolak untuk menjual rudal Patriot ke Turki. Pemerintah Turki juga menilai, Washington memiliki standar ganda dalam urusan bisnis senjatanya. Sebab, Yunani yang notabene anggota NATO juga memiliki rudal buatan Rusia, tetapi sejauh ini tidak ada sanksi dari AS terhadap Yunani. (AP/AFP)