Perdana Menteri Eswatini di Afrika Meninggal Dunia karena Korona
Dlamini termasuk dalam daftar terbaru pemimpin atau mantan pemimpin dunia yang meninggal dunia karena Covid-19. Sejumlah pemimpin dunia sebelumnya dilaporkan terpapar penyakit itu dengan beberapa di antaranya meninggal.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
CAPE TOWN, MINGGU — Perdana Menteri Eswatini—negara monarki absolut terakhir di Benua Afrika—Ambrose Ambrose Mandvulo Dlamini meninggal dunia dalam usia 52 tahun di sebuah rumah sakit di Afrika Selatan, Minggu (13/12/2020). Dlamini diketahui terpapar Covid-19 sejak November lalu dan dua pekan terakhir dipindahkan dari negaranya demi perawatan yang lebih baik.
”Yang Mulia telah memerintahkan agar saya memberi tahu negara tentang kesedihan atas meninggalnya Yang Mulia Perdana Menteri Ambrose Mandvulo Dlamini,” kata Wakil Perdana Menteri Themba Masuku dalam pernyataan resminya. ”Perdana Menteri meninggal sore ini saat menjalani perawatan medis di sebuah rumah sakit di Afrika Selatan.” Eswatini dulunya dikenal dengan nama Swaziland. Berpenduduk 1,2 juta jiwa, kerajaan itu telah melaporkan lebih dari 6.700 kasus terkonfirmasi Covid-19 dan 127 kematian.
Dlamini mengumumkan dirinya positif terpapar Covid-19 pada 16 November lalu. Pada saat itu dirinya tetap merasa sehat dan dan berstatus pasien tanpa gejala. ”Saya tidak menunjukkan gejala dan merasa sehat, tetapi dalam isolasi,” kata Dlamini dalam sebuah pernyataan. Pemerintah Eswatini saat itu menyatakan bahwa Dlamini tetap bekerja dari rumah sampai dirinya terbebas dari Covid-19.
Akan tetapi, awal Desember lalu Masuku menyatakan bahwa Dlamini telah dipindahkan ke Cape Town. Hanya disebutkan bahwa kondisi Dlambini stabil dan merespons dengan baik perawatan dan pengobatan yang diberikan atas dirinya. ”Untuk memandu dan mempercepat pemulihan telah diambil keputusan bahwa dirinya akan dipindahkan ke sebuah rumah sakit di Afrika Selatan sore ini,” kata Masuku dalam sebuah pernyataan saat itu.
Dlamini termasuk dalam daftar terbaru pemimpin atau mantan pemimpin dunia yang meninggal dunia karena terpapar Covid-19. Pada 8 Juni 2020, Pemerintah Burundi mengumumkan bahwa Presiden Pierre Nkurunziza (55) meninggal karena serangan jantung. Dirinya juga disebut sebagai kepala negara pertama yang meninggal dunia karena Covid-19. Mantan Presiden India Pranab Mukherjee meninggal dunia pada 31 Agustus dalam usia 84 tahun, tiga minggu setelah dinyatakan positif terpapar Covid-19. Mukherjee adalah mantan menteri keuangan dan menteri dalam negeri India. Sejumlah pemimpin dunia lainnya yang pernah terpapar Covid-19 antara lain Presiden Amerika Serikat Donald Trump, PM Inggris Boris Johnson, Presiden Brasil Jair Bolsonaro, dan PM Rusia Mikhail Mishustin.
Dlamini berlatar belakang seorang pengusaha dan dinilai relatif baru kala memutuskan terjun ke dunia, tetapi pemula politik. Dlamini diangkat sebagai PM Eswatini pada Oktober 2018.
Dlamini berlatar belakang seorang pengusaha dan dinilai relatif baru kala memutuskan terjun ke dunia politik. Dlamini diangkat sebagai PM Eswatini pada Oktober 2018. Menduduki jabatan PM, peran Dlamini terbatas sebagai kepala pemerintahan. Raja yang berkuasa di Eswatini, Mswati III, yang berkuasa sejak tahun 1986, menunjuk semua menteri dan mengontrol parlemen. Raja Mswati III juga yang memutuskan mengganti nama Swaziland menjadi Eswatini pada 2018.
Sebuah kelompok madani yang berbasis di Afrika Selatan, Swaziland Solidarity Network (SSN), menilai, pemerintah Eswatini memberikan perlakuan khusus kepada Dlamini. Penilaian itu terutama dikaitkan dengan pemindahan perawatan Dlamini dari Eswatini ke Cape Town selama Covid-19. Sebab, sebagaimana didata Bank Dunia, lebih dari 39 persen populasi Eswatini—negara kecil yang terkurung daratan—itu hidup di bawah garis kemiskinan.
Perhatian pada Afrika
Pada pekan lalu, Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Afrika John Nkengasong menyerukan negara-negara yang telah memesan lebih banyak vaksin Covid-19 daripada yang mereka butuhkan harus mempertimbangkan untuk mendistribusikan kelebihan dosis itu ke Afrika. Nkengasong menyatakan, pasokan vaksin Covid-19 atas Afrika belum cukup di saat benua itu tengah mengalami dan merasakan efek gelombang kedua pandemi.
Banyak negara di Afrika mengandalkan COVAX, rencana alokasi vaksin Covid-19 global yang dipimpin oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Lewat inisiatif itu, WHO berupaya menurunkan harga dan mencegah penimbunan vaksin Covid-19.
”Beberapa negara mendapatkan tiga kali hingga empat kali lipat, lima kali lebih banyak dari yang mereka butuhkan,” kata Nkengasong dalam sebuah pernyataan. Dia tidak menyebutkan nama negara mana pun di dunia. Namun, ditegaskan bahwa negara-negara itu dapat membantu negara-negara miskin memulai program vaksinasi untuk melindungi warganya.
WHO telah berulang kali meminta pemerintah untuk memosisikan vaksin Covid-19 sebagai barang publik. Inggris menjadi negara Barat pertama yang memulai vaksinasi Covid-19 massal. Langkah Inggris disusul negara Barat lain, yakni Kanada dan AS. Otoritas AS memulai vaksinasi Covid-19 pada pekan ini.
Nkengasong menyatakan, Perserikatan Bangsa-Bangsa harus mengadakan sesi khusus untuk membahas cara-cara yang akan memastikan akses dan distribusi yang adil atas vaksin Covid-19. Organisasi CDC milik Uni Afrika bekerja dengan Afreximbank dan Bank Dunia tengah mencari cara mengumpulkan dana pengadaan vaksin yang dibutuhkan untuk benua itu. Pada bulan Oktober, Nkengasong mengatakan, Afreximbank siap mengumpulkan hingga 5 miliar dollar AS untuk membeli vaksin Covid-19. (AFP/REUTERS)