Akibat Serangan Teroris, Kapal Tanker Berbendera Singapura Meledak di Jeddah
Pengelola kapal tanker BW Rhine menyebutkan, kapal tanker mereka terkena serangan eksternal saat berlabuh di Jeddah, Arab Saudi, hingga menyebabkan ledakan dan kebakaran. Kecurigaan mengarah pada milisi Houthi di Yaman.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
JEDDAH, SENIN -- Kapal tanker minyak berbendera Singapura, BW Rhine, meledak hingga rusak pada bagian lambung kapal saat sedang berlabuh di lepas pantai Jeddah, kota pelabuhan di Arab Saudi. Tak ada korban dalam insiden itu. Semua anak buah kapal yang berjumlah 22 orang selamat.
Penyebab ledakan itu disebutkan faktor "eksternal". Namun, sampai sekarang belum ada yang mengklaim sebagai pelaku.
Kantor berita Arab Saudi, Saudi Press Agency (SPA), yang mengutip juru bicara Kementerian Energi Arab Saudi, melaporkan bahwa kapal tanker minyak itu meledak akibat serangan perahu penuh dengan bahan peledak. SPA menyatakan insiden itu sebagai "serangan teroris". Kantor berita tersebut tidak mengungkapkan pelaku di balik serangan itu.
"Kapal pengangkut minyak, saat berlabuh di terminal minyak di Jeddah, diserang oleh perahu penuh bahan peledak pada jam-jam dini hari (Senin) pagi ini," demikian pernyataan di SPA.
Kecurigaan terkait pelaku mengarah pada milisi Houthi di Yaman yang didukung Iran. Selama ini Houthi kerap menyerang berbagai fasilitas dan infrastruktur Arab Saudi sebagai pembalasan atas operasi militer selama lima tahun terakhir di Yaman yang dipimpin Arab Saudi.
Perusahaan kapal Singapura, Hafnia, pemilik dan pengelola BW Rhine, Senin (14/12/2020), menyebutkan bahwa kapal tanker itu terkena serangan eksternal saat berlabuh di Jeddah hingga menyebabkan ledakan dan kebakaran. Kobaran api berhasil dipadamkan dengan bantuan pemadam kebakaran pelabuhan dan kapal tunda.
Kapal tanker BW Rhine itu berkapasitas 60.000-80.000 ton produk minyak sulingan ringan dan menengah. Kapal tanker saat ini membawa sekitar 60.000 ton minyak dari Pelabuhan Yanbu pada 6 Desember 2020. Saat ini isi tanker itu masih sekitar 84 persen.
Pemerintah Arab Saudi belum mengkonfirmasi ledakan yang terjadi di pelabuhan yang penting di Laut Merah dan menjadi pusat distribusi perusahaan minyak raksasa Arab Saudi, Aramco.
"Ada kemungkinan minyak bocor atau tumpah ke laut, tetapi sampai sejauh ini belum ada laporan jumlah minyak yang berkurang," sebut Hafnia.
Salah sasaran
Perusahaan intelijen maritim, Dryad Global, di Inggris melaporkan hal yang sama. Tetapi, mereka menduga serangan dari luar itu sebenarnya menyasar kapal tanker berbendera Dominika dengan nama Desert Rose atau kapal berbendera Arab Saudi, Al Amal Saudi.
Operasi Perdagangan Maritim Kerajaan Inggris (UKMTO) memperingatkan kapal-kapal yang berada di lokasi yang sama untuk waspada. Ledakan serupa terjadi pada bulan lalu, menimpa kapal tanker minyak Yunani yang sedang berlabuh di pelabuhan Arab Saudi, Shuqaiq.
Arab Saudi waktu itu juga menuding milisi Houthi sebagai pelaku peledakan. Tidak ada korban dalam insiden tersebut. Penyebab ledakan waktu itu adalah bahan peledak yang diluncurkan di air oleh Houthi.
Beberapa hari sebelumnya, gerilyawan Houthi mengaku menyerang pabrik yang dioperasikan Aramco di Jeddah dengan rudal Quds-2. Aramco mengatakan, serangan itu menyebabkan kapal tanker berlubang dan meledak, lalu terbakar.
Peristiwa tersebut menunjukkan kekuatan persenjataan Houthi dan kelemahan infrastruktur minyak Arab Saudi. Arab Saudi kerap menjadi sasaran serangan puluhan rudal balistik dan pesawat tanpa awak sejak awal tahun lalu. Banyak di antara serangan itu disebutkan berhasil dicegah.
Arab Saudi terjebak dalam konflik militer di Yaman sejak milisi Houthi mengambil alih ibu kota Sana\'a pada tahun 2014. Milisi Houthi terus merebut sebagian besar wilayah utara Yaman. Arab Saudi memimpin koalisi yang mendukung pemerintahan Yaman yang diakui internasional pada tahun berikutnya. Namun, konflik tidak menunjukkan gejala-gejala mereda.
Arab Saudi kerap menuduh Iran menyuplai persenjataan canggih ke Houthi. Tuduhan itu dibantah Iran. Puluhan ribu orang, mayoritas warga sipil, tewas dan jutaan orang terpaksa mengungsi akibat perang Yaman. PBB menganggap perang Yaman sebagai bencana kemanusiaan terparah. (REUTERS/AFP/SAM)