Terkesima pada Kemegahan Piramida
Peradaban Mesir kuno meninggalkan jejak luar biasa bagi komunitas dunia. Jejak itu adalah kompleks piramida di Giza. Bagi Mesir, kompleks makam raja-raja itu menjadi andalan industri wisata.
Hari Minggu, 6 Desember 2020, cuaca kota Kairo cukup cerah. Hangatnya sinar matahari pun cukup terasa menyirami seluruh badan. Cukup beruntung, di awal Desember yang menjadi awal musim dingin, Kompas berkesempatan berkunjung ke kompleks piramida di Giza, sekitar 18 kilometer arah barat laut kota Kairo.
Menjelang tiba di kompleks piramida—kompleks itu berada di ketinggian wilayah Giza—dari jauh terlihat gagahnya deretan piramida yang tampak terang benderang terkena siraman sinar matahari.
Semakin mendekati kompleks piramida, kepala tak terasa mendongak melihat bangunan raksasa, menjulang tinggi yang dibangun dari bebatuan dengan disusun rapi ke atas itu. Dari bawah, bangunan itu terlihat seperti kotak yang lebar, lalu semakin ke atas susunan batu-batu persegi itu disusun mengerucut. Itulah piramida.
Baca juga: Restoran Premium Indonesia di Kawasan Wisata Piramida Giza, Kairo
Piramida adalah ikon peradaban negeri Mesir. Dalam kompleks piramida itu terdapat tiga piramida yang tegak berjejer, yaitu Khufu, Khafre, dan Menkaure.
Piramida yang terbesar atau disebut Piramida Besar yang memiliki tinggi mencapai 147 meter dibangun untuk tempat kuburan raja Khufu yang merupakan raja kedua yang memerintah pada 2589 sebelum Masehi (SM)-2566 SM pada era dinasti IV Mesir kuno. Dinasti IV 2613 SM-2494 SM adalah masa keemasan dari era dinasti lama 2700-2200 SM.
Adapun piramida yang memiliki ukuran menengah dengan tinggi mencapai 143 meter dibangun untuk kuburan Raja Khafre yang merupakan raja keempat 2558 SM- 2532 SM dalam dinasti IV. Piramida terkecil yang memiliki tinggi 66 meter dibangun untuk kuburan Raja Menkaure yang merupakan raja kelima 2532 SM-2503 SM dalam dinasti IV.
Jarak antara Piramida Khufu, Khafre, dan Menkaure hanya beberapa ratus meter. Ketiganya berjejer dari arah utara ke arah barat daya.
Baca juga: Mesir, dari Era Piramida hingga Pencakar Langit
Ada pemeo, piramida adalah Mesir dan Mesir adalah piramida. Pemeo itu untuk menunjukkan bahwa piramida adalah simbol peradaban Mesir yang sering dibanggakan sebagai salah satu tertua di muka bumi ini.
Rakyat Mesir dengan bangga senantiasa menegaskan bahwa piramida dibangun oleh nenek moyang mereka sendiri atau rakyat Mesir kuno. Rakyat Mesir bangga pula bahwa piramida menjadi lambang kemajuan peradaban nenek moyang mereka yang diyakini merupakan peradaban termaju pada zamannya.
Siapa pun kini akan kagum dan terkesima memandang arsitek dan proses pembangunan bangunan raksasa menjulang tinggi berbentuk piramida itu yang dalam catatan sejarah dibangun sekitar 2560 SM. Berarti, usia bangunan yang disebut piramida itu kini sudah 4.580 tahun. Tak heran jika piramida kini masuk dalam tujuh keajaiban dunia.
Para ahli dari mancanegara tidak henti-hentinya melakukan penelitian tentang segala sesuatu terkait misteri piramida itu.
Kisah
Banyak kisah eksklusif tentang piramida dan rakyat Mesir kuno yang membangunnya. Kisah bentuk piramida yang lebar di bawah, kemudian mengerucut menjulang tinggi keatas merupakan pengejawantahan dari Dewa Matahari yang merupakan Tuhan rakyat Mesir kuno.
Baca juga: Napas Kota Kairo Bertumpu pada Denyut Nadi Sungai Nil
Pada era Mesir kuno, siapa pun yang mampu membuat kompleks kuburannya sendiri diizinkan menggunakan bentuk atau lambang yang berkaitan dengan keilahian. Kisah pembangunan kompleks piramida itu disebut dikerjakan sendiri oleh rakyat Mesir kuno secara sukarela sebagai pengabdian kepada sang raja.
Menurut pakar arkeologi Mesir, Zahi Hawass, kelompok kelas menengah pada era Mesir kuno mengirim pekerja untuk membangun proyek piramida sebagai penghormatan kepada raja dengan imbalan mereka dibebaskan dari pajak.
Bahkan, tidak sedikit dari para pekerja itu adalah kaum terdidik pada zamannya karena proyek pembangunan piramida butuh kemampuan arsitektur yang tinggi.
Baca juga: Sungai Nil, Mesir, dan Isu Geopolitik Afrika
Para pekerja yang dikirim kaum kelas menengah itu bekerja sepanjang tahun dengan memindah bebatuan untuk pembangunan proyek piramida. Mereka memiliki libur satu hari dalam setiap 10 hari kerja. Berbagai hasil penelitian menyebutkan, pembangunan piramida besar butuh waktu sekitar 20 tahun.
Diperkirakan 10.000 pekerja terlibat dalam pembangunan proyek piramida tersebut, yang terdiri dari kaum lelaki juga wanita.
Setiap hari dikirim 13 lembu dan 15 kambing untuk konsumsi para pekerja itu. Para pekerja dari kaum wanita banyak terlibat dalam penyiapan konsumsi dengan memasak daging lembu dan kambing serta pengeringan ikan.
Manusiawi
Zahi Hawass mengatakan, pembangunan kompleks piramida itu sangat manusiawi. Hal itu membantah asumsi dan opini bahwa pembangunan kompleks piramida dikerjakan oleh para budak atau sering disebut pembangunan piramida adalah lambang perbudakan pada era Mesir kuno.
Hawass mengungkapkan, bebatuan yang digunakan untuk membangun piramida diambil dari dataran tinggi di wilayah Giza sendiri, bukan diangkut dari tempat yang jauh dari Giza.
Baca juga: Ibu Kota Baru Impian Mesir
Kini, setiap tahun jutaan turis asing dann lokal berbondong-bondong mengunjungi kompleks piramida itu untuk menyaksikan langsung salah satu dari tujuh keajaiban dunia tersebut.
Piramida pun menjadi andalan pariwisata Mesir. Pada periode 2018-2019, industri wisata di Mesir berhasil meraup devisa 12,57 miliar dollar AS. Menurut laporan Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNWTO), wisatawan asing yang mengunjungi Mesir pada 2019 mencapai 13,6 juta orang.
Pada masa awal pandemi Covid-19, kompleks piramida sempat ditutup beberapa bulan untuk kunjungan turis. Pada pertengahan Juli lalu, Pemerintah Mesir membuka kembali kompleks piramida itu untuk kunjungan turis setelah sekitar empat bulan ditutup dalam upaya mencegah penularan Covid-19.
Saat Kompas memasuki kompleks piramida pada hari Minggu lalu, sudah terlihat geliat turis asing dan lokal mengunjungi peninggalan peradaban kuno itu.
Para pemandu wisata, penjual suvenir, dan jasa angkutan unta dan kuda sudah terlihat siaga mendekati para turis asing dan lokal yang berkunjung ke kompleks piramida itu untuk menawarkan jasa dan cendera mata.
Baca juga: Taman Al-Azhar, Oase di Kota Kairo
”Ayo, naik unta ini keliling kompleks piramida. Cukup bayar 100 pound saja (sekitar 65 dollar AS). Ini harga untuk Anda yang bisa bahasa Arab. Kalau harga untuk turis asing, bisa 400 pound (sekitar 260 dollar AS),” ujar Said (56) kepada Kompas agak memaksa.
Ia terus mengejar agar bersedia naik untanya. ”Ayo, ini harga paling murah untuk Anda, ini harga sedang murah karena turis sekarang sepi akibat pandemi,” lanjut Said lagi.
Para pemandu wisata, penjual suvenir, dan penyedia jasa angkutan kuda dan unta di kompleks piramida tampak berjuang keras menawarkan produk dan jasa mereka di tengah terpaan masa pandemi saat ini.