Pertemuan Tatap Muka Sebabkan Lonjakan Kasus di Korea Selatan
Jumlah infeksi baru Covid-19 di Korea Selatan menembus angka 1.030 kasus pada Minggu (13/12/2020). Otoritas kesehatan menyebutkan, pertemuan tatap muka menjadi penyebab utama.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
SEOUL, KOMPAS — Sempat berhasil menahan laju kasus baru infeksi Covid-19, selama sepekan terakhir Korea Selatan mencatat laju kenaikan jumlah kasus baru infeksi Covid-19. Bahkan, Minggu (13/12/2020), Badan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Korea Selatan (KDCPA) melaporkan jumlah kasus baru menembus angka 1.030 kasus. Sebanyak 1.002 kasus baru ditularkan secara lokal.
Seoul, ibu kota Korea Selatan, menjadi penyumbang terbesar kasus infeksi baru dengan 399 kasus. Wilayah di sekeliling Seoul, yaitu Provinsi Gyeonggi dan Incheon, masing-masing menyumbang 331 dan 62 kasus.
Menurut kantor berita Korea Selatan, Yonhap, jumlah pasien Covid-19 yang berada dalam kondisi parah mencapai 179 jiwa. Sementara jumlah kematian mencapai 580 orang.
Pejabat senior KDCPA, Lim Sook Young, mengatakan, peningkatan jumlah infeksi di Korea Selatan terjadi karena warga tidak menaati aturan pembatasan jarak sosial. ”Infeksi yang terjadi karena pertemuan tatap muka terus berlanjut. Tolong batalkan semua pertemuan tatap muka,” kata Lim.
Peningkatan tajam jumlah infeksi Covid-19 di Korea Selatan ditengarai berasal dari pertemuan tatap muka keluarga, kegiatan peribadatan gereja, dan rumah sakit di wilayah metropolitan Seoul, menurut Yonhap. Otoritas kesehatan telah menaikkan level kesiagaan, tetapi sejauh ini gagal menghadang laju infeksi virus.
Perdana Menteri Korsel Chung Sye-kyun, sehari sebelumnya, mengatakan, pemerintah tengah mempertimbangkan pengetatan jarak dan kegiatan sosial ke level tertinggi jika laju infeksi terus meningkat. Secara praktis, Korea Selatan tengah menuju ke arah kebijakan penguncian atau lock down untuk pertama kali sejak kasus ini muncul pada Januari 2020.
Presiden Korsel Moon Jae-in juga sempat menyebut bahwa situasi pandemi Covid-19 di negara itu telah berada pada situasi yang darurat. Dia memerintahkan pihak berwenang untuk memobilisasi semua sumber daya untuk menahan virus.
Sejauh ini, meski PM Chung menyatakan pemerintah bisa mengadopsi kebijakan kesiagaan tertinggi, KDCPA atas persetujuan pemerintah mengadopsi Level 3 ketika kasus yang ditularkan secara lokal melonjak menjadi 800 hingga 1.000 atau penghitungan harian dua kali lipat dari hari sebelumnya. Sejauh ini, rata-rata kasus harian selama sepekan terakhir mencapai 662 kasus, sebuah angka yang berada di bawah persyaratan kebijakan penguncian.
Kebijakan pembatasan jarak dan kegiatan sosial di Korea Selatan pada level 3 tidak akan seketat pelaksanaan di Eropa atau Amerika Serikat. Namun, kebijakan ini ditujukan untuk meminimalkan secara efektif aktivitas sosial warga dan bisnis di sejumlah area, termasuk melarang pertemuan 10 orang atau lebih dan sekolah hanya bisa dilakukan secara daring.
Orang-orang disarankan tinggal di rumah sebanyak mungkin, dan perusahaan diharuskan memiliki karyawan yang tidak penting untuk bekerja dari rumah.
Korea Selatan dipuji atas keberhasilan sebelumnya dalam menahan virus tanpa penguncian dengan sangat bergantung pada pelacakan kontak dan pengujian sejak kasus pertama negara itu dikonfirmasi pada Januari. Kini mereka berjibaku menghadapi gelombang ketiga pandemi Covid-19.
Perbanyak lokasi pengujian
Untuk menghambat laju infeksi yang terus meningkat selama sepekan terakhir, otoritas kesehatan Korsel mendirikan 150 lokasi uji usap atau PCR baru di Seoul, yang menjadi penyumbang terbesar laju infeksi di negara ini.
KDCPA akan mendirikan lokasi pengambilan sampel warga di Stasiun Seoul, Yongsan, kampus-kampus, serta daerah berisiko tinggi lainnya di Seoul.
Otoritas kesehatan menerjunkan sekitar 810 orang untuk melayani warga, mulai pukul 09.00 hingga pukul 18.00. Anggota kepolisian dan militer akan dilibatkan untuk mendukung kebijakan agresif ini.
Berbeda dengan tes sebelumnya, otoritas kesehatan berencana menggunakan dua macam tes, yaitu tes antigen cepat dan tes berbasis air liur (saliva) untuk kenyamanan warga.
Otoritas kesehatan dan warga bisa mengetahui hasil tes yang dijalani sekitar 30 menit hingga dua jam. Jika dinyatakan positif, warga harus melakukan tes usap atau PCR lagi untuk memastikan tingkat infeksinya. (AFP/REUTERS)